Thirty Five : Unexpected

350K 9.4K 681
                                    

Andai melupakan semudah mencintai. Tak akan ada manusia yg masih patah hati di dunia ini.

•Rick•

Author

Wanita yang mengenakan coat berwarna krem dilengkapi celana jeans hitam sebagai bawahan itu terlihat berjalan seorang diri sambil menarik koper besar bawaannya.

Ia melepas kacamata hitam besar yang digunakannya, menampilkan mata bengkak yang terlihat samar berkat make up agak tebal di wajahnya. Mata hitamnya bergerak menatap kerumunan orang yang berlalu lalang melewatinya di bandara.

Steffani menghentikan kakinya yang terbaluti sepatu boots. Wanita bersurai pirang itu sebenarnya berat untuk meninggalkan kota yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama puluhan tahun ini.
Namun ia tak punya pilihan lain.

Ia harus melarikan diri dari kota ini.
Dia harus melarikan diri dari semua kenangan buruknya yang terdapat di kota Jakarta ini.
Sudah waktunya ia akan menenangkan diri sendiri dari masalah hidup yang terus membelitinya.
Dia sudah lelah, tentu saja.

Semua beban hidup yang ia terima rasanya membuat hidupnya tak pernah sungguh-sungguh bahagia.
Sekarang ia perlu untuk menjauh dari semua hal itu.
Dengan mencari tempat tinggal baru di negara lain.
Steffani sudah memiliki tiket pesawat tujuan ke Rusia di tangannya.
Wanita itu nantinya berencana akan membeli sebuah apartemen di kota Tyumen menggunakan uang yang masih ia punya saat ini.

Beruntung uangnya masih cukup untuk membeli sebuah apartemen di negara yang akan ia tuju setelah sebelumnya sempat menjual apartemen lamanya yang ada di sini. Uangnya juga cukup untuk membeli tiket pesawat serta keperluan lainnya untuk terbang ke negara yang dikenal dengan keluasan wilayahnya itu.

Steffani tersentak saat dering ponselnya membuyarkan lamunan.
Langsung saja wanita itu merogoh ponselnya yang berada di saku coat yang dikenakan dan melihat nama yang tertera di layar.

Ia menghela napas berat sebelum akhirnya menggeser tombol merah tanda menolak panggilan dari Rio, pria yang masih menjadi kekasihnya saat ini.
Steffani sedang tak ingin bicara pada siapa pun dan tak ingin berhubungan pada siapa pun untuk sekarang.
Mungkin nanti ia akan memutuskan hubungannya bersama pria yang bernama Rio itu.

Well, tak ada gunanya lagi 'kan jika dia masih mempertahankan hubungan mereka?
Dia akan pergi dari kota itu.
Dan dia tak ingin menjalani hubungan ldr dengan siapa pun.

Steffani merasa biarlah dia menenangkan dirinya dulu atas hukuman kejam yang diberikan sang mantan kekasih, Devan, kemarin.
Ia ingin melupakan kejadian itu.
Kejadian di mana bukan hanya hatinya saja yang sakit, namun juga fisiknya.

Bahkan setelah kejadian itu ia harus membawa dirinya sendiri ke rumah sakit untuk memeriksa apakah ada luka serius yang terjadi di tubuhnya.
Alhasil, meskipun tak ditemukan luka yang terlalu parah, tubuhnya harus dikelilingi banyak perban akibat goresan-goresan pisau yang kemudian dilumuri garam oleh Devan kemarin masih terasa sangat jelas.

Untung saja puting payudaranya yang juga sempat menjadi korban tak menimbulkan luka fatal lantaran memang Devan hanya menusuk ujungnya sedikit saja.

Sebenarnya dia sendiri juga tak berniat memeras para lelaki yang menjadi kekasihnya. Namun nasiblah memaksanya melakukan ini semua.

Dia hanya punya seorang ibu yang kini sering sakit-sakitan. Ayahnya sudah lama meninggal akibat kanker paru-paru yang dideritanya.
Membuat Steffani mau tak mau harus menjadi tulang punggung bagi ibunya.
Ya, meski caranya mendapatkan uang terbilang tidak menggunakan cara bersih.
Tapi hanya itu cara termudah yang bisa ia lakukan.

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang