Terkadang, jodoh itu berasal dari teman kita sendiri.
Contohnya, teman masa kecil.•Author•
Gambar on mulmed : Davin Alvetra Lington - Daniel Hyunoo Lachapelle.
Author
Devan menghela napas lelah sambil menatap putranya dengan tatapan gusar.
Sebelah tangannya masih saja memegangi nampan berisi oatmeal untuk sang putra, membujuk dengan sabar anak laki-lakinya itu agar mau sarapan di pagi hari ini.Menjadi seorang ayah memanglah tak mudah, membutuhkan sifat kesabaran yang tinggi. Itulah yang kira-kira harus dipelajari Devan sejak beberapa tahun belakangan ini. Apalagi jika anaknya seperti Davin, putranya.
"Davin, kau harus sarapan. Ayolah, waktu Ayah tak banyak. Sebentar lagi Ayah akan ke kantor."
Bujuknya lagi, mengarahkan sendok berisi oatmeal ke arah mulut Davin, namun segera ditolak oleh Davin dengan memalingkan wajahnya ke arah lain.Sembari menyilangkan tangan di depan dada, Davin mengerucutkan bibir sebal, membalas tatapan ayahnya dengan pandangan sinis, "Aku tak mau salapan kalau Ayah tak bisa mengantalku ke sekolah hali ini!"
Sungut Davin dengan bicaranya yang masih cadel. Membuatnya semakin menggemaskan."Tapi sayang, kau kan tau kalau Ayah harus ke kantor. Mana sempat Ayah mengantarmu ke sekolah lagi. Mengapa kau begitu cerewet hari ini? Padahal biasanya kau juga diantar oleh Ibumu 'kan? Semakin lama kau makin mirip seperti Ibumu sayang, cerewet."
Gerutu Devan kesal, menaruh nampan tadi ke atas meja makan. Mendengar dirinya disebut, Citra yang kebetulan sudah selesai memasak sarapan untuk suaminya dan meletakkan di atas meja makan, mendengkus melirik tajam Devan."Aku cerewet, heh? Bagus Davin sayang, teruslah merajuk pada Ayahmu itu. Sampai dia bisa mengantarmu ke sekolah."
Devan memberikan tatapan protes pada Citra, namun tentu saja hal itu tak bisa dilihat istrinya lantaran sibuk menata beberapa makanan yang dimasaknya ke atas meja.
Melihat Citra yang akan mengambil tempat duduk di sebelah Davin, Devan buru-buru menarik lengan istrinya, memaksa Citra untuk duduk di sebelahnya, "Seharusnya kau itu membelaku di saat seperti ini. Kau harus membuat Davin mengerti kalau Ayahnya harus bekerja juga untuk menghidupi kalian berdua."
Citra terkekeh pelan mendengar hal itu. Semenjak Davin lahir ke dunia, sikap dan kelakuan suaminya menjadi lebih dewasa. Devan bahkan seringkali mengeluarkan kata-kata bijak seperti yang dilakukannya barusan.
Padahal jika mengingat bagaimana sifat serta kelakuan Devan pada saat mereka baru menikah---yang lebih dominan buruk. Mustahil sekali rasanya Devan bisa berubah menjadi lebih dewasa seperti sekarang. Tapi itulah kenyataannya, membuat Citra dapat merasa lega masih bisa mempertahankan Devan di sisinya dulu.
"Sekarang Davin harus sarapan disuapi Ayah ya. Jarang-jarang 'kan Ayah mau menyuapimu seperti ini?"
Davin menggeleng cepat, ternyata sang ibu juga jadi membela ayahnya yang jelas-jelas sudah bersalah menurutnya. Dia hanya ingin ayahnya itu sekali saja mengantarnya ke sekolah. Selama ini lantaran sibuk bekerja, Devan sampai jarang menghabiskan waktu bersamanya, hanya ibunyalah yang menjadi temannya bermain mau pun belajar di rumah. Belum lagi jikalau Devan diharuskan untuk bolak balik ke luar negeri, bisa seminggu bahkan lebih bocah lelaki itu tak melihat wajah ayahnya. Itu sebabnya Davin mulai merasa muak dan menginginkan sekali-sekali Devan yang mengantarnya ke sekolah, menggantikan sang ibu.
Pernah satu kali dia memergoki temannya di sekolah diantar oleh orang tua lengkap, dari situlah akhirnya mulai timbul keinginan Davin untuk merasakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]
RomanceSILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terpaksa menikahi teman masa kecilnya, Citra Maura Adigara. Keinginan itu seperti sebuah mimpi buruk unt...