Fourty Two : Messed Up

277K 7.8K 325
                                    

Kedua mataku diciptakan hanya untuk memandang wajah cantikmu.

•Devan•

Author

Ruangan temaram yang hanya dilengkapi dengan lampu berwarna-warni itu menjadi riuh tatkala suara musik dari seorang disc jockey menggema memenuhi setiap ruangan yang menjadi tempat bersenang-senang para manusia itu.

Beberapa orang terlihat menari lincah mengikuti irama musik elektronik yang tercipta. Sebagian lagi ada yang bersenang-senang dengan beberapa perempuan malam yang ada di sana.

Di pojok ruangan yang dilengkapi dengan sofa panjang berwarna merah, terlihat seorang pria berumur 25 tahun tengah meneguk cepat vodka langsung dari botolnya.
Ia menyandarkan tubuh di sofa empuk itu sembari menengadahkan kepalanya ke langit-langit ruangan.

Kepalanya terasa sakit diikuti hatinya yang sesak entah karena apa.
Yang pasti saat ini, dia ingin melupakan masalahnya untuk sejenak, masalah hidup yang tak ada habis-habisnya.

Pria dengan setelan kaos dan mengenakan jaket bomber sebagai luaran itu kembali meneguk vodkanya, membiarkan minuman keras yang berasal dari Rusia itu perlahan memudarkan kesadarannya.

"Devan?"
Dia mengangkat kepalanya malas untuk melihat siapa yang memanggilnya barusan.

Dia mendapati seorang wanita berambut pirang panjang dengan hanya mengenakan lingerie yang kini mengambil tempat duduk di sebelahnya tanpa disuruh.

"Kau baik-baik saja? Mau bermain?"
Devan memandangi wanita tadi sejenak sebelum akhirnya kembali menengadahkan kepala menatap langit-langit. Mengabaikan kata-kata perempuan itu.

"Aku jarang melihatmu lagi di sini. Lolita bilang, kau sudah menikah. Apa itu benar?" Wanita tadi mulai mengelus dada bidang Devan yang masih terbungkus pakaiannya, sesekali wanita berkulit pucat itu sengaja menghentikan tangannya di tempat puting Devan berada, "Oh ayolah, katakan masalahnya padaku. Jangan mendiamkanku seperti ini."

Devan menegakkan punggung, kepalanya kini sudah menoleh menatap wanita yang masih saja menggodanya dengan mendaratkan tangannya di dada Devan, "Kau datang di waktu yang tak tepat, Stell."

Stella menyunggingkan senyum menggoda, "Benarkah? Kupikir aku bisa membantu melupakan masalahmu untuk sejenak dengan bermain bersamaku. Kau tau, kau sudah lama tak memakaiku."

Devan meneguk vodkanya yang masih tersisa sedikit, tak mempedulikan kata-kata Stella barusan.

"Sebaiknya kau layani yang lain."

Perkataan Devan barusan harusnya sudah cukup untuk diartikan sebagai sebuah pengusiran. Namun Stella tetap berdiam di tempatnya, mengamati wajah tampan milik Devan dan kali ini semakin gencar beraksi dengan menggerakkan tangannya ke bagian selangkangan pria tersebut.

"Kau bersungguh-sungguh tak merindukan permainanku? Well, aku saja sangat merindukan juniormu yang besar itu."
Stella mengedipkan sebelah mata, mulai membuka pengait dan menurunkan resleting celana yang dikenakan Devan.

Devan meneguk vodkanya untuk yang terakhir kali sebelum akhirnya ikut membantu Stella menurunkan celana yang dikenakannya sampai paha.

Stella menyeringai sambil tak hentinya menatap Devan dengan tatapan nakal. Akhirnya, pria itu menyetujui keinginannya juga.

"Shit!"
Devan mengumpat sembari menengadahkan kepalanya ketika Stella sudah berhasil memasukkan secara keseluruhan kejantanannya ke dalam mulut hangat wanita tersebut.
Hawa panas kini menjalari tubuhnya, memicu libidonya untuk semakin naik.

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang