Eleven : Sorry

337K 10.3K 276
                                    

Kau tau? Memaafkan seseorang yang kau cintai itu mudah, sama halnya bagaimana kau mencintainya.

•Citra•

Gambar di mulmed : Malvin Jensen.

Author

Malvin menepikan mobilnya di sebuah rumah bertingkat dua yang terletak cukup jauh dari keramaian kota.
Ya, rumah itu adalah milik Devan dan Citra.

Meskipun rumah mereka memang terkesan agak jauh dari keramaian---karena rumah itu hanya berdiri sendiri dan tak ditemukan rumah lainnya di sekitarnya seperti rumah pada umumnya. Tapi wilayah itu memang dikhususkan Ibu Devan untuk sang anak dan menantu.
Karena memang lokasinya yang juga indah.

Mematikan mesin mobil, Malvin tampak menarik napas panjang sebelum akhirnya menghembuskannya perlahan.
Selama perjalanan tadi, dia dan juga Citra hanya saling berdiam diri.
Tak ada percakapan di antara mereka---meskipun sebelumnya sempat terjadi perdebatan kecil yang terjadi antara dirinya dan Citra perihal keinginan kuatnya yang memaksa Citra untuk pulang diantar dirinya sampai akhirnya Citra mau tak mau mengikuti kemauan Malvin itu.

"Malvin, kalau begitu aku---"

"Tunggu dulu."
Sela Malvin tiba-tiba seraya menahan lengan Citra yang hendak membuka pintu mobil.

Memandang Malvin dengan penuh keheranan, Citra akhirnya mengurungkan niatnya yang ingin segera keluar dari mobil.

Alhasil, gadis cantik itu kini kembali ke posisi semula, memperhatikan gerak-gerik Malvin yang kelihatan gelisah.

Malvin melepas tahanan tangannya pada lengan Citra lalu berdesah pelan, "Maafkan aku."

Citra reflek menaikkan sebelah alis, "Maaf? Kenapa?"

"Kenapa kau masih bertanya? Aku minta maaf atas semuanya, tentang kejadian di kantor Devan dan juga saat aku membentakmu karena bersikukuh ingin mengantarmu pulang tadi."

Mendengar hal itu, Citra malah melengkungkan senyum tulusnya, "Kenapa harus minta maaf? Itu bukan salahmu."

"Bagaimana dengan yang membentakmu itu?"

Citra tampak berpikir dengan menaruh jari telunjuk di dagu, "Hmmm...kecuali yang itu. Hehe."

"Aku serius, Cit. Tentang kejadian di kantor itu juga salahku---"

"Ssstttt," Kini Citra menaruh jari telunjuk di bibirnya, mengisyaratkan agar Malvin membungkam mulutnya.

"Itu bukan salahmu, okay? Aku baik-baik saja, kau harus percaya itu."
Citra melanjutkan kata-katanya sembari tersenyum manis hingga kedua mata indah gadis itu terpejam.

Malvin sempat tertegun sesaat sebelum akhirnya ikut menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman dan tanpa sadar bergerak mengusap lembut puncak kepala Citra.

Gadis berambut hitam pekat di hadapan Malvin itu sontak saja mematung sambil menatap lekat Malvin yang tengah tersenyum.
Citra hanya tak menyangka pada gerakan reflek pria itu.

Seolah menyadari ada sesuatu yang membuat ekspresi Citra berubah, Malvin buru-buru melarikan tangannya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Maafkan aku, sungguh aku tak sadar melakukannya. Jangan berpikiran yang macam-macam ya Cit, aku tak memiliki perasaan apa-apa padamu karena kau itu istri sahabatku. Lagipula, aku sudah punya kekasih yang sebentar lagi akan kunikahi."

Citra sontak terkekeh mendengar penuturan Malvin barusan.

Well, padahal Citra tak berpikiran sampai sejauh itu.
Mengapa Malvin bisa memikirkannya?

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang