Mengapa kau harus hadir di hidupku?
Kau meracuni otakku, kau tau?•Devan•
Devan
"Silahkan pak, kopinya diminum."
Suara office girl barusan memaksaku mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
Dahiku berkerut, apa yang ia katakan tadi?
Aku tak salah dengar, kan? Dia baru saja memerintahku!
"Memangnya siapa kau mengaturku untuk meminumnya sekarang? Cepat keluar dari sini kalau tak ingin kehilangan pekerjaanmu!"
Raut wajahnya tampak ketakutan, ia segera membungkuk hormat demi tak bertatapan langsung pada mataku. "Maaf Pak, saya permisi."
Balasnya dengan nada bergetar kemudian segera berlalu dari ruangan.
Aku terkekeh dan kembali menatap layar ponsel. "Lihatlah si bodoh itu, baru aku berkata begitu saja dia sudah langsung ketakutan setengah mati. Bagaimana jika sampai kubentak tadi? Aku yakin dia akan pingsan. Sudahlah, kenapa juga membicarakannya?"
Kepalaku menggeleng heran sembari bergerak menekan ikon kontak di layar ponsel.
Setelah menemukan nama Steffani, segera kuhubungkan panggilan pada kekasihku itu.
Cukup lama panggilanku tak diangkat, sampai suara khas bangun tidur milik Steffani akhirnya terdengar di seberang sana, "Halo?"
"Hei Baby, masih tidur?"
Ia terdiam sebentar sebelum akhirnya suara gadis tersebut kedengaran seperti orang terkejut, seolah baru menyadari situasi.
"Oh astaga! Ternyata kau, Dev."
"Tentu saja? Memangnya siapa lagi?"
Tanyaku heran. Sebenarnya apa maksud gadisku itu?
Steffani berdeham, "Ah ti-tidak kok, by the way, tumben sekali menghubungiku sepagi ini? Ah! Dan ya, mengapa seorang Devan sepertimu sudah bangun di jam segini? Tak seperti biasanya?"
"Aku---tch, akan kuberitahu nanti. Sekarang bisakah kau bangun dan bersiap-siap ke sini? Aku membutuhkanmu, sayang."
Kudengar Steffani terkekeh pelan menanggapi permintaanku. "Katakan saja butuh tubuhku, bukan aku."
Aku tergelak mendengarnya, "Tentu saja, kau dan tubuhmu itu satu. Sudah cepat mandi, kutunggu di kantor."
"Okay! Bye Baby, muach."
"Bye, sayang."
Panggilan dimatikan dengan cepat oleh Steffani, aku menyeringai girang mengingat sebentar lagi dia akan ke sini.
Lihat saja, kami akan menghabiskan beberapa ronde di kantorku ini.
Ah, aku tak sabar menyambut kedatangannya.
💋💋💋
"Hai, Devan sayang!"
Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Steffani dengan memasang senyum manis memasuki ruanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]
RomanceSILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terpaksa menikahi teman masa kecilnya, Citra Maura Adigara. Keinginan itu seperti sebuah mimpi buruk unt...