Twenty Four : Thank You

324K 9.9K 447
                                    

Cinta bukan hanya butuh perjuangan, tapi juga air mata.

•Author•

Gambar di mulmed : Sarah Alventina Lington.

Devan

"Kak Citra!"
Suara cempreng nan memekakkan telinga menyambut kedatanganku dan juga Citra ketika Citra berhasil membuka pintu utama rumah kami.

"Huh, Kak Citra ke mana sih lama sekali, aku sudah menunggu dari tadi---wait, Kakak...habis menangis? Astaga penampilan Kakak kusut sekali, siapa yang melakukannya?"

Sarah Alventina Lington, adik kandung perempuanku itu kini terlihat memasang tampang marah sembari mendekatiku dengan kedua tangan bersilang di depan dada, "Pasti kau kan penyebabnya!"
Tunjuknya dengan jari telunjuk tepat ke arahku.

Sial! Mengapa anak satu ini datang ke rumahku malam-malam begini?

Jika dia tau kejadian apa yang menimpa Citra karena ulahku lalu menyampaikannya pada mom, tamatlah riwayatku.

Memang, tadinya aku juga menyuruh Citra untuk mengadukan masalah ini pada mom dan dad, dan juga pada ibu dan ayah. Tapi aku yakin, Citra pasti tak akan melaporkannya.

Tapi jika Sarah yang mengetahuinya?

Oh God, aku akan berakhir.

Sarah menarik lenganku untuk menjauh dari Citra, gadis berambut brunette itu kelihatan kesal lantaran aku tak menjawab pertanyaannya, "Jawab aku! Apa yang kau lakukan pada Kakakku, hah? Mengapa dia menangis?"

Kakakku? Tch, padahal aku di sini yang kakak kandungnya.
Tapi dia seolah tak menganggapku seperti itu.

"Kenapa kau ke sini? Tak kuliah?"

Sarah mendengkus, "Jangan mengalihkan pembicaraan, Devan Alventino Lington!"

"Aku hanya bertanya. Memangnya tak boleh?"

Sarah menggeram, "Biasanya kau juga tak peduli tentangku! Katakan, mengapa Kak Citra menangis? Dan habis dari mana kalian baru pulang jam segini? Sebenarnya ada masalah apa di antara kalian? Kau pasti pembuat masalahnya 'kan?"

Aku memutar bola mata malas. Pertanyaannya sudah seperti wartawan saja, bertubi-tubi.

"Tanya saja dia, kan dia yang menangis."

"Kau!" Sarah kembali menodongkan jari telunjuknya di wajahku, gadis itu kelihatan sangat kesal dan berbalik untuk menanyakan permasalahannya pada Citra, tapi gadis berambut hitam tersebut sudah tak ada di tempatnya tadi, membuat Sarah kembali menghadapku.

"See? Kak Citra sudah pergi, itu berarti pertanyaannya akan kulempar padamu. Kau menyebalkan, padahal aku jauh-jauh terbang dari Inggris ingin bertemu Kak Citra karena merindukannya. Tapi kau! Kau malah merusak semuanya dengan membuat Kakakku menangis!"

"Hei, Sarah Alventina Lington, Kakak kandungmu itu di sini. Ini." Sahutku sambil menunjuk diriku sendiri, jika bicara pada perempuan satu ini, entah mengapa membuat darahku cepat mendidih.

"I don't care, okay? Sekarang jawab semua pertanyaanku tadi, kalau tidak, aku akan menelpon Mom sekarang dan memberitahu jika Kak Citraku tersayang dibuat menangis oleh kau!"
Sarah bergerak merogoh ponselnya dari saku blazer yang dikenakannya dan mulai menekan-nekan layar di ponsel berusaha mencari nomor mom, membuatku berdecak kesal dan langsung merebut benda pipih itu dari tangannya.

"Baiklah, akan kuceritakan. Tapi berjanjilah kau tak akan memberitahu Mom?"

Sarah tersenyum puas, "Okay, Kakak!"

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang