Thirty Three : Give or Not?

347K 10.3K 318
                                    

Dari seseorang yang pernah menyakitimu. Apakah kau izinkan kalau sekarang hatiku jadi milikmu?

•Devan•

Author

Devan mengetuk-ngetukkan jarinya gelisah di atas meja kaca yang ada di kamar hotel.
Saat ini ia tengah memikirkan jawaban apa yang akan diberikan oleh Citra nantinya.
Dia hanya berharap, gadis itu tak memilih untuk berpisah darinya.
Yang di mana berarti Citra tak memberi Devan kesempatan kedua.

Dia sendiri bingung pada dirinya yang bisa berubah secepat itu pada Citra.
Semenjak perasaan aneh itu mengganjal di hatinya, ia mulai merasa nyaman berada dekat dengan istrinya.

Ia sendiri sebenarnya sempat memikirkan kalau dia benar-benar memang sudah jatuh cinta pada Citra.
Tapi dia berusaha menolak kata-kata itu, ia tak ingin memprediksi cepat lantaran ia sendiri masih bingung pada apa yang dirasakannya.

Devan menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka.
Ternyata Citra sudah selesai membasuh mukanya di kamar mandi sehabis menangis tadi.
Pria tampan itu tersenyum kikuk sembari bangkit dari sofa, ia menghampiri istrinya yang kini sesekali masih terlihat mengelap wajahnya menggunakan handuk kecil.

Tangan kanan Devan bergerak mengambil alih handuk kecil berwarna putih dari tangan Citra, ia menggantikan kegiatan istrinya yang mengelap wajah.

"Bagaimana?" Devan bertanya sambil mengusap lembut pipi bagian kiri Citra yang masih terdapat buliran air menggunakan handuk tadi.

Lama Citra hanya terdiam sambil memandangi mata suaminya lekat.
Dia sebenarnya belum ingin menjawab pertanyaan Devan sekarang.
Tapi tampaknya Devan memerlukannya saat ini juga. Membuatnya kalut, haruskah dia memberi pria di hadapannya ini kesempatan?

Dia hanya takut.
Takut Devan akan mematahkan hatinya untuk yang kedua kali.
Dia sungguh bingung.
Hatinya berkata bahwa ia harus memberi suaminya kesempatan.
Tapi di lain sisi, otaknya memberikan jawaban bahwa ia harus menolak hal itu.

"Aku sudah memutuskan Steffani. Sebenarnya, ada sesuatu yang juga ingin kuberitahukan padamu."

Citra masih bungkam, diam-diam menikmati sentuhan lembut tangan Devan yang kini mengusapi pipinya.
Pria itu menghela napas sebelum kembali melanjutkan kata-kata.

"Perihal kau yang memergoki Steffani berselingkuh kemarin, itu semua memang benar. Aku bahkan sudah mengetahuinya sebelum kau memberitahuku malam itu. Sebenarnya aku hanya tau Steff pergi ke kedai roti dari gps tracker yang kupasang di mobilnya. Aku tak tau kalau dia bersama pria lain pergi ke sana. Dan tadi, aku baru tau kalau dia memang pergi bersama pria lain yang juga menjadi kekasihnya di kedai roti waktu itu."

Citra tampak mengerutkan dahi bingung, namun gadis itu tak berniat sedikit pun untuk membuka suara mengajukan pertanyaan. Seolah dari tatapan menuntutnya saat ini saja Devan harus tau kalau dia meminta penjelasan lebih.

"Aku sudah tau mengenai perselingkuhan Steffani bahkan sebelum kejadian dia ke kedai roti bersama pria itu. Nick yang memberitahukannya. Sampai akhirnya aku langsung menyiapkan rencana sendiri untuk mengungkap kebusukkan Steffani. Begitulah akhirnya aku bisa mengetahuinya."

"Why?" Tanya Citra dengan suara bergetar, gadis itu terdengar ingin kembali menumpahkan tangisannya, membuat Devan cepat-cepat membawanya dalam dekapan hangatnya.

"Sorry. Aku memarahimu waktu itu cuma akting. Aku tak serius, okay? Aku tau aku salah. Tapi, aku belum mau membongkar rencanaku pada siapa pun sebelum aku mendapatkan buktinya dengan jelas pada saat itu. Please, forgive me."

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang