Fourty Five : Plan

274K 7.7K 240
                                    

Aku jadi mengerti mengapa Tuhan memberiku orang yang salah terlebih dahulu, karena pada akhirnya dia telah menyiapkan seseorang yang sangat spesial untukku. Ya, itu kau.

•Devan•

Author

Devan melirik istrinya yang sedang tersenyum manis di sampingnya kini.
Mereka berdua baru saja turun dari mobil dan kaki mereka telah sampai di sebuah pintu rumah bertingkat dua milik seseorang.

"Kita pulang saja, ya."
Usul Devan malas, menaruh kedua tangannya di saku celana.

Masih dengan memasang senyum manis, Citra menggeleng, "Kita sudah sampai. Kenapa harus pulang? Lagipula, apa kau tak ingin mendapatkan maaf dariku?"

"Aku akan melakukan apa pun selain pergi ke sini untuk mendapatkan maafmu. Konyol sekali memintaku untuk mengunjungi rumah mantan tunanganku sendiri? Bagaimana jika aku mengajaknya untuk balikan?"

Citra mendengkus mendengar celetukan suaminya barusan, "Itu sebabnya kehadiranku di sini. Jika kau mengajaknya balikan, aku akan langsung membunuhmu. Seharusnya jika kau memang tak lagi mencintainya, datang ke sini, tak masalah, bukan?"

Devan menghela napas malas, dia memang sudah tak memiliki perasaan apa pun pada Claudia.
Dia hanya sedikit menaruh dendam pada keluarga wanita itu dan juga Claudia sendiri.
Jadi dia sangat malas untuk menemui Claudia lagi, bertemu pada seseorang yang sempat membuatnya depresi beberapa lama. Well, ini memang bukan ide yang bagus.

Tetapi kalau Citra hanya menginginkan hal ini untuk menebus kesalahannya, dia bisa apa selain menuruti gadisnya itu?

Berkat Citra juga ayahnya bisa mengerti apa yang dirasakannya dan mau membatalkan niat untuk menceraikannya dan juga Citra berkat kepiawaian Citra menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Flashback On

"Dad tak habis pikir, mengapa kau tak ingin bercerai dari Devan? Apa dia merayumu dengan kata-katanya? Ingat Citra, dia baru saja meniduri seorang wanita jalang di club malam. Mengapa kau tampaknya tak mempermasalahkan apa pun yang dibuatnya itu?"
Adrian menyilangkan kaki sambil bersedekap di depan dada, menatap Citra lekat menuntut jawaban yang masuk akal keluar dari mulut menantunya.

Adrian, Farah, Citra, dan juga Devan saat ini sedang berada di kamar milik Adrian dan juga Farah. Citra dan Devan memutuskan untuk memberitahu sang ayah kalau mereka tak ingin bercerai---seperti yang disarankan Adrian kemarin.

"Soal itu," kata Citra, "Soal meniduri wanita itu aku memang sedikit kesal padanya. Tapi Devan bilang kalau dia dalam keadaan setengah mabuk waktu itu, dan wanita yang ditidurinya yang sebenarnya menggodanya."

Adrian tergelak, "Benarkah? Lalu kau percaya begitu saja?"

Citra mengangguk mantap, "Tentu saja. Aku mendengarnya mengatakan itu tanpa kebohongan sedikit pun di nada suaranya. Aku mencintai Devan, Dad. Aku tak akan bercerai darinya."

"Mengapa?"

"Kurasa semuanya sudah jelas, aku sangat mencintai Devan. Begitu juga Devan sendiri, ia mulai mencintaiku. Lagipula kesalahan ini bukan hanya kesalahan Devan sendiri. Aku juga bersalah di sini. Seharusnya aku tak bersikap kekanakkan dengan marah padanya karena dia tak ingin membicarakan tentang Claudia padaku. Aku sudah mendengarnya dari Mom. Bagaimana hancurnya Devan, aku harusnya mengerti kalau Devan tak bisa menceritakan itu. Tapi aku tetap saja memaksanya, lalu marah padanya hingga dia pergi ke club karena frustasi. Dad juga tau kan bagaimana masalalu Devan dan juga Claudia? Devan merasa terkhianati, Dad. Seharusnya Dad juga mengerti bagaimana perasaannya. Bukannya malah selalu memojokkannya seperti ini. Intinya, kami berdua yang salah atas kejadian ini. Kuharap Dad dapat memikirkannya lagi."

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang