Cinta itu sesuatu yang menakjubkan. Bisa datang kapan saja, di mana saja, dan tak bisa ditolak.
•Malvin•
Author
Para pegawai di perusahaan Lington mendadak saling berbisik ketika putra dari Adrian Emilio Lington, Devan Alventino Lington memasuki perusahaan sambil menggandeng istrinya mesra.
Sebenarnya mereka hanya bergandengan layaknya pasangan pada umumnya, namun entah mengapa hal itu menjadi sorotan di pagi hari ini dari para pegawai yang tak sengaja berpapasan langsung pada pasangan pengantin baru itu.
"Wah, Pak Devan baru kali ini ya terlihat berduaan dengan Citra di perusahaan."
Bisik salah seorang pegawai perempuan yang setengah berbisik pada temannya. Namun Devan mau pun Citra masih dapat mendengar hal itu dengan jelas lantaran suaranya yang terbilang lebih keras dari bisikan.Tapi tentu saja Devan tak peduli dan malah semakin menggandeng erat istrinya yang kini tampak risih mendengar bisikan-bisikan takjub yang ditujukan pada mereka berdua bahkan saat mereka sudah berhasil memasuki lift.
"Kau baik-baik saja?"
Citra mengangguk, "Ya. Hanya tak terbiasa."
"Itulah resikonya menjadi bagian dari keluarga Lington. Selama mereka tak mengatakan hal-hal buruk pada kita, aku tak peduli."
Ting.
Devan dan Citra langsung mengalihkan pandangan dari pintu lift yang terbuka di hadapan mereka.
Dengan masih menggandeng Citra, Devan segera melangkahkan kakinya menuju kantor miliknya."Itu dia, sang pengantin baru sudah datang!"
Seruan kencang Malvin menyambut kedatangan Devan dan juga Citra di kantor.
Mereka berdua mendapati Angela juga berada di sana, tengah duduk di sebuah sofa panjang."Mengapa lama sekali? Kami sudah menunggu dari tadi."
Devan berdecak, "Kami bercinta dulu. Memangnya kalian, yang belum sah?"
"Jangan begitu. Sebentar lagi aku dan Al sayang juga akan sah."
Angela memeluk Malvin dari belakang, membalas perkataan Devan barusan."Iya, tapi kan masih lama."
Angela mendengkus sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada, "Lima bulan bukan waktu yang lama, Dev. Sudahlah, aku benci bicara padamu, ujung-ujungnya hanya membuat sakit hati. Ayo Citra, ikut bersamaku. Aku ada membuat cookies tadi, aku ingin tau bagaimana komentarmu mengenai rasanya. Kata Malvin, rasanya kurang manis."
Angela langsung menarik tangan Citra, membawa gadis itu ke sofa panjang yang ia duduki tadi sambil mengeluarkan cookies yang ia maksud, yang berada di sebuah toples yang sengaja dibawanya."Dia sama sepertimu. Suka sok kenal, padahal mereka baru pertama kali ini bertemu. Tapi bersikap pada istriku seolah mereka sudah akrab."
Malvin terkekeh, "Angela memang begitu, kau kan sudah tau. Oh ya, kau dari mana tadi?"
"Menemui Claudia."
Malvin terdiam dengan mulut menganga lebar dan kedua mata melotot sempurna, "Claudia yang mana?"
Devan melirik ke arah di mana Citra sedang duduk bersama Angela sekarang, kemudian tatapannya beralih cepat ke arah Malvin, memberi pria berkacamata itu tatapan menusuk, "Kau bisa pelan tidak?"
Malvin berdeham dan menyengir, "Maaf, maaf. Claudia yang mana maksudmu? Jangan bilang mantanmu itu?" Malvin setengah berbisik.
Devan berjalan melewati Malvin dan mendudukkan diri di kursi kerjanya, "Yang mana lagi? Tentu saja yang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]
RomanceSILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terpaksa menikahi teman masa kecilnya, Citra Maura Adigara. Keinginan itu seperti sebuah mimpi buruk unt...