Harapanku sama seperti wanita lainnya di luar sana, mendapatkan suami yang bisa mencintai kelebihan dan kekuranganku. Devan, it's you.
•Citra•
Author
Lelaki berparas tampan itu terus mengumpat kasar sambil tak lepas memegangi ponsel di telinganya.
Ia sedang dalam keadaan khawatir, gelisah, marah, panik, dan ketakutan luar biasa saat mendapati sang istri tak berada di rumah.Padahal biasanya istrinya itu tak pernah tak menghubunginya jika ingin pergi ke mana pun.
Apalagi mengingat keadaan sang istri yang tengah mengandung, hal itu semakin memperburuk rasa khawatirnya pada sang istri."Kau ke mana sih, Baby? Kenapa tak menjawab telponku?"
Gumamnya kesal saat suara ponselnya yang sedang menghubungi Citra memberitahu kalau panggilannya tak bisa diwajab oleh istrinya itu.Devan menuruni anak tangga rumahnya, dia bergerak cepat mendekati bibi Noura yang terlihat tengah membereskan ruang tamu, "Ke mana Citra, Bi?"
"Non Citra? Bukannya Nona ada di luar? Dia bilang ingin menghirup udara segar tadi."
Devan berdecak, mengusap wajahnya kasar, "Mengapa Bibi biarkan dia keluar? Bagaimana jika ada yang menculiknya?"
Bi Noura terhenyak saat mendengar bentakan Devan barusan. Alhasil, dia hanya bisa menundukkan kepala ketika Devan sudah melewatinya menuju pintu utama.
Padahal bi Noura sendiri memang sempat mencegah Citra untuk keluar rumah, takut-takut akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada wanita itu. Apalagi Citra sendiri tengah mengandung seperti sekarang, pasti perlindungan untuknya lebih diketatkan demi kandungannya sendiri.
Bi Noura jadi merasa bersalah saat mendengar Tuan rumahnya membentaknya barusan. Perkataan Devan ada benarnya juga, tapi dia bisa apa kalau istri dari majikannya itu sendiri yang bersikeras ingin keluar dan meyakinkan dirinya bahwa dia akan baik-baik saja?
"Sial! Keluar mana kata Bi Noura? Di sini bahkan sudah tak ada siapa pun dari aku pulang kerja tadi. Kau ke mana sih, Baby? Please, jangan membuatku khawatir seperti ini. Dia tak mungkin bisa jalan jauh-jauh dari sini. Lalu ke mana?"
Devan terus menggerutu sendiri sambil tanpa sadar sudah berjalan keluar dari halaman rumahnya, masih mencari keberadaan Citra.Dia terus berjalan sambil mengumpat marah pada Bi Noura yang tak menjaga Citra dengan baik selama ia ke kantor.
Padahal ibunya sendiri juga sudah berpesan pada pembantunya itu untuk menjaga Citra dengan baik. Tapi apa yang dilakukan bi Noura sekarang? Dia bahkan membiarkan istrinya keluar begitu saja.Meskipun Devan yakin seratus persen wanita itu sempat mencegah istrinya, tapi ia terus menyalahkan Bi Noura karena mau dikalahkan oleh keras kepalanya Citra.
Jika saja sampai terjadi apa-apa pada Citra. Devan bersumpah pada dirinya sendiri akan langsung memecat bi Noura.
"Fuck! Tak mungkin Citra bisa berjalan kaki sejauh ini, dan lagipula untuk apa dia jauh-jauh? Sial, aku tak ta---"
Bam!
Bruk!
Tubuh Devan sudah terjatuh ke jalan bersamaan kepalanya yang berdenyut sakit merasakan pukulan oleh benda keras yang menghantam kepalanya barusan.
Kedua matanya mengabur, memandangi sepasang sepatu berwarna hitam mengkilap milik seseorang di depan.Perlahan tapi pasti, semuanya berubah jadi gelap.
🐈🐈🐈
Devan mengerang tertahan saat merasakan kepalanya berdenyut dengan hebat. Kelopak matanya terasa berat untuk diangkat, begitu juga dengan seluruh anggota tubuhnya. Setelah beberapa detik ia berusaha membuka mata, akhirnya iris sebiru lautan lepas itu tampak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]
RomansaSILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terpaksa menikahi teman masa kecilnya, Citra Maura Adigara. Keinginan itu seperti sebuah mimpi buruk unt...