Part 6. Dreaming With a Broken Heart

46.2K 4.3K 87
                                    

Vote dulu sebelum baca! Terimakasih❤️
Kayra's POV

Hari ini aku benar-benar seperti mayat hidup, corps, zombie atau apalah itu kalian menyebutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku benar-benar seperti mayat hidup, corps, zombie atau apalah itu kalian menyebutnya. Dan ini semua dikarenakan oleh satu hal.

Sebuah pesan singkat dari Dokter Kayser Rasjid.

Sungguh. Sebuah pesan singkat yang hanya berisi basa basi mengenai kabarku dan undangan reuni SMP ku sukses membuat seluruh hari ini kacau. Dan bahkan aku sampai pulang lebih awal dari kantor padahal aku memiliki Draft Resolution hasil dari konferensi kemarin yang harus aku submit dua hari lagi. Dan keadaan ini semakin diperparah dengan hubunganku dan Langit yang masih belum membaik, aku tidak tahu mengapa sejak hampir dua minggu yang lalu tiba-tiba saja Langit menghilang.

Alunan lembut suara John Mayer dari bathroom speaker ku dan juga aroma vanilla dari Lush Butterbear bathbomb ku membantu menghilangkan sedikit banyak beban fikiran yang diakibatkan oleh deadline draft resolutions, pesan dari kayser, konferensi yang menumpuk selama satu bulan ke depan, Langit yang tiba-tiba menghilang, satu minggu kedepan yang akan dipenuhi oleh rapat dan lembur, dan juga..... pesan dari kayser.

Well judge me as a hopeless romantic person but I seriously don't give any single fuck about what people think when it comes about Kayser.

But on the other side, theres one thing about Langit that makes me think harder than I usually do about him this evening.

Aku ingat sekali ketika beberapa hari setelah aku keluar dari rumah sakit saat aku sedang lunch dengan Alexandra, ia mengirim sebuah foto dengan aku dan Langit berdampingan ketika ia ikut dinner dengan kami berenam di Tjikini beberapa minggu lalu, dan foto itu direspon Langit hanya dengan dua kalimat yang memiliki sejuta makna tersembunyi dibaliknya. "Sweetest memory" he says.

Aku sadar memang Langit memperlakukanku seakan aku lebih dari sekedar teman baginya, namun aku tidak berani membayangkan hal yang akan terjadi diantara aku dan dia. Not when I haven't cure my heartbreak from Kayser. Lantunan suara John Mayer yang menyenandungkan dreaming with a broken heart seakan mendukung suasana hatiku saat ini.

Actually there's a thing I don't like about Langit that makes me not really sure to open my heart up for him. Ingatanku melayang ketika aku dan Langit sedang makan siang di Bottega Ristorante setelah Langit menemaniku berbelanja, he ordered a glass of merlot and im not a big fan of alcoholic beverages, lagipula aku merasa masih terlalu pagi baginya untuk menyesap minuman beralkohol tersebut. Well maybe some people think that im one of those woman who spent their money in fancy places and living a hedonism lifestyle, but im not. Bagi mereka yang belum mengenalku mungkin mereka berfikir bahwa aku adalah lulusan universitas kenamaan dari luar negeri, yang dengan mudahnya menghamburkan uang untuk membeli the infamous red sole shoes (aka Loubs!), but I swear I worked very hard for all of these.

Well, here's the actual thing. Aku sebenarnya bukan berasal dari keluarga yang punya cukup banyak uang untuk membeli sepasang sepatu dengan sol merah atau tas dengan dua logo huruf c berbalikan. Walaupun memang aku bukan berasal dari keluarga yang kekurangan uang. Bisa dibilang aku berasal dari middle class family, papa ku adalah seorang real estate dealer yang mempunya kantor agensi property sendiri sedangkan mama ku tadinya adalah seorang ibu rumah tangga namun ketika aku memasuki bangku SMA ia memutuskan untuk membuka cabang perusahaan keluarga di Jakarta dan menjadi pemegang kantornya. Sebenarnya keluarga besarku sendiri merupakan keluarga yang cukup terpandang, eyang kakung ku merupakan seorang pangeran dari kesultanan jogja but he's not the first in the line that makes him cant ascend the throne, namun uang yang diberikan dari kas kerajaan cukup besar untuk membuatnya memulai kerajaan bisnisnya yang berpusat di Jogjakarta dan akhirnya beberapa tahun belakangan ini mama ku membuka cabangnya di Jakarta. And my dad? Papa adalah seorang pengusaha properti kecil-kecilan yang bergerak dibidang real estate, selain itu papa juga bergerak dibidang batu bara bersama salah satu temannya ia membantu pemasaran batu bara di asia tenggara. Untungnya ketika melanjutkan ke bangku kuliah aku diterima disalah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia yang pada akhirnya menjauhkanku dari mama dan papa, you knows that nowadays college cost much so im pretty grateful for that even im pretty sure my parents can send me to any school I want but I don't want to be that one of a kind spoiled little girl. Selain itu, aku yang sedari kecil sudah sangat tertarik dengan isu-isu politik semakin jatuh cinta dan akhirnya memutuskan untuk menjadi wartawan lepas sejak semester-semester akhirku, dan saat aku sedang mewawancarai duta besar Inggris untuk Indonesia yang kebetulan sedang berkunjung ke kampusku dan ia cukup terkagum dengan pertanyaan yang aku ajukan akhirnya ia menawarkanku untuk studi S2 di negaranya dengan konsentrasi studi yang sudah lama menjadi minatku! So yeah, actually I can study abroad because of a scholarship and a little bit of luck that I survived those stressful two years of my life. Jadi ketika aku sudah berhasil melewati itu semua dan berada diposisiku sekarang ini I would love to buy anythings I want, termasuk sepatu-sepatu dan tas yang kalau kata Langit harganya melebihi UMR kota Jakarta. Langit...

Anomali Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang