Part 26. Bom Waktu, Akhir Kisah?

22.2K 2K 189
                                    

Wow! Woke up to the good news from wattpad rank!😱😱

Terimakasih semua yang sudah setia mendukung dan membaca cerita ini, jangan lupa untuk terus vote dan comment ya❤️❤️

Terimakasih semua yang sudah setia mendukung dan membaca cerita ini, jangan lupa untuk terus vote dan comment ya❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyway, tidak mau berbasa basi lebih lanjut lagi. Enjoy this chapter, maaf kalau masih ada beberapa typos💃🏼💃🏼

Ps; untuk lebih dapat feelsnya, bisa play lagu di multi media

...

"Hon, what do you think?" Aku berputar di depan Kayser memamerkan kebaya dari Anji Asmara yang akan ku gunakan di pernikahan Mas Octa dan Mbak April nanti

Ia mengamatiku dan tersenyum "Cantik. It perfectly made for you"

Aku membuang muka malu, Kayser selalu pandai dalam memujiku tanpa membuat ku merasa jengah akan pujiannya "Mulut kamu manis banget, ya?"

Ia mengendikkan bahu "You deserve all the compliment, Vee" ia melirik ke pintu kamar ku yang terbuka "Kamu bikin berapa baju memang?"

"Dua doang kok"

Ia menatapku menyelidik "Tapi?"

"Tapi yang untuk resepsi aku bikin di Biyan dan yang untuk akad nikah aku bikin di Anji Asmara" aku menunduk seperti anak kecil yang ketahuan makan permen.

Kayser menggeleng. Sebenarnya ia kurang setuju dengan kebiasaanku yang kadang suka berbelanja di luar batas, ia kerap kali geleng kepala ketika melihat bill belanjaan ku yang bisa mencapai dua digit bila aku sedang stress seperti saat aku harus memutuskan untuk memilih antara New York atau Swiss, yang tidak ku pilih dua-duanya. Akhirnya aku lebih memilih untuk tinggal di Indonesia dan menerima lamaran partai untuk maju di kontestasi legislatif tahun depan

"Kamu masih harus save budget untuk pencalonan kamu, Vee" Kayser menatapku lelah, pasalnya aku telah berjanji untuk lebih berhemat demi menyisihkan dana untuk maju nanti "Aku paham, tapi-" ia menatapku tajam "Tapi kamu masih impulsif. Iya?"

"Aku ga impulsif kok.." Aku mencoba membela diri, toh sekarang aku sudah mulai mengurangi kebiasaan impulsive shopping ku sedikit demi sedikit

"Really? Is this what you call not impulsive?" Kayser menunjuk dasi Ermenegildo Zegna yang aku belikan untuknya di Plaza Senayan kemarin "Bukannya kita, terutama kamu, sudah sepakat untuk belajar memilah hal yang kita mau karena kita butuh dan hal yang kita mau hanya karena ingin?" Aku menunduk dan mengangguk "Dan kamu juga sudah janji mau belajar memilah prioritas kan?" Aku mengangguk lagi

Kayser menarikku duduk di hadapannya "Sekarang aku tanya sama kamu, apa prioritas finansial kamu sekarang?"

"Pencalonan tahun depan, hon"

"Dan apa yang harus kamu lakukan untuk itu?"

"Menabung dan mengurangi impulsive shopping untuk dana kampanye nanti"

Anomali Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang