Part 12. Dilemma

34.4K 3K 58
                                    

Klik tombol bintang ya! Please pretty please with cherry on top?

.....

Tau kan boneka mampang yg badannya kecil tapi kepalanya besar itu? Kalau kalian tanya hal yang paling aku benci di dunia ini, boneka mampang menempati ranking lima besar hal yang paling Kayra Venusia Rasjid benci.

Dan sialnya, sekarang aku sedang terjebak di dalam mobil bersama staff ahli kedutaan besar Kanada yang tidak kalah tampan dari sang PM Justin Trudeau. Dan boneka mampang ini sukses membuatku ketakutan sampai tiba-tiba aku tidak bisa berbahasa Inggris dan Prancis! Alhasil, sekarang aku tidak bisa merespon banyak pembicaraan soal keamanan dan HAM di Indonesia dalam menghadapi hukum adat ini karena konsentrasiku terpecah untuk mengalihkan rasa takut atas boneka mampang.

Sumpah aku sebenci itu sama boneka mampang!

Dan jika kalian bertanya dengan terpilihnya Indonesia sebagai temporary member United Nations Security Council akan memberi banyak benefit untukku, kalian salah besar! Walaupun aku bangga atas terpilihnya negara ini sebagai dewan keamanan PBB selama dua tahun kedepan, namun itu artinya aku juga harus bekerja keras selama dua tahun kedepan dan semakin banyak pula kunjungan serta dinas ke luar negeri, khususnya daerah konflik. Meskipun artinya, bonus akhir tahun yang akan aku terima juga semakin banyak.

"Anyway, Kayra you look familiar." Paul yang umurnya hanya beberapa tahun lebih tua dariku ini menatapku dengan penasaran

"Maybe you saw me in one of UN forums?"

Ia menggelengkan kepalanya kemudian menatapku dengan terkejut "Diana! I saw you in a frame at her flats!"

"Diana?" tuhan sungguh, aku berharap yang dimaksud si tampan Paul ini bukan Diana sahabatku itu. Bukannya apa, sesetia kawan apapun aku terhadap Diana, tidak rela rasanya membayangkan Paul patah hati dikarenakan kawanku yang memiliki wajah seperti Barbie namun kadang berkelakuan seperti Annabelle itu.

"Yes! You know Diana Prananto right?"

Crap. Siapa lagi pemilik nama Diana Prananto selain sahabatku yang satu itu?

"Yeah, she's a good friend of mine. How did you know her?"

"We went to Yale together, she studied Economics while i studied Politics"

Iya, sahabatku yang satu itu bisa dibilang cukup beruntung memiliki Ayah seorang importir mobil-mobil Eropa yang mampu membiayainya kuliah di luar negeri dari S1 hingga sekarang ia sedang merampungkan studi S3-nya.

Berbeda dengan Diana, aku dan Catherine memutuskan untuk kuliah di Indonesia dan meskipun tidak seberuntung Diana yang bisa sekolah di kampus Ivy League kami cukup beruntung dapat kuliah di kampus Ivy League versi Indonesia yang berada di luar daerah, sedangkan Millie dan Sydney kuliah di salah satu kampus swasta di ibukota.

"How is she?"

"Who? Diana?"

"Yeah, is she staying in Indonesia right now? Is she married already?"

Aku menggeleng, sepertinya si tampan ini benar-benar sudah takluk terhadap sahabatku yang satu itu tanpa menyadari ia hanyalah korban dari petualangan cinta Diana Prananto.

"She's in Paris right now, finishing her Ph.D programme. But her fiancee stays in Germany, and he usually spent weekends in Paris with her"

Aku melihat tatapan Paul yang berubah jadi sendu ketika  aku berkata bahwa Diana sudah memiliki tunangan, oh Paul seandainya saja kau tau bahwa kau bukan satu-satunya korban patah hati si Annabelle berbulu Barbie itu, aku yakin kau sudah membuat perkumpulan korban patah hati bernama 'I Hate Diana Prananto Club' seperti si tampan Brad Pitt dan Ross Geller yang diperankan oleh David Schwimmer membentuk 'I Hate Rachel Green Club' di Friends, sayangnya hal seperti itu - hampir - tidak pernah ada di dunia nyata, bila hal itu ada, aku akan menjadi pendiri sebuah klub bernama "I Hate Kayser Marsson Club" karena aku yakin tidak ada hal yang lebih kejam selain terjebak friendzone selama lebih dari delapan tahun.

Anomali Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang