Anomali Hati (Completed)

Part 32. Rumpi Sydney

Untuk pengguna Joox, boleh di cek playlist di atas!👆🏻👆🏻

Playlist ini nantinya akan bersangkutan dengan chapter-chapter yang akan datang (atau chapter sebelumnya) jadi, silahkan masukkan ke playlist joox kalian ya! Untuk Spotify juga sama!

Ps: beware, typos!

Jangan lupa, vote dan comment!

...

The things I do to forget you, Kay.

Kamu sudah pergi ke New York hampir tiga bulan dan selama tiga bulan ini pula aku mulai membuka hubungan dengan Langit, tapi nyatanya, tidak semudah itu aku bisa melupakan perasaan yang sudah kumiliki selama hampir delapan tahun ini. Dan sialnya, aku ikut menarik orang lain kedalam lingkaran setan yang kita buat sendiri ini.

Tapi tau apa yang lebih sial lagi selain menarik orang lain kedalam lingkaran setan yang kita buat, Kay? Aku mengumpankan diriku kepada salah satu pria dengan rep sheet yang lebih panjang dari perkamen hukuman Dolores Umbridge itu.

Aku menghela nafas berat. Aku sudah tau dari awal kalau Langit adaah seorang womanizer kelas kakap. Dan aku juga paham kalau mungkin Langit agak tersiksa -ralat, sangat tersiksa- karena tidak memiliki kesempatan menyentuhku bahkan sejengkal pun selama dua bulan ini. Bahkan aku juga sadar kalau usahanya mengajakku ke Bandung kemarin adalah salah satu dari usahanya untuk menarikku ke perangkapnya.

Yang lagi-lagi gagal.

Kalau boleh jujur, aku memang menikmati hubungan ku dengan Langit yang walaupun cukup eksklusif but it's nowhere near serious. Tapi fun dalam konteks ku sepertinya agak jauh dari fun dalam konteks Langit.

"Aunty K!!"

Aku menoleh dan mendapati London yang sudah duduk disamping ku membawa buku cerita Tales of Beedle the Bard versi Bahasa Inggris. Bisa ku pastikan ini pasti ulah Sydney yang membeli buku ini agar anaknya suka Harry Potter sepertinya dulu

Aku mengelus rambut London lembut "Kenapa, Princess?" Ia menyodorkan buku tersebut kepadaku dan menatapku dengan tatapan memohon "London mau Aunty bacakan ini?"

Ia mengangguk semangat dan menarikku ke kamarnya "Nap nap!"

Aku membacakan cerita tentang -apalagi kalau bukan- The Deathly Hallows, bagaimana jubah, tongkat, dan batu itu dapat mengalahkan kematian. Dan aku menjelaskan kepada London tentang bagaimana dalam hidup ini bukan selalu tentang yang terkuat yang menang seperti Elder Wand, dan kita tidak boleh terlalu mencintai orang lain seperti kisah The Resurrection Stone, dan harus mengutamakan kecerdasan daripada kekuatan agar dapat bertahan hidup sebagaimana The Invisible Cloak. Entah gadis kecil itu mengerti atau tidak maksudku, tapi yang jelas aku sudah berusaha menanamkan nilai-nilai penting itu untuknya.

"Eh, habis darimana lo?" Aku melihat Sydney yang sudah duduk nyaman di sofa-bed ruang keluarganya dengan selimut, dua gelas susu hangat dan juga oatmeal cookies yang tadi kami buat

Aku meliriknya tajam "Habis bacain anak lo nap time story!" Ia terkekeh "Si Abang mana ya? Kok ga kelihatan?" Aku melihat sekeliling mencari Brooklyn yang tidak kelihatan batang hidungnya daritadi

"Dibawa Evan dan Bang Dirga golf sama mertua gue. Lagian semalam mereka habis berantem juga, jadi hari ini dipisahin dulu supaya muncul rasa bersyukur masih punya saudara"

Aku menggumam paham dan mengambil gelas susu yang masih penuh "Really, Syd? The Night Before Christmast?"

Sydney mengangguk "Buat persiapan Halloween month di cruise oktober nanti," aku menatap Sydney tidak paham, bukannya Haloween masih lama ya? "Buat iklannya kan harus udah jadi sebulan sebelumnya K, dan harus udah matang dua bulan sebelumnya. Jadi ya gue udah harus persiapkan dari sekarang"