Definisi rumah selalu berubah untukku, ada masa dimana aku menyebut Jakarta adalah rumahku dimana semua kegilaan dan waktu yang terbuang di jalan menjadi sahabatku, lalu pada saat umurku 17 tahun definisi rumah bagiku berubah menjadi sebuah kota di ujung Timur Pulau Jawa dimana aku menghabiskan waktu tidurku untuk mengerjakan tugas, bahkan aku ingat beberapa bulan terakhir yang kuhabiskan disana seringkali aku habiskan malam hari untuk mengetik skripsi sambil menangis sesenggukan karena kekejaman dosen pembimbing skripsiku. Kemudian pada saat usiaku menginjak awal 20 tahun, definisi rumah bagiku berubah menjadi London dimana aku menghabiskan friday night mengelilingi Picadilly Street atau Oxford Street kemudian dilanjutkan dengan window shopping di Dover Street Market, dan menjadi turis di akhir pekan bersama Sydney dengan mengunjungi London Eye, berjalan-jalan disekitar London Bridge dan The Tower of London, atau sekedar mengunjungi Buckingham Palace setiap Trooping The Colours dengan harapan ada salah satu anggota Royal Family yang terpesona dengan kami ketika melihat kami di barisan rakyat, tidak lupa juga kegilaan kami menjelang final test dan ujian tesis dimana kami mendatangi Baker Street pukul 03.00 dini hari hanya untuk melihat Benedict Cumberbatch yang sedang take Sherlock season 4. Dan sekarang, definisi rumah bagiku adalah Suami ku, seberat apapun hari yang kulalui rasanya aku seperti mendapat suntikan energi ketika melihat ke matanya, dan boom. Semua bebanku hilang begitu saja. Kalau aku yang dulu bisa mengamuk saat itu juga bila lingeries La Perla dan Agent Provocateur ku robek sedikit saja, aku yang sekarang dengan senang hati menerima bila Suami ku ingin merobeknya ketika pakaian itu melekat dibadanku -jangan salah, aku masih akan 'ngambek' dan meminta gantinya setelah aktifitas kami selesai. But you see the difference? Bila dulu aku sangat membenci bila hal itu terjadi, sekarang mungkin aku akan kesal sedikit, but in the end it all be worth it.
"Vee?"
"Ruang tengah, Hon"
Aku melirik Kayser — my dear husband — yang baru datang, dan seperti biasa hal yang pertama ia lakukan adalah mencium ku lalu asal melempar sepatu dan tas-nya begitu saja menjadikan aku tukang pungut khususnya selama tiga bulan ini. Oh, jangan lupa snelli alias jas putih kebanggaaannya yang dia lempar begitu saja ke sofa. Iya, sekarang memang hari Sabtu, tapi Sabtu ini memang dia terpaksa datang ke Rumah Sakit karena ada pasien VVIP yang harus ia tangani.
The thing I love about Kayser and his new habit after we got married is, he always kiss my forehead, lips and neck whenever he come home.
"Ck, kamu bau rumah sakit! Mandi dulu sana"
Ia melihat ku dan TV dengan bingung "Kamu nonton apa sih? Orang pakai underwear doang-"
Aku menutup mulutnya yang sudah akan protes itu dengan mencium bibir-nya "Victoria's Secret Fashion Show, Honey. Mandi dulu gih, kamu bau rumah sakit aku ga suka"
"Habis itu makan ya?"
Aku tertawa, aku sampai sekarang masih heran dengan kapasitas perut Kayser yang sepertinya bertambah setelah kami menikah "Iya, mau makan apa?"
"Makan kamu" ia berkata dengan suara datarnya
Aku melotot mendengar ucapan Kayser "Serius!"
"Ya udah, aku mau makan-"
Aku memotong ucapannya "Ga ada jawaban makan aku ya, kalau kamu jawab mau makan aku, kamu masak makan malam sendiri!"
Pada hari Sabtu dan Minggu seperti ini, kami memang hanya berdua di rumah. Si Mbak yang biasanya mengurus rumah ku kirim ke Apartemen ku untuk bersih-bersih dan beristirahat di Apartemen yang sudah tidak pernah ku tinggali lagi sejak kami menikah
Kayser tertawa mendengar ku yang memperingati nya dengan galak "Kamu galak banget sih, Vee? Orang aku mau bilang kalau aku mau makan potato gratin" aku mengangguk "Tapi habis itu makan kamu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomali Hati (Completed)
ChickLitKayra Venusia Rasjid. Diplomat dan politisi muda kebanggaan Indonesia. Menghabiskan 40% waktunya di Kantor, 30% untuk konferensi di luar negeri, 30% lagi untuk kehidupan pribadi. Menurut sahabatnya, ia pantas masuk kedalam eligible bachelorette di J...