Part 27. Hello again, Sky

20.8K 1.8K 89
                                    

Warning: Typos

Jangan lupa vote dan commnent! Selamat membaca :)

...

Wedding should always be a happy occasion. At least for most of us, most of the times.

Tapi tidak denganku. Besides the fact that up until now it's still hard for me to believe in marriage institution, saat ini seharusnya aku turut bersenang-senang bersama keluargaku yang lain di pernikahan Mas Octa dan Mba April. Nyatanya justru aku sedang duduk menyedihkan di Ballroom Hotel Bidakara berbalutkan kebaya Jawa custom Biyan yang seharusnya membuatku semakin bersinar, memikirkan Kayser yang seharusnya ikut denganku. Aku tertawa miris, I'm a 27 years old woman, duduk sendiri, tanpa pasangan, di meja keluarga dengan tumpukan makanan dan minuman di depanku.

Aku menghela nafas berat. Nobody said it was easy. Toh dari awal aku juga sudah paham segala resiko memiliki pasangan seperti Kayser, dan yang seharusnya aku sadari adalah resiko tersebut bukan hanya aku tidak akan pernah menjadi prioritasnya, tetapi juga bagaimana seharusnya kami tidak terlalu mementingkan ego kami, mengingat jam terbang pekerjaan kami yang sudah cukup tinggi.

"Mbak ih! Kenapa sih melamun terus?" Olyvia menggoyang-goyangkan lengan ku "Pasti mikirin Dokter Kayser lagi, deh" aku terkejut mendengar nya bisa menebak dengan tepat "Mbak kira aku ga tau kalau Dokter Kayser ga datang bareng Mbak Kay karena hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja?"

"Sok tau, kamu" aku melirik Olyvia sinis "Sejak kapan kamu bisa baca pikiranku?

"Well, hello. I was a valedictorian for architectural study. Memangnya Mbak Kayra doang yang bisa pintar dan tau segalanya?"

"Ya sudah, kalau kamu tau segalanya, kamu tau apa yang aku pikirkan sekarang?"

Ia mengangguk mantap "Mbak Kay sedang memikirkan Dokter Kayser, iya kan?"

"Bukan." Aku menggeleng "Aku sedang memikirkan bagaimana kalau kamu menjadi adik sepupu yang lebih berguna dan design rumah ku, yang sesuai keinginanku dan beda dari design-design rumah biasanya. Dan tentunya memenuhi standar sempurna ku. Aku yakin pasti mudah buat kamu, ya kan Miss Valedictorian?"

"Gila!" Ia melotot tak percaya yang ku balas senyum menantang "Mbak kira aku sudah selevel Zaha Hadid? Aku rasa Zaha Hadid kalau masih ada juga akan kesulitan kalau harus memenuhi standar sempurna versi Mbak Kayra!"

Aku menatapnya tajam "I'm not that perfectionist. Please don't exaggerating it"

"And The Nial isn't only a river in the Saudi"

"Egypt." Aku tertawa sarkas "Sungai Nil itu di Mesir, bukan di Arab. Gitu aja salah, sok-sokan mau lawan aku"

"Iya iya! Tau yang calon pejabat. Beda sama aku yang rakyat jelata ini" Olyvia memutar mata kesal memancing tawaku meledak. My first laugh of the day, to be honest.

"Kay! Kayra!" Mbak Adelise, kakak sepupuku sekaligus kakak kandung Mas Octa, memanggilku sambil menggendong Akia, anak pertamanya "Tolongin Mbak dong Kay"

"Apa Mbak?"

"Tolong kamu jagain Kia dulu ya, Mbak Adel mau ke toilet sebentar, sekalian benerin sanggul dulu nih. Daritadi ditarik-tarik terus hiasannya sama si Kia"

Aku mengulurkan tangan untuk menggendong Akia, anak itu tertawa senang menyambut uluran tangan ku "Kia sama Aunty K dulu ya, Bunda kamu mau ke toilet" aku mencium pipi gembul batita berusia dua tahun ini yang sibuk memainkan bros di dada ku

Aku memakan pannacota sambil sesekali menyuapkannya ke bayi di pangkuanku ini, tingkahnya yang selalu tersenyum riang dan bertepuk tangan setiap memakan Pannacota itu membuatku gemas dan memeluknya erat

Anomali Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang