Episode 16: War

9.8K 629 64
                                    

[]Lady Gaga – Million Reasons, Empire Cast – Conqueror, LeeSA – Like a Film

[▶]Lady Gaga – Million Reasons, Empire Cast – Conqueror, LeeSA – Like a Film

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Velona

Kalo kalian mikir gue bakal langsung nempel-nempel dan ngejar-ngejar Draco untuk membuat dia takluk pada gue, kalian salah. Ya kali abis bertengkar hebat gue langsung bersikap baik ke dia? Yang ada dia malah curiga pada motif gue. Selain itu gue juga gak bisa kayak gitu. Gue butuh waktu.

Paling enggak sekarang gue udah gak mengurung diri di kamar Bee tiap ada dia di rumah. Sekarang gue dengan sengaja menunjukkan diri. Entah itu makan di dapur, nonton TV, atau sekadar bersantai di ruang tengah. Hanya aja gue masih tetap mengabaikan dia. Menganggap dia gak ada.

Gue juga masih mogok masak buat dia. Gue hanya masak untuk diri gue sendiri dan Bee. Persetan deh dia mau makan kek mau nggak, gue masih terlalu marah untuk peduli.

"Lo gak ada check up gitu? Kan bentar lagi lahiran," tanya Draco. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba dia nanyain itu ke gue. Hal tersebut juga menandakan kalo dia lagi yang memulai pembicaraan di tengah-tengah perang dingin di antara kami.

Gue diem aja, fokus nonton gosip di TV sambil nyemilin biskuit. Bodo amat kalo dia nganggap gue kekanakan. Gue masih sebel. Pokoknya gak ada kata damai sebelum dia minta maaf ke gue. Kalo perlu sampe sujud-sujud.

"Velona!"

Gue masih tetap gak mau buka mulut.

Baru aja tangan gue mau mencomot sebuah biskuit lagi, tiba-tiba Draco udah berdiri di hadapan gue lalu merampas biskuit gue dan melemparnya ke sembarang arah.

"What the hell!" seru gue gak terima. Itu tuh biskuit kesukaan gue saat ini anjir. Ditengah kemageran gue, gue bela-belain order taxi online buat ke mini market cuma untuk beli itu biskuit. Dan dia dengan seenaknya ngelempar biskuit gue?!

"Makanya kalo diajak ngomong tuh nyaut!" hardiknya kesal. Rahang Draco mengeras, menunjukkan betapa jengkelnya ia pada gue. Matanya juga menatap gue tajam. Kalo tatapan bisa membunuh, mungkin gue udah mati sejak tadi.

"Lo boleh diemin gue buat hal apapun, tapi enggak untuk urusan anak! Gue berhak khawatir buat dia, berhak nanya-nanya keadaan dan perkembangan dia, dan juga berhak tau tentang apapun yang berkaitan sama dia. Jadi, lo gak seharusnya diemin gue tiap kali gue singgung tentang dia!" protes Draco panjang lebar. Memang benar kalo beberapa kali Draco pernah nanyain Bee, ada keluhan apa nggak tentang kehamilan gue, dan kapan periksa lagi ke dokter. Tapi gue lebih sering diem dan nyuekin dia. Gue hanya ngomong saat tersulut emosi aja. Seperti saat hari ulang tahun Mahes itu.

Buat gue sikapnya yang seperti itu gak sesuai sama tindakan bejatnya. Gimana bisa pria brengsek peduli pada anaknya?

Gue bangkit dari duduk gue, gak mau terkesan terintimidasi dengan dia yang menjulang tinggi lalu menatap gue ke bawah seperti itu. "Gak usah sok peduli sama anak gue!"

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang