Episode 34: Another Surprise

6.1K 412 52
                                    

[▶️] SALTNPAPER - Bye Autumn, Dawes -Things Happen

Velona

"Daddy, daddy!" Celoteh Rory sambil menunjuk-nunjuk pintu rumah kami saat mendengar suara mobil Draco.

Semenjak mampu mengucapkan kata 'daddy,' Rory jadi sangat suka memanggil-manggil ayahnya. Jujur gue iri sama Draco. Gue yang ngabisin waktu lebih lama sama Rory setiap harinya, tapi kata pertama yang Rory sebutkan adalah 'dada' saat usianya 8 bulan. Sekarang dia malah bisa mengucapkan 'daddy' dengan sempurna. Sementara gue? Dia masih memanggil gue 'mama' atau 'ma.' Gue sih pasrah aja kalau nanti ujung-ujungnya dia keterusan manggil mama meskipun selama ini kami mengajarkan dia untuk memanggil gue mommy. Gue nggak akan mempermasalahkan hal tersebut, toh juga artinya sama-sama ibu.

Tapi tetep aja gitu gemeeeeessssss. Kenapa sih kata pertama dia harus daddy? Gue loh yang sama dia 24 jam tiap harinya.

Gara-gara ini gue sering diledek Draco. Dia merasa di atas awan karena sepertinya Rory lebih suka sama dia daripada sama gue. "Daddy 1, mommy 0," kata dia tiap kami bahas masalah ini. Kesel.

Mana sekarang skornya jadi 2-0 lagi gara-gara Rory udah bisa bilang daddy. Udah kesel, kepala gue sakit nggak ilang-ilang selama beberapa hari ini, nambah lagi payudara gue nyeri tiap nyusuin Rory. Makin bete deh.

"Kenapa sih mukanya ditekuk gitu?" Tanya Draco yang tau-tau udah di depan gue dengan Rory digendongannya.

Ngeliat mereka gue jadi makin iri. Gue ngerasa sendiri di rumah ini. Nggak punya partner in crime. Kalo nangis aja Rory lebih nyariin daddy-nya ketimbang gue. Gue cuma pilihan kedua buat dia. Gue tau nggak baik sebenarnya mikir kayak gini. Tapi.... gue nggak bisa ngontrol emosi gue saat ini. Nggak tau kenapa. Kayak, gampang banget sedih, seneng, terus marah. Mood gue bener-bener nggak jelas beberapa minggu belakangan ini.

"Nggak pa-pa," sahut gue tanpa melirik ke arah Draco. Mata gue sengaja gue fokuskan ke TV.

Draco mendudukkan dirinya di sebelah gue. "Gue ada bikin salah ya?" Tanyanya bingung.

"Nggak." Singkat dan terdengar ketus. Tapi emang kayak gitu adanya. Dia nggak melakukan kesalahan apapun. Gue-nya aja yang lagi nggak jelas.

Nggak lama kemudian gue merasakan Rory merangkak ke pangkuan gue. "Mama mik," katanya sambil membenamkan wajah kecilnya di dada gue.

Gue pun memposisikan kepalanya di lengan gue lalu membuka kancing baju gue.

"Ssshhsss," ringis gue begitu Rory mulai menyusu.

"Masih sakit?" Gue menoleh dan mendapati Draco menatap gue cemas. Memang gue sempet ngeluh masalah ini ke Draco beberapa kali. Tapi gue pikir ini hal yang wajar. Apalagi Rory udah mulai tumbuh gigi, jadi kadang-kadamg sakit aja kalo kegigit.

"He eh," gue mengangguk.

"Apa mau diselesein aja nyusunya?" Tanya Draco, memberi usul.

Gue belum kepikiran buat menyapih Rory. Meskipun Rory udah mulai minum susu formula sejak usianya 6 bulan, gue masih pengen kasi dia asi seenggaknya sampe usia dia 1,5 atau 2 tahun.

"Konsul dulu aja kali ke dokter, biar tau bagusnya gimana," putus gue.

Setelah itu kami nggak memperpanjang masalah ini lagi. Draco mau mengikuti apapun keputusan gue karena ini tubuh gue dan gue yang menjalani. Asalkan itu nggak berbahaya buat Rory dan gue, dia akan selalu mendukung.

***

Gue terbangun dengan migrain yang sering muncul belakang ini. Kepala gue pusing, ditambah lagi perut gue mual. Sakit apa sih gue sebenarnya?

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang