Episode 42: Talk

8.1K 457 52
                                    

[▶️] Mocca - On the Night Like This, The Overtunes - Begitu Indah, Payung Teduh - Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan

Velona

Pernah nggak lo udah baikan sama pasangan lo tapi masih ngerasa masalahnya belom kelar?

Bukan belom kelar sih, cuma... apa ya? Masih ada yang ngeganjal aja gitu. Masalah nggak sepenuhnya berakhir. Awalnya gue ngerasa, ah kami baru baikan, wajar kayak gini. Ini namanya masih pembiasaan.

Tapi lama-lama mengganggu juga.

It feels like there's distance between us. No matter how close we are, it was like we're so far away. Tiap malem tidur bareng. But, it was just that. Never more. Nggak ada Draco yang mesum lagi. Nggak ada Draco yang selalu cari kesempatan buat making love atau sekadar ngegrepe gue. Draco menahan dirinya. Entah menahan diri karena apa.

Jengkel juga ya lama-lama diginiin sama suami. Dia kayak bales dendam gitu, tapi gue tau dia nggak lagi bales dendam.

Emang sih bakal aneh keliatannya kalo sekarang jadi gue yang ngegas? But what do you expect from pregnant woman? I'm in my sixth going to seventh month pregnancy and the hormone is driving me crazy. I need my husband's attention!

Diperhatiin sih iya, dia nanya gue udah makan apa belum. Dia beliin gue maunya apa. Tapi gue butuh lebih gitu. Women have needs as well. Bukan cowok aja yang butuh.

Horny Velona is so horrible, damn!

Boro-boro disentuh kayak gitu, dicium di bibir aja nggak pernah lagi. Paling kadang-kadang doang dia cium di kening atau pelipis gue pas dia cepet-cepetan mau berangkat kerja.

"Mau ke mana sih?!" Tanya gue. Nggak sedikit pun gue sembunyiin rasa jengkel gue. Ini hari sabtu loh, masa dia mau ninggalin gue kerja lagi.

Padahal sebelum-sebelumnya udah sering ditinggal dadakan kayak gini, namanya juga kerja di hotel, punya jabatan tinggi pula di bawah Kak Geo. Draco bukan PNS yang akhir pekan pasti libur. Kalau ada meeting atau urusan mendesak yang tiba-tiba muncul, ya mau nggak mau dia harus kerja. Sebelumnya gue nggak pernah protes. Gue selalu menerima karena gue juga nggak pernah minta dia dedikasiin waktunya buat gue. Gue nggak pernah mikir bakal punya hubungan yang serius sama dia. Gue kira bakal selamanya pernikahan kami bakal berjalan kayak status dua orang yang nggak lebih dari sekadar partner besarin anak. Gue bahkan udah nyiapin diri kalo emang akhirnya kita harus pisah demi kebaikan masing-masing setelah kasus Maya itu.

Tapi sekarang, saat gue sama dia memutuskan untuk nggak pisah dan menjalani hubungan rumah tangga ini selayaknya pasangan suami istri normal pada umumnya, gue jadi punya keinginan atas waktunya dia. Hal yang mungkin gak pernah muncul saat gue berpacaran dengan Devan. Ini benar-benar baru buat gue karena sebelumnya gue nggak pernah ngerasa kayak gini sama cowok gue. Gue selalu menerima seberapapun waktu yang dia kasih buat gue, gue nggak pernah minta lebih. Atau mungkin emang gue yang nggak terlalu peduli karena gue selalu ngerasa nggak butuh dia?

Mungkin aja. Karena waktu LDR dengan Devan pun hubungan kami mulus-mulus doang, nggak kayak kebanyakan orang. Gue nggak pernah ngeluh masalah waktu yang kurang sama dia, jarang ketemu dia, dan banyak hal yang nggak bisa gue lakuin bareng dia. Gue ngerasa baik-baik aja dan selalu merasa segalanya cukup buat gue karena meskipun dia nggak ada di samping gue, gue masih bisa hidup. Gue masih bisa seneng-seneng. Gue tetep bahagia.

"Bentar aja. Ada masalah di hotel," ujarnya terburu-buru. Draco mengecup Rory sekilas lalu pergi begitu saja.

Hello? Ini istri lo ditinggal gitu doang?

Jadi nggak yakin kalo dia serius sama kata-katanya yang kemaren-kemaren bilang mau nyoba lagi sama gue. Kan, kan, kumat lagi insecurity gue.

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang