Episode 28: Reminiscing

5K 438 30
                                    

[▶️] LeeSA - Like a Film, Min Chae - Another Me, The Rain - Dengar Bisikku

Third POV

Sore itu suasana cafe 70°C yang berada di Jimbaran, tepatnya di kawasan Udayana, tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung. Minimnya pengunjung membuat Draco dengan mudah menemukan Velona dan Rose. Rose dengan ekspresi terkejut, sementara Velona dengan ekspresi bengisnya. Begitu manik matanya bertemu dengan mata Velona, tubuhnya langsung menegang selama beberapa detik. Dirinya dipaksa membuat keputusan kilat untuk menangani situasi ini. Mau tak mau ia pun harus menjelaskan semuanya kepada Velona.

Kepada Rose juga, tentang masa lalu mereka. Setidaknya Rose berhak tahu tentang itu.

Dengan langkah kaki mantap dan jantung yang terus berontak ingin melompat ke luar, Draco berjalan ke arah meja Velona dan Rose.
"Dua cewek yang duduk di meja depan itu bini sama mantan gue," ujarnya terdengar seperti peringatan untuk Sita. Sita tidak mengatakan apapun, dia berjalan di belakang Draco dan mengikutinya ke meja yang Draco maksud.

"Boleh gue gabung? Ada yang mau gue omongin sama kalian berdua," tanya Draco membuat Rose melirik Velona yang masih menatap Draco penuh kebencian.
"Nggak," ketus Velona.
Draco menghela nafas, "Gue harus jelasin semuanya sama lo, Vel. Dari awal mula penyebab gue kayak gini," kemudian Draco menatap Rose. "Lo juga berhak tahu tentang kebenaran ini, Rose."
Sita masih bungkam, tidak berani buka suara sebelum dipersilakan. Dia bisa melihat tatapan tidak suka dari mata istri Draco terhadapnya.
Rose bangkit dari duduknya lalu pindah ke sebelah Velona. Dia meraih tangan Velona. "Kita dengerin dulu ya, Vel. Apapun yang mau kamu lakukan setelah kamu denger penjelasan mereka, itu hak kamu," bujuk Rose lembut.

Melihat interaksi antara Rose dengan istrinya membuat Draco merasa takjub. Orang lain mungkin tak akan pernah menyangka apa yang pernah terjadi di antara mereka sebelumnya melihat bagaimana dekatnya mereka saat ini. Selain itu, Draco juga merasa bersyukur ada Rose. Rose benar-benar baik dan mau memberinya kesempatan untuknya. Dia bahkan membantunya membujuk Velona tanpa ia minta. Dapat ia lihat pertahanan Velona mulai goyah.

Velona menghembuskan nafas kasar lalu mengisyaratkan pada Draco dan Sita untuk duduk. "Sit and talk," perintahnya, ketus.

"Makasi udah mau kasi gue kesempatan buat jelasin-" ujar Draco terpotong.
"Gak usah basa-basi, langsung aja ke intinya!" Potong Velona.
"Iya ini gue mau jelasin, Vel. Bisa nggak lo denger dulu tanpa nyela?" Balas Draco.
Melihat Velona yang sudah ancang-ancang ingin membalas perkataan Draco dengan apapun kata tajam yang siap meluncur dari mulutnya, Rose langsung menahannya dengan memegang tangan Velona.

Setelah memastikan Velona dan Rose siap mendengarkan ceritanya. Draco melirik ke sebelahnya. Sita hanya diam dan menundukkan kepala.
"Cewe di sebelah gue ini Sita. Dia mantan gue," ujar Draco memulai. Sita mengangkat wajahnya dan menatap Rose dan Velona. Ia bingung harus menunjukkan reaksi seperti apa untuk perkenalan yang dilakukan oleh Draco. Karena tidak tahu harus berkata apa, ia pun memilih tersenyum singkat. Meskipun senyumnya terkesan awkward.

Rose membalas senyum kecil Sita. Sementara Velona masih dengan wajah datarnya. Ia bahkan hanya melirik Sita sekilas sebelum kembali fokus pada Draco. Ia benar-benar memperlakukan Sita seolah-olah wanita itu tidak ada.

"Gue punya masa lalu yang complicated sama Sita. Waktu sekolah dulu gue naksir sama dia dan kita pacaran. Tapi itu gak berlangsung lama karena gue mergokin dia selingkuh. Dari situ lah awal mula gue jadi cowok brengsek. Gue sakit hati, gue lampiasin amarah gue ke cewek-cewek dengan mempermainkan mereka kayak Sita permainin gue," tutur Draco. Sita tidak membantah sedikitpun apa yang Draco katakan karena memang itu lah kebenarannya.
"Bener kayak gitu?" Tanya Velona pada Sita. Ini pertama kalinya Velona mengajak Sita bicara.
Sita yang sadar diajak bicara pun mengangguk. "Iya, saya yang salah. Saya yang lebih dulu mempermainkan Draco. Dan itu bukan yang pertama kalinya. Saya lagi-lagi bikin Draco kecewa dan sakit hati setelah Draco kasi saya kesempatan lagi buat memperbaiki semuanya. Saya yang nggak bisa jaga kepercayaan Draco. Saya yang bikin Draco seperti ini," akunya jujur.
Draco memejamkan matanya. Ada perasaan berbeda kali ini saat mendengar Sita mengakui semua kesalahannya.
"Gue sempet balikan lagi sama dia waktu gue kuliah. Gue masih sayang sama dia. Dan ya mungkin gue dulu terlalu bucin sampe bisa nerima dia lagi. Gue yang terlalu sayang dan terlalu berharap. Tapi ternyata lagi-lagi gue harus menelan kekecewaan karena cewek yang gue sayangin.... Cewek yang gue cintai sebesar itu malah nggak menganggap perasaan gue dan main kotor sama cowok lain di belakang gue. Dari situ gue udah nggak bisa percaya lagi sama cewek. Gue gak bisa mencintai cewek lagi. Mungkin bukan nggak bisa, tapi takut. Gue takut buat ngalamin hal yang sama untuk yang kesekian kalinya," tutur Draco lagi.
Kali ini Sita menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu salah, Drake. Aku bukan nggak menganggap perasaanmu. Karena aku sadar sama perasaanmu yang sebegitu besarnya lah aku kayak gitu. Untuk pertama kalinya aku merasa butuh kamu. Aku arogan dan gengsi. Aku nggak sudi membutuhkan cowok. Aku selingkuh cuma buat buktiin ke diriku sendiri kalo bukan aku yang butuh cowok, tapi kalian para cowok yang butuh aku. Dan ya.... ternyata keputusan yang aku buat itu adalah keputusan terburuk yang pernah aku lakukan. Aku kira setelah itu aku bakal bisa ngelupain kamu, tapi ternyata aku malah nyesel kehilangan kamu," jelas Sita.

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang