[▶️] Indrakustik & Arina - Stars in Your Eyes, Trisouls - Senyummu Hanya Untukku, Mocca - On The Night Like This
Third POV
Ada kalanya seseorang terlalu sibuk dengan masalah besarnya sampai melupakan hal kecil yang terbilang penting untuknya. Dalam kasus Draco ini, ia melupakan tanggal pernikahannya. Saat bersama Rose dulu, sebejat apapun dirinya, ia selalu berusaha untuk memberi Rose kejutan. Entah kejutan tersebut diberikan terlambat maupun tepat waktu. Yang pasti Draco tahu hari jadinya.
Ia pun merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya ia melupakan hari pernikahannya sendiri. Padahal tepat di tanggal ini tahun lalu hidupnya resmi berubah.
"Dray," suara Velona membawanya kembali dari lamunannya.
"Hm?" Gumamnya.
"Pulang."
Satu kata. Hanya satu kata itu yang dilontarkan oleh Velona tetapi memiliki efek yang luar biasa pada diri Draco.
Ia merasa diinginkan.
Dan detik itu juga dirinya membuat keputusan. Draco tidak akan membiarkan hari ini habis begitu saja. Harusnya hari ini dia habiskan dengan Velona, merevisi beberapa hal yang seharusnya sudah ia lakukan sejak dulu.
Jika saja ia tidak terlalu fokus dengan pekerjaannya, mungkin saat ini dirinya sudah dalam perjalanan pulang dengan Velona dari kencan mereka yang tidak pernah terjadi.
"Gue pulang sekarang," putus Draco mantap. Ia sudah menyelesaikan tanggungjawabnya di kantor. Sudah saatnya ia mengutamakan keluarganya sekarang.
"Hati-hati nyetirnya," pesan Velona sebelum memutus sambungan telepon.
Draco pun berjalan menghampiri Geo dan membisiki kakaknya tersebut. "Gue balik dulu, Ge. Lupa sekarang anniversary pernikahan gue."
Geo pun mengangguk mengerti dan mengijinkan Draco pulang lebih dulu. Tak lupa Draco pamit dengan beberapa kolega. Saat ditanya mengapa dirinya terlihat begitu terburu-buru, Draco hanya menjawabnya dengan "emergency."
Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di rumahnya. Dari luar rumahnya terlihat sepi. Rory pasti sudah tidur, pikirnya.
Draco menyeret kopernya dan masuk ke dalam rumah. Hanya ada TV yang menyala, ia tidak menemukan sosok Velona.
Namun, tak lama kemudian Velona muncul dengan baju kaos kebesaran dan celana pendek yang hampir tak terlihat karena panjangnya kaos yang dikenakan Velona. Rambutnya dicepol ke atas dan beberapa anak rambutnya jatuh seperti tirai di sisi wajahnya. Biasanya Velona akan menganggap style ini sebagai style gembelnya. Tetapi tidak untuk Draco. Baginya Velona terlihat ratusan kali lebih cantik dan menggoda saat dia terlihat kacau seperti ini. Velona bahkan tidak terlihat seperti ibu-ibu beranak satu. Mungkin karena usianya yang lebih muda juga.
Untuk beberapa saat mereka terpaku di posisi masing-masing, tidak saling mendekat namun saling memandang.
Tetapi hal tersebut tak berlangsung lama. Dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan, Velona melangkahkan kakinya lebih dulu dan menghampiri Draco. Draco bahkan agak terkejut ketika Velona mengalungkan kedua tangannya di leher Draco dan memeluknya.
"Kangen banget ya sama gue," godanya kemudian sambil memeluk tubuh Velona. Kepalanya menunduk dan mencari ceruk leher Velona. Empat hari ia tidak menghirup aroma shampoo dan sabun yang dikenakan istrinya dan sekarang ia merasa lelahnya sedikit menguar karena bisa mencium wangi familiar itu lagi.
He feels at home.
"Nggak," gumam Velona mengelak.
"Terus ngapain nih peluk-peluk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin [Complete]
Romance"Gue bilang gue hamil ya gue hamil. Bagian mana dari 'gue-hamil-brengsek' yang gak lo mengerti?" Kebanyakan, di dalam sebuah drama Korea, sinetron Indonesia, atau bahkan serial-serial India, ada sesosok wanita menyebalkan yang dibenci oleh penonton...