Episode 38: Titik Temu

6.6K 474 22
                                    

[▶️] Aurora - Half The World Away, LeeSA - Like a Film, Henry - It's You, The Rain - Dengar Bisikku

Third POV

Jam telah menunjukkan pukul 02.17 dan yang dilakukan Draco dan Velona hanyalah duduk di pinggir ranjang Velona. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Rory masih tertidur pulas, tidak menyadari situasi menegangkan di antara oramg tuanya. Si kecil itu bahkan nampak tidak terganggu meskipun Draco sempat menciumi wajahnya beberapa kali.

Aksi peluk-pelukan tadi tidak berlangsung lama. Velona yang sempat tercengang sesaat langsung menyadari ada orang lain yang menyaksikan momen intim mereka berdua. Ia pun segera melepas kedua lengan Draco yang membelit tubuhnya.

Bu Merri saat itu hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua. Dirinya sudah pernah menikah lebih dulu, jadi ia tahu bagaimana rasanya merindukan pasangan yang sudah tidak kita lihat selama berhari-hari. Ia pun menyuruh Velona untuk mengajak Draco istirahat karena ini sudah cukup larut dan Draco baru saja menempuh perjalanan jauh selama kurang lebih 3 jam.

"Apa kabar, Vel?" Tanya Draco memecah keheningan. Kepalanya menoleh, melihat wanita di sebelahnya. Namun Velona malah mengalihkan wajahnya, membuat Draco hanya bisa melihat sisi kanan Velona saja.

"Baik."

"Masih sering mual?" Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepala Draco. Mengapa Velona tidak menghubunginya? Mengapa Velona menhindarinya? Apakah Velona merindukannya? Apa saja yang Velona lakukan selama di sini? Apakah Velona bisa tidur tanpa dirinya sementara ia tak pernah bisa tidur selama seminggu ini? Dan masih banyak lagi pertanyaan lain.

Tetapi Draco malah memilih pertanyaan basa-basi yang sekiranya tidak akan memancing perseteruan di antara mereka.

"Nggak." Lagi, Velona hanya menjawab dengan singkat seolah-olah ia enggan terlibat percakapan yang begitu lama dengan Draco.

Draco mendesah pasrah. Velona masih belum mengampuninya juga.

"Gue mau tidur, Dray," ujar Velona kemudian. Velona memang terlihat lelah. Ada lingkaran hitam di bawah matanya. Sama halnya seperti Draco.

Mereka berdua sama-sama lelah. Fisik dan batin.

Draco pun mengangguk. Meskipun banyak yang ingin ia bicarakan, tetapi ia rela menunggu hingga esok. Draco tidak mau merusak kesempatan yang ia miliki sekarang dengan memaksa Velona bicara dengannya lalu berakhir dengan Velona yang marah lagi padanya. Istirahat merupakan alasan rasional yang bisa ia maklumi, meskipun ia tahu Velona hanya sedang mengulur-ulur waktu. Saat ini, kesehatan Velona dan calon bayi mereka lebih penting.

Velona pun membaringkan tubuhnya di sebelah Rory yang tidurnya dekat dengan tembok. Kasur yang ia tiduri saat ini jauh lebih kecil dari milik mereka di rumah.

"Kasurnya cuma satu, Vel," kata Draco tiba-tiba. Ya, Velona juga tahu ranjang di kamar ini hanya satu. Selain itu tidak ada sofa di sini.

"Boleh gue tidur di sebelah lo?"

Velona menimbang permintaan suaminya tersebut. Jika ia wanita yang kejam, mungkin ia akan menyuruh Draco untuk tidur di atas ubin kamar ini yang dingin dan agak kotor. Tidak ada pilihan lain untuknya selain mengiyakan.

"Iya," gumam Velona pelan lalu menggeser tubuhnya untuk memberi ruang pada Draco. Ia pun tidur menyamping, menghadap ke Rory dan memunggungi Draco.

Draco menggeser duduknya lalu menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Tangannya bergerak pelan meraih kepala Velona tanpa ijin. Ia rindu sekali membelai rambut Velona saat mereka tidur.

"I wish I could make you feel better," bisik Draco pelan.

Velona tetap memejamkan matanya, berpura-pura sudah terlelap. Berpura-pura ia tidak tahu kalau Draco masih membelai rambutnya dan ia menikmati apa yang Draco lakukan. Berpura-pura tidak menyadari kalau Draco mengecup lembut pelipisnya karena mengira dirinya sudah tertidur pulas. Ia bahkan tidak bergeming saat Draco merapatkan tubuhnya ke punggungnya. Ia tidak berontak saat Draco menariknya pelan hingga punggungnya bersandar di dada Draco ataupun saat tangan Draco dengan kurang ajarnya mengusap-usap kandungannya yang hampir berusia dua bulan tersebut.

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang