Episode 36: Pulang

5.8K 427 18
                                    

[▶️] Julien Baker - Sour Breath, Lady Gaga - Million Reasons, Christina Perri - Human

Velona

Kedatangan Draco bener-bener nge-trigger sakit yang udah gue redam tadi siang buat muncul lagi. Di satu sisi gue nggak tega liat dia dipukulin Randy sama Mahes, di sisi lain gue pengen liat dia hancur. Gue pengen nyakitin dia balik. Tapi gue nggak punya kekuatan buat ngelakuin itu sendiri. Jadi yang bisa gue lakukan cuma diam dan nggak menghentikan kebrutalan kedua sahabat gue.

Ada secuil bagian dari hati gue yang pengen datang menghampirinya. Gue pengen tau dari mulut dia sendiri kalo apa yang gue denger di rumah sakit itu nggak bener.

But, we both know that it's not true. Gue cuma akan membuat diri gue sendiri kecewa karena ekspektasi yang udah jelas-jelas realitanya kayak gimana. I have to stop doing that to myself.

Sepeninggal Draco, Aditya membawa gue masuk ke dalam rumah. Mahes dan Randy duduk di sofa dan melihat ke arah lain di mana gue tidak ada di radar pandangan mereka. Gue cuma diem. Nggak ada kata yang terlontar dari mulut gue untuk mengekspresikan apa yang gue rasakan. Gue rasa kami bertiga nggak perlu bersuara. Gue ngerti yang mereka lakukan itu semata-mata untuk melindungi gue. Mereka juga ngerti kalau gue bersyukur dengan apa yang mereka lakukan untuk gue.

Sesakit apapun ngeliat Draco disakiti kayak tadi, gue nggak bakal pernah marah ke Randy sama Mahes. Mereka berdua cuma dua saudara yang lagi melindungi saudaranya yang lain.

Dan sekarang, di sini lah gue, di kamar lama gue, tidur meringkuk dan menangisi keadaan rumah tangga gue. Tangis Rory sudah tidak terdengar lagi sejak tadi. Saat ini ia tidur dengan Bintang di kamar Randy.

Di waktu-waktu seperti ini lah gue bersyukur memiliki sahabat-sahabat kayak mereka. Saat gue lagi nggak bisa menjalankan peran gue sebagai ibu dengan baik, mereka ada untuk membantu gue menjaga anak gue.

***

Tau apa hal yang paling menakutkan dari kesunyian? Ketika semua terasa begitu hening dan lo bisa mendengar pikiran lo sendiri. Rasanya seperti ada banyak orang di dalam kepala lo yang lagi berteriak.

Pukul 01.03 dan air mata kembali mengalir di pipi gue. Kehamilan gue kali ini benar-benar membuat emosi gue nggak karuan. Gue bahkan bisa nangis karena hal sepele.

Sedari tadi gue terus kepikiran tentang karma. Gue orangnya lumayan percaya kalo karma itu ada. Setiap perbuatan baik akan membawa karma baik dan perbuatan buruk pasti akan ada karma buruk.

Gue terus kepikiran kalo ini tuh karma gue. Apakah gue mengisi posisi kak Rose sekarang? Bedanya gue lebih parah karena gue dan Draco udah terikat ikatan pernikahan. Mungkin ini yang kak Rose rasakan saat tau ada wanita lain yang datang ke dalam kehidupan mereka dan mengaku dihamili oleh Draco.

Sesak.

Gue nggak butuh secinta kak Rose pada Draco untuk merasakan hal yang sama. Mikirin Rory dan reaksi dia ketika dia udah mulai ngerti sama semua masalah yang melibatkan kedua orang tuanya udah bikin gue cukup merasa ada beban berat yang menimpa dada gue, membuat gue sulit untuk bernafas. Selamanya gue ingin Rory dan anak kedua gue ini nggak pernah tau sejarah buruk di antara gue sama Draco.

Gue menghela nafas berat dan menghapus jejak air mata di pipi gue. Udah capek nangis tapi mata gue nggak berhenti-berhenti produksi air mata. Semuanya benar-benar terlalu mendadak. Gue belum menyiapkan diri buat serangan seperti ini.

Tangan gue mengusap pelan perut gue yang belum menunjukkan kalau gue lagi hamil. Gue tersenyum getir. Lagi-lagi gue hamil dalam situasi yang menyedihkan kayak gini.

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang