Episode 30: Desire

5.6K 461 35
                                    

[▶️] The Overtunes - Begitu Indah, Trisouls - Senyummu Hanya Untukku, Ed Sheeran - Kiss Me

12 April 2017

Third POV

Hari ini adalah hari ulang tahun Draco. Velona mengingat tanggalnya karena saat mengurus akta kelahiran Rory dan kartu keluarga baru mereka ia melihatnya di dokumen-dokumen tersebut. Mengingat keadaan rumah tangga mereka yang berangsur membaik, Velona pun berinisiatif menyiapkan kejutan untuk Draco.

Bukan kejutan juga menurutnya. Dia hanya akan masak makan malam dengan menu lebih banyak dari biasanya.

"Nanti pulang jam berapa?" Tanya Velona saat mengantar Draco sampai di pintu rumah mereka.
Draco sedang menggendong Rory yang sedari tadi sibuk dengan dasi ayahnya. Entah mengapa belakangan ini Rory jadi sangat terobsesi pada ayahnya tersebut. Ia selalu menginginkan perhatian dari Draco. Rory baru akan mencari Velona saat dirinya ingin susu saja.

"Nggak tau, liat kerjaan nanti banyak apa nggak," jawab Draco. "Kenapa?" Tanyanya heran. Tak biasanya Velona menanyakan kapan ia pulang.

Velona menggelengkan kepala. "Nggak apa. Cuma... kalo bisa pulang cepet. Tau sendiri Rory akhir-akhir ini suka rewel kalo nggak sama lo."

"Udah sadar kali dia, emaknya kayak mak lampir," goda Draco membuat Velona memukulnya kesal. Draco sangat senang melihat ekspresi Velona. Baginya lucu saat Velona menatapnya sebal. Ia bahkan tak keberatan kalau harus menerima pukulan, cubitan, atau jambakan dari Velona. Ia merasa itu lah kenormalan dalam hubungan mereka.

"Daddy kerja dulu ya anak baik," pamit Draco pada Rory. Dikecupnya kening dan pipi tembam Rory.

"Da-da-da-da," celoteh Rory. Di usianya yang baru memasuki 7 bulan ini Rory memang terbilang sangat aktif. Bukan hanya aktif ia juga sangat cerewet dan kerap kali berceloteh sendiri. Velona dan Draco tentu saja bangga dan senang melihat perkembangan Rory. Itu tandanya Rory sudah mulai belajar bicara.

Velona meraih putrinya agar suaminya bisa segera berangkat kerja. Merasakan gerakan dari ibunya, Rory kecil mencengkram kuat dari ayahnya dan menangis. Draco dan Velona berusaha mengatasi anak mereka dengan tenang. "Daddy mau kerja sayang, Rory tunggu di rumah ya sama mommy," bujuk Velona mencoba melepas dasi Draco dari genggaman putrinya.

Draco sendiri agak dilema. Di satu sisi ia harus menjalankan kewajibannya untuk bekerja, di sisi lain ia enggan meninggalkan putrinya yang menangis dan begitu ingin ditemani olehnya.

"Da-da-da-da!!" Seru Rory dengan air mata berlinang. Pipi dan hidungnya menjadi merah. Air liur dan air mata membasahi bajunya juga kemeja Draco.

Meskipun Draco jarang berada di rumah, tetapi sekalinya di rumah Draco mendedikasikan waktunya untuk Rory. Ia sering bicara pada Rory seolah-olah Rory adalah orang yang sudah paham dan bisa bicara layaknya orang dewasa. Hal itu pun membentuk hubungan yang erat di antara ayah dan anak tersebut.

Draco mengusap air mata Rory sambil mengayunkan putrinya. "Shhhh. Udah ya nangisnya. Nanti jadi mirip mommy loh jeleknya!"

Hal tersebut sontak menghasilkan pukulan di lengan Draco. "Kalo nggak lagi bawa Rory gue tendang lo!"

"Mah, jangan kasar gitu dong! Nggak enak diliat Rory. Cup cup sayang jangan tiru mommy ya. Mommy kamu cuma bercanda," balas Draco dengan nada mengejek.

Velona hanya bisa mendengus kesal. Sekarang Rory memihak pada Draco, membuatnya merasa pertandingan mereka menjadi 2 lawan 1. Tidak seimbang. "Udah siniin aja, nanti juga berenti nangisnya kalo lo udah pergi."

Dengan enggan, Draco menyerahkan Rory pada Velona. Tentu saja tidak mudah karena Rory berontak dan terus menarik dasi Draco. "Rory jadi anak baik ya. Nanti daddy beliin mainan lagi, okay?" Bujuk Draco.

Beautiful Sin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang