[▶] Saltnpaper – Bye Autumn, Lenka – Trouble is a Friend, Lady Gaga – Million Reasons.
Rose
"Gimana kamu sama Bara?" tanya Mami saat kami berdua sedang berada di ruang tengah. Mami sedang menonton serial India kesukaannya, sementara aku lagi memeriksa jawaban ujian mahasiswa-mahasiswaku.
Bara yang dimaksud Mami tadi adalah putra dari temannya. Kami sebaya dan saat ini ia bekerja sebagai Manager F&B di sebuah hotel bintang 5 di Kuta. Bulan lalu, aku dikenalkan padanya oleh Mami. Sebenarnya aku tidak berminat, tapi mami memohon padaku. Aku mengerti maksud baik mami yang ingin membantuku segera melupakan Draco, karena itu aku pun menuruti permintaannya.
Selama hampir sebulan aku mengenal Bara, aku lumayan nyaman jalan dengannya. Dia orangnya baik, sopan, dan enak diajak ngobrol. Selain itu, dia juga tahu kalau aku baru saja putus cinta. Tanpa aku minta, dia mengerti dan menjaga jarak denganku. Maksudku, dia tidak berharap lebih padaku dan bersedia untuk sekedar berteman saja. Untuk saat ini.
Aku tidak berani menjanjikan apapun padanya. Aku sendiri tidak tahu pasti kapan hatiku siap menerima perasaan dari orang lain lagi. Aku hanya ingin sendiri saat ini dan membenahi diriku agar saat aku bersama orang yang baru lagi, aku tidak akan ditinggalkan seperti dulu.
"Masih temenan aja, Mi," aku menjawab pertanyaan mami tadi. Mami terlihat kecewa awalnya, namun tak ingin mendesakku. Ia pun tersenyum padaku, memberi dukungan.
"Ya sudah, berteman aja dulu. Saling mengenal, siapa tahu nanti cocok," kata beliau.
Aku menganggukkan kepalaku, tak ingin membantah mami. Mami sepertinya sangat berharap aku dan Bara bisa menjadi lebih dari sekadar teman. Tak heran juga sih mengapa mami berharap aku bisa bersama Bara. Bara benar-benar sudah berhasil mendapatkan hati mami bahkan sebelum kami berdua dikenalkan. Dulu mami sering sekali cerita padaku, Bara begini, Bara begitu. Namun mami tidak pernah berusaha mendekatkan aku padanya karena mami tahu saat itu aku sudah bersama Draco dan kami berdua serius.
Ngomong-ngomong soal Draco, Minggu lalu aku sempat bertemu dengannya secara tak sengaja di sebuah café. Aku sedang bersama Bara saat itu dan dia sendirian. Kebetulan saat itu memang jam istirahat makan siang di kantornya. Aku hanya heran saja, dari sekian banyak café di Bali, dia malah datang ke sana.
Saat itu wajahnya terlihat terkejut saat mata kami bertemu. Aku pun tak kalah terkejutnya. Namun aku yang masih sakit hati ini, akhirnya memalingkan wajah lebih dulu. Setelah sekian lama tak bertemu, ternyata luka itu masih ada.
Jika aku bertemu dengan Velona, mungkin aku masih bisa menyapanya dan ngobrol dengannya. Tapi dengan Draco? Entahlah.
Aku tidak bisa. Masih berat rasanya untuk sekadar melihat wajahnya, apalagi bicara padanya.
Bukannya aku membenci dia. Demi Tuhan, aku tidak membencinya. Hanya saja ingatan masa lalu dan rasa sakit itu selalu muncul setiap kali aku melihat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin [Complete]
Romance"Gue bilang gue hamil ya gue hamil. Bagian mana dari 'gue-hamil-brengsek' yang gak lo mengerti?" Kebanyakan, di dalam sebuah drama Korea, sinetron Indonesia, atau bahkan serial-serial India, ada sesosok wanita menyebalkan yang dibenci oleh penonton...