4. Sakit

3.3K 341 34
                                    

"Tugas dikumpul minggu depan. Dan tolong pelajari materi ini untuk ujian akhir semester,"

Kelas selesai. Yoongi masih berada di kelas dan memberesi barangnya. Mahasiswa lainnya keluar ruangan, sedang sisanya berada di dalam kelas.

Tak ada angin badai, tiba-tiba kepalaku terasa berat. Aku jadi sulit bernafas. Udara terasa sangat dingin dan aku tak bisa mengangkat kepala. Seperti ada banyak palu yang memukuli bagian belakang kepala. Sangat menyiksa seperti akan menemui ajal. Sial..

"Ghania, kau tidak apa-apa?"

Jelas aku sekarat begini.

Yang bertanya itu namanya Mia Jung.

"Kau bisa jalan ke ruang kesehatan? Ayo aku antar."

"Ada apa?"

Suara itu terdengar. Aku berusaha untuk mengangkat kepala, namun suliy. Hal itu menarik perhatian Yoongi bahkan lebih parah lagi.

"Ghania???"

Ia melihat mataku yang terlihat sayu. Tolong, langsung bawa aku ke ruang kesehatan atau pulang ke rumah saja. Tolong..

Tanpa basa-basi, ia langsung menggendongku. Pria ini juga tidak mengatakan apapun soal rintihan yang keluar dari mulutku.

"Mia, bawa barang-barangku dan Ghania. Ikut aku ke ruang kesehatan."

"Baik."

🎡

Min Yoongi langsung merebahkan tubuhku di ranjang ruang kesehatan. Mia juga sudah menyelesaikan permintaan Yoongi, jadi gadis tersebut pergi dan yang tersisa hanyalah aku, Yoongi dan seseorang yang menjaga ruang kesehatan ini. Dia adalah Seokjin.

"Sakit kepala?" Tanya Seokjin.

Bukan, aku diare. Melihat pun kesulitan, pak, apa yang harus diperjelas lagi?

Aku mengangguk pelan.

"Di sebelah mana?"

"Di belakang kepalaku,"

Rasanya seperti dipukuli tongkat baseball juga, kalau kau mau tahu.

"Kau ada darah tinggi?"

Masa sih?

Aku tak pernah ingat. Yang aku tahu hanyalah kadang sakit kepalaku kambuh di saat-saat tertentu. Aku tak bisa memprediksi datangnya sakit kepalaku. Kadang bisa saja pagi hari aku sehat, lalu siangnya sakit kepalaku menyerang dan aku langsung jatuh sakit.

Pria yang bertanggung jawab di ruang kesehatan inipun kiranya menganalisis, "Bukan darah tinggi, kau justru darah rendah," katanya.

Seokjin berjalan ke arah kotak obat dan mencari sesuatu disana. "Biasanya karena kau kurang minum air putih. Tidak suka air putih, ya?" dan kembali dengan membawa sebuah obat.

Benar juga...

"Minum ini. Tak perlu makan dulu juga tidak apa."

Tidak heran juga. Aku kurang suka air putih. Kalau di rumah, biasanya Ibu yang berisik untuk menyuruhku minum air putih yang banyak. Ternyata jauh dari orang tua cukup menyusahkan.

"Lebih baik kau istirahat di rumah."

Yoongi menyentuh dahiku. Telapak tangan itu dingin, dan jemari itu mulai memberesi rambutku yang agak berantakan.

Ini bukan waktunya untuk berdebar tapi kadang hatiku tak mau mendengar.

"Kau bisa berjalan sendiri?"

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang