33. Halo Jakarta

1.5K 139 23
                                    

"Ghania, langsung ke hotel atau bagaimana?"

Itu pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Mia saat menginjak kaki di Indonesia. Penerbangan kami delay selama dua jam. Aku langsung menghubungi Mas Irvan agar ia bisa menjemputku tepat waktu.

"Mau pulang, setelah itu langsung ke hotel. Aku sekamar denganmu kan?"

"Iya. Kalau begitu akan aku sampaikan pada dosenmu, ya."

Aku mengangguk dan memberinya senyum simpul. Lalu berjalan terpisah dengan rombongan dari jurusan seni musik universitas dimana aku belajar. Mas Irvan bilang dia menunggu di parkiran, jadi aku langsung pergi ke parkiran dan bertemu dengannya.

🎡

Halo Jakarta, kota kelahiranku yang tercinta.

Cukup memakan waktu perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta ke daerah Jakarta Timur, khususnya Ciracas. Tempat hidup masa kecilku hingga aku SMA.

Oh, rasanya nostalgia.

Saat aku pulang, aku langsung beristirahat di kamar sambil beberes. Katanya, Kak Lian mau ke rumah. Setidaknya aku harus berpenampilan rapih saat ingin bertemu dengan mantan gebetan.

Aneh.. Aku tak ingin membicarakan ini tapi untuk apa dia ingin menemuiku tanpa alasan? Bukankah seharusnya ia sibuk kuliah juga? saat SMP pun, kami dekat hanya karena aku teman dekat pacarnya saat itu. Kalau kalian mau tahu, aku ini perantara hubungan mereka.

Hebat kan?

Tentu saja. Hatiku terbuat dari baja jadi senantiasa aku menahan rasa sakit hati saat SMP dulu. Lagipula.. Bukankah hanya cinta monyet?

Entahlah.

"Ghan, ada Lian tuh!"

Tuh, orangnya datang. Mas Irvan sudah berteriak.

Aku langsung bergegas dan keluar kamar lalu berjalan santai menuju ruang tamu. Aku melihat sesosok pemuda yang seumuran denganku, paras wajahnya masih sama seperti terakhir kali aku bertemu.

Dia Julian Ristanto, Kakak kelas yang lebih tua dua tahun dariku. Dulu ia dikenal sebagai murid yang sangat berprestasi, dan sangat terkenal di kalangan para gadis di sekolah. Aku menyukainya ketika ia berada di tahun terakhir, saat ia menjalin hubungan dengan teman dekatku. Sakit? Iyalah… Hehe.

Aku menjabat tangannya dan mempersilahkan ia untuk duduk disana, memulai percakapan dengan gugup. "Gimana kabar, Kak?"

Ia tersenyum, "Baik kok. Lo sendiri gimana? Kuliah dimana?"

"Baik. Gue kuliah di Korea."

"Loh sekarang kok disini?"

Aku tertawa kecil. "Kebetulan banget lagi ada penelitian di Jakarta, baru banget dari bandara gue."

Liam mengangguk mengerti. "Gue nyambi kuliah sih, kerja dulu haha." Katanya.

Oh.. Jadi dia kerja dulu. Ya bagus sih, dia bisa membiayai kuliahnya sendiri. Aku mengacungkan jempol padanya. "Keren dong, kak! Oh iya, kesini sama siapa? Sendiri?"

"Ama bokap nyokap, sekalian silaturahmi."

Orang tuanya? Aku mengerutkan dahiku. "Kok gue gak liat si?" Ujarku keheranan.

"Lagi keluar sama ortu lo." Jelasnya.

Oh iya, aku baru sadar saat pulang tadi aku tidak bertemu dengan ayah atau ibu. Jadi mereka keluar dengan orang tuanya Lian? Kok perasaanku jadi tidak enak ya. Tapi aku tidak mau membuat pikiran yang jauh-jauh dulu.

"Ghan."

"Apaan?"

"Lo beda, ya." Ucapnya.

"Beda apanyaa coba." Kataku tertawa menanggapinya.

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang