"Perutku bisa meledak…"
Ia menertawakanku. Dan aku hanya memukulnya pelan karena merasa kesal juga senang ia bisa menghabiskan waktunya denganku sebelum ia sibuk dengan jadwalnya. Ditraktir makanan! Ia benar-benar tahu bagaimana cara membuat hati orang senang.
Sungai Han saat itu tidak ramai, tidak sepi juga. Sore ini aku diajak jalan dengan Taehyung dan ia membelikanku berbagai makanan. Padahal aku tak ingin ja jadi serepot ini, namun ia bersikokoh mengajakku keluar. Haah.. Orang ini benar-benar ya.
"Tidak apa, yang penting kau tidak merindukanku nanti."
"Hey hey, kenapa kau jadi seperti ini? Haha"
"Kenapa?? Kau takkan merindukanku?"
Aku tersenyum padanya. "Iya, aku akan." Balasku. Ia membalas senyumanku dan mencubit pipiku.
Kadang benakku berbicara, aku tak pantas bersama Taehyung. Mereka bilang, kalau aku hanya mencintai satu orang disini. Apa yang aku lakukan hanya akan memberi luka pada Taehyung. Yang aku lakukan hanya akan menyiksa diriku sendiri.
Aku bisa gila jika terus seperti ini. Aku datang kesini hanya untuk pendidikan, bukan untuk mencari pasangan hidup. Aku tak memaksanya, tapi mereka datang sendiri. Takdir Tuhan tak bisa aku tolak, bukan?
"Kau mau pulang sekarang?"
Memikirkan rumah, hanya akan ada hal yang membuatku lebih gila lagi. Tapi langit senja seperti ini sudah menyuruhku untuk kembali ke rumah. Aku berdiri dari dudukku, dan melihat Taehyung.
"Jika saja…"
Taehyung melihatku.
"Jika ya.. Jika aku ingin bertemu denganmu malam ini, bisakah kau meluangkan waktumu?"
Taehyung bungkam dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. Aku melihat ke arahnya, menatap dalam matanya.
"Kalau kau butuh aku, kapanpun itu akan aku luangkan."
Aku tersenyum melihatnya. Ia juga membalas senyumanku. Entah kenapa rasanya benakku seakan hancur berantakan dan punya firasat buruk sesampainya aku di rumah nanti.
"Aku akan berada di sungai Han hingga pukul 10 malam. Kalau kau mau mencariku, datanglah kembali."
Ia mengantarku hingga aku masuk bus. Lewat jendela, aku bisa melihatnya melambaikan tangan padaku. Dan aku hanya bisa tersenyum padanya.
Kadang aku berpikir, apakah ia benar-benar menganggap kalau kita ini pacaran? Memang aku jadi merasa bersalah, semuanya terlihat sama bahkan setelah aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Taehyung beberapa bulan lalu. Tak ada yang berubah.
Aku melihat ke arah jalanan, memperhatikan lampu-lampu yang sudah menerangi jalanan. Benakku jadi makin kacau, seakan aku takut untuk pulang ke rumah, menatap wajah Yoongi kembali dan menghantui pikiranku.
Tak seharusnya aku bohongi diriku sendiri.
🎡
"Aku pulang."
Aku masuk ke apartemen, menemui Yoongi yang baru keluar dari pintu studionya. Aku hanya menatapnya sesaat dan memberikan senyum simpul lalu masuk ke kamarku.
"Ghania."
Ia bahkan mengikuti langkahku sampai ke kamar. Aku berhenti, memutar balikkan tubuhku dan melihatnya berdiri di daun pintu kamarku.
Lagi-lagi, Yoongi. Rasa sakit yang ada di benakku semakin terasa. Aku mengalihkan rasa sakit itu dengan tidak menatap keberadaannya disini.
"Kenapa?"
Ia berjalan mendekatiku, membuatku otomatis menjauhinya. Namun ia berhasil memegang tanganku, membuatku tak bisa lari kemanapun.
Sekarang apa lagi…
"Lihat aku."
Aku enggan melihatnya. Aku takut menatapnya langsung dan sedekat ini.
"Ghania." Ia merendahkan nada bicaranya. "Tatap aku." Lanjutnya.
"Apa??"
Aku memberanikan diri untuk menatapnya langsung di matanya. Seakan suatu hal yang tajam berhasil menusuk dadaku, mengukir rasa sakit yang amat perih di dalamnya. Aku pikir air mataku akan mengalir saat itu juga, namun aku menahannya.
"Kau ada hubungan dengan Taehyung?"
Seperti petir yang menyambar, aku sangat terkejut. Aku tidak mengerti bagaimana ia bisa mengetahui hal ini. Aku sudah menyembunyikannya sebaik mungkin dan membuat hubunganku seakan terlihat seperti sebatas teman di hadapannya. Aku bisu, tak bisa menjawabnya. Kenapa ia mengetahuinya? Kenapa ia terlihat begitu marah?
"Jawab aku."
Aku tak bisa menahan tekanannya. Ia terus menekanku seakan memaksa aku untuk menjawabnya.
"Iya, kenapa?"
"Kau tak bilang kepadaku?"
"Ini bukan urusanmu, kan?"
Emosiku tersulut. Aku melepas paksa pegangannya dan berjalan keluar kamar untuk pergi dari sini. Namun sialnya, ia berhasil menahanku lagi dengan menarik pergelangan tanganku. Lagi-lagi aku harus melihat tatapan matanya yang menusuk langsung ke jiwaku. Tanpa aku inginkan, airmataku juga mengalir begitu saja. Ia sudah menyiksa batin selama ini, kenapa aku harus menurutinya?
Ya Tuhan… Selamatkan aku dari dia..
"Apa kau benar-benar mengerti perasaanku? Bahkan jika aku tidak mengatakan perasaanku langsung, kau seharusnya mengerti kalau aku menyukaimu. Tapi apa yang kau lakukan? Bukankah kau hanya berdiam diri menyaksikanku terus memiliki perasaan ini seorang diri? Apa kau pernah membuka hatimu kepadㅡ"
Aku tak tahu kenapa aku bisa mengucapkan hal itu. Tapi Yoongi tak berkata apapun. Ia refleks menangkup wajahku dan menarikku menjadi lebih dekat. Ia mengunci pergerakanku seraya mendaratkan bibirnya di mulutku sehingga memaksaku berhenti bicara.
Lembut yang aku rasakan di mimpi itu sama seperti sekarang. Ia seakan membuatnya lebih lembut dengan melumat bibirku perlahan. Terkadang ia mengubah posisinya sehingga aku bisa merasakan nafasnya menyapu seluruh permukaan wajahku. Aku tak mengerti, sentuhannya sekaan menyihirku dan aku tak dapat menolaknya. Emosiku mereda, ia tetap melakukan aktifitasnya hingga memastikan bahwa aku benar-benar tenang.
Kupikir aku akan langsung berlari ke gereja untuk membuat pengakuan dosa kali ini.
Beberapa menit kemudian, ia melepasnya. Aku tak bisa marah padanya, yang tersisa sekarang hanyalah rasa sakit di benak yang tiada akhir. Rasa itu bertambah ketika Yoongi memelukku pada akhirnya.
"Aku sungguh terjatuh padamu. Aku benar-benar gila saat aku sadar aku jatuh cinta padamu. Aku tak tahu harus apa ketika aku sadar perasaan ini muncul, kau mengacaukan segalanya yang ada di kepalaku, jadi aku tak bisa lakukan apapun. Aku tahu aku selalu menyakiti hatimu, permintaan maafku juga tak akan cukup karena dari awal aku memang tak punya hak untuk memilikimu."
Mendengarnya membuat benakku tambah sakit. Aku melepaskan pelukannya dan tak berkata apapun lalu pergi dari apartemen. Tentu saja, aku terkejut bagaimana pria itu mengatakannya padaku. Ia bahkan benar-benar… Membuatku tambah bingung dan bimbang padanya. Ataukah aku yang tak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan? Hal yang aku takuti benar-benar terjadi, perasaanku sudah terlanjur dibawa jauh olehnya.
Aku keluar seakan aku tak punya tujuan. Aku mengingat Taehyung, dan meminta padanya untuk bertemu denganku kembali sekarang juga. Mungkin aku akan kembali ke sungai Han, ia pasti masih berada disana.
Aku tidak jatuh cinta padamu
Aku hanya tersandung
Sangat dalam bahkan tangga pun tak bisa menggapainya
Bukan keinginanku untuk tersandung ke dalam lubang seperti ini
Aku juga merasa aku tak ingin keluar dari sini
Bahkan jika aku ingin, aku tak bisa.
🎡🎡🎡
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
Fanfiction[completed] Ghania adalah seorang gadis asal Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Berbagai alasan memaksanya untuk tinggal bersama seseorang, yang hingga saat ini ia anggap sebagai dunianya. 항상 널 찾은 거야. - I'...