14. Tentang Perasaan

2K 217 15
                                    

"Ya ya ya kenapa menangis?!"

Aku kembali menemui Taehyung yang masih berada di Sungai Han sejak aku tinggalkan ia pergi tadi. Aku menangis, terus terang saja aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Tapi aku ingin jujur terhadap Taehyung tentang apa yang baru saja aku alami.

"Aku ingin jujur."

"Kenapa??"

"Tapi kau jangan marah padaku."

Ia menghela nafas, memberikanku roti untuk menenangkanku. "Iya, aku janji. Kenapa?"

Aku menarik nafas, lalu menghebuskannya. Langsung bercerita padanya tentang kejadian barusan. Soal Yoongi yang mengetahui hubunganku dengan Taehyung, soal ia marah dengan hal itu, soal ia menciumku dan bagaimana aku marah padanya juga. Aku sudah berpikir kalau Taehyung akan marah, nyatanya ia hanya tertawa dan mengelus kepalaku seakan ingin membuatku tenang.

"Aiishh Yoongi-hyung itu bodoh sekali."

Aku menoleh. "M-maksudmu??"

"Iya, Yoongi-hyung itu bodoh. Dia bahkan tidak mengerti apa yang dia rasakan pada dirinya sendiri dan membuatmu seperti ini. Apa kau mau aku menghajar Yoongi hyung untukmu?"

Tidak, sebaiknya tidak.

Taehyung mengelap air mataku dengan tisu yang ia beli.

"Aku harus bagaimana?"

"Tanya pada dirimu sendiri."

Aku melihat Taehyung yang tersenyum padaku. "Lebih baik jangan bohongi dirimu sendiri." Lanjutnya.

Aku tak mengerti.. Apa aku telah melukai perasaannya?

"Kau marah padaku?" Kataku sambil mengelap air mata, melanjutkan kegiatan yang Taehyung lakukan sebelumnya. Ia memiringkan kepalanya, melihat ke arah langit senja yang belum begitu gelap.

"Aku sungguh tidak pernah marah denganmu."

"A-aku..."

"Ghania sendiri bagaimana? Apa yang kau rasakan padaku dan pada Yoongi-hyung jelas berbeda, kan?"

Aku menerawang pikiranku sendiri. Jelas berbeda. Aku suka pada Taehyung karena ia sunbae yang unik dan sangat ramah padaku, sedangkan Yoongi… Aku tak mengerti bagaimana cara menjelaskan perasaan ini tentangnya.

"Kau mencintainya?"

Aku.…?

"Ya jelas. Aku mengerti, kok."

Aku rasa memang aku tak bisa melawan fakta bahwa aku terlanjur jatuh hati pada Yoongi.

"Kalau begitu, pergilah bersamanya."

"Sunbae… Kau sungguh marah kan padaku??" Ucapku merengek padanya. Tapi responnya hanya tertawa padaku.

"Aku tidak marah, sungguh!!"

"Kenapa kau menyuruhku untuk bersamanya??" Tanyaku lagi dengan suara sumbang.

Taehyung menatapku dengan dikhiasi senyuman khasnya. "Karena kau mencintainya, lalu apa lagi?"

Jujur, aku tidak mengerti. Apa semudah itu ia melepasku dan membiarkanku bersama dengan Yoongi?

"Bukannya aku tidak menyukaimu, tapi aku tak bisa memaksakan kemana hatimu melangkah. Kalau kau mencintai Yoongi-hyung, aku bisa apa?" Jelasnya. Ia lalu memberesi rambutku yang berantakan.

"Jangan khawatirkan aku karena aku akan baik-baik saja, aku akan tetap menyukaimu. Kalau kau senang, aku akan senang, kalau kau sedih? Aku juga sedih. Kau bisa cerita padaku apapun yang kau rasakan. Atau kau memintaku untuk menghajar Yoongi hyung? Akan aku lakukan. Semuanya akan aku lakukan untukmu. Mungkin memang kita tidak dalam hubungan ini lagi, tapi kita masih jadi sahabat kok. Jadi jangan sedih ya."

Tak lama kemudian, tangisku mereda. Entah kenapa kalimat Taehyung membuatku merasa tenang dan nyaman walaupun aku sangat merasa bersalah padanya.

"Bukankah aku hanya menoreh luka dihatimu?"

"Ghania tidak pernah melukai seseorang. Dia gadis yang cantik, juga baik hati. Kalau aku tahu kau pernah melukai seseorang aku tidak mungkin menyukaimu, lho."

Aku terdiam.

"Sekarang pulanglah, aku akan mengantarmu."

🎡

Senyumannya menyertaiku saat aku turun bus dan ia masih berada di dalam bus. Setelah bus itu berjalan jauh, aku menarik nafas dan melepasnya kembali.

Bagaimana caranya aku kabur dari situasi canggung seperti ini…

Pertama-tama, aku harus pulang terlebih dahulu. Mau bagaimana caraku menyikapinya, tergantung ia yang harus menyikapiku duluan. Setelah aku masuk ke lobby apartemen dan naik lift, lalu berhenti di lantai enam dan berjalan ke arah pintu apartemen milik Yoongi, Aku masuk ke apartemen dengan perasaan was-was.

"Aku pulang…."

Tidak ada respon.

Aku melirik ke arah studionya, tidak ada orang. Pintu kamarnya terbuka lebar, dan tidak ada suara air yang terdengar dari kamar mandi. Menandakan bahwa ia juga keluar dari apartemen malam ini.

Akhirnya aku bisa bernafas lega.

Seharusnya aku tidak selega itu. Ya Tuhan, aku merasa bodoh.

Apa yang harus aku lakukan?

Yoongi tak ada disini.

Kenapa hatiku jadi makin gundah? Aku semakin bingung apa yang harus aku lakukan kali ini. Aku memilih untuk tidur dan menikmati malam ini saja.

Tapi… aku mana bisa tidur setelah yang tadi.

AAAAKHHHH KENAPA DIA TIBA-TIBA SEPERTI ITU?!

Maksudnyaㅡ aku berbeda dengan gadis-gadis Korea yang sudah terbiasa akan hal seperti itu. Selama aku tinggal di Jakarta, hal seperti ini akan jadi hal yang tidak patut untuk ditiru anak muda jaman sekarang. Tapi… Ahh aku sungguh tak bisa menceritakan hal ini pada siapapun kecuali Taehyung tadi.

Intinya aku bisa gila.

Dan dia adalah orang pertama yang merebutnya.

"Aku pulang.."

Itu dia datang!

"Argh kemana perginya dia..?"

DIA TERNYATA KELUAR UNTUK MENCARIKU?

Lebih baik aku pura-pura tidur!

Aku segera menarik selimut hingga menutupi kepala dan membelakangi pintu. Tak lama kemudian, aku bisa mendengar suara pintu kamarku terbuka.

"Oh, sudah pulang. Syukurlah.. Kupikir ia takkan pulang."

Ohahah astaga, kenapa aku tak pulang? Memangnya rumahku ada dimana lagi selain disini. Jangan mencoba melawak disaat seperti ini!

"Kenapa dia tak mematikan lampunya?" Ia masih bermonolog.

Sesaat kemudian, lampu kamarku mati. Lalu aku mendengar suara pintu kamarku tertutup. Aku bisa menebak kalau Yoongi sudah pergi dari kamarku. Aku bisa bernafas lega, dan membuka selimutku.

Sekarang yang ada dipikiranku adalah…

Bagaimana caraku mengatasi rasa canggung yang akan hadir pada esok hari. Aku bisa gila memikirkannya. Dari tadi aku hanya bilang bisa gila, sejujurnya aku sudah gila sejak pertama kali ia melakukan hal itu padaku.

Aku jadi tidak bisa tidur untuk hari ini.

Tentang perasaanku padanya.. Benar-benar kacau. Ia berhasil membuatnya berantakan total. Aku tak tahu apa yang aku inginkan darinya. Hatinya? Kehadirannya? Aku tidak mengerti!

Ingin sekali aku bertanya pada ibu, apakah jatuh cinta selalu sesulit ini?

Ini pukul 11:59 malam, dan aku mencintaimu.
Dalam satu menit, ketika datang hari baru. Aku bisa melihat bayangan wajahmu samar di langit-langit kamarku, aku pikir aku akan jatuh cinta padamu lebih dari apa yang aku lakukan satu menit lalu.
🎡🎡🎡

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang