Anda yakin ingin menghapus nomor ini?
Ya/TidakAnda yakin ingin memblokir pengguna Line ini?
Ya/TidakAnda yakin ingin mereset ulang ponsel anda ke setelan pabrik?
Ya/Tidak"Ghan, makan. Jangan sampe masuk rumah sakit lagi kayak kemarin."
Hyoah berada di daun pintu kamarnya, sementara aku duduk santai di kasurnya berkutat dengan ponsel. Jam dinding kamar Hyoah sudah menunjukkan pukul 7 malam, artinya makan malam sudah siap. Malam ini aku menginap di rumah Hyoah hanya sekedar untuk menemaninya.
Aku bangkit dari duduk dan membiarkan ponselku mereset ulang kembali sistemnya.
Bahkan aku harap aku punya tombol reset kehidupanku..
🎡
"Tante dengar kamu putus ya sama Yoongi."
"Mama!"
Hyoah mendesis memperingatkan ibunya untuk tidak mengungkit hal itu di hadapanku saat jam makan malam. Aku tersenyum simpul pada Tante Han, menyetujui apa yang ia bilang barusan.
"Maafin tante, Ghan." Ujarnya. Aku hanya mengangguk dan memberikan ekspresi tak usah merasa bersalah, ini bukan salah tante tapi salahku sendiri.
"Tante gak bisa ngasih tahu ayahmu."
"Ayah emang gitu tante," Ujarku tenang, sambil menyantap makananku. "Keras kepala banget. Apalagi aku anak bontot juga kan.. Mungkin emang gak dibolehin." Lanjutku.
"Setiap orang tua emang beda ya," kata Tante Han sambil mengangguk.
"Hyoah ini tante bolehin pacaran sama Jimin. Tante sama ayahnya Hyoah udah kenal sama Jimin dari jaman Hyoah SMP, lama kelamaan sering main ke rumah taunya pacaranㅡ"
"Ma, kenapa jadi ngomongin Hyoah?" Ucap Hyoah dengan wajah merah padam. Aku tersenyum kecil saat melihatnya.
"Mungkin emang belum waktunya ya Ghan. Nurut aja sama orang tuamu, biar selamet." Ujarnya menghiraukan Hyoah.
Aku mengangguk setuju. Memang tak ada jalan lain selain menurut pada orang tua, apalagi pada ayahku.
Dengan perasaan terombang-ambing, aku melanjutkan makan malamku dengan Tante Han dan Hyoah.
Tidak, sejujurnya aku tidak bisa tenang setelah itu. Tapi aku harus memaksakan diriku untuk menerimanya, karena aku yang mengakhirinya.
Setidaknya untuk saat ini..
🎡
Seperti yang telah kalian ketahui, aku mengakhiri hubunganku dengan Yoongi. Aku menghapus segala kontaknya, memblokir media sosial dan akun aplikasi berbalas pesannya, menghapus foto-fotonya, bahkan mereset ulang semua data ponselku.
Saat aku bilang aku ingin berhenti, teringat persis wajah kecewanya yang terukir disana. Memori itu kembali terulang dalam ingatanku.
'Kenapa?' Ia bertanya padaku.
Aku hanya bilang, 'Aku tak bisa melanjutkannya lebih lanjut.'
Ia harus mengerti aku hanya akan lebih menurut kepada orang tuaku.
'Karena itu aku harus bicara pada ayahmu, kan?' Ucapnya dengan nada bergetar.
Ingat saat itu aku menatap matanya dalam, terdapat kesedihan disana.
'Apa yang ingin kau lakukan hanya sia-sia. Jangan buang waktumu. Biarkan aku mencari diriku sendiri untuk beberapa waktu ini. Kalau memang pertemuan kita benar-benar bermakna spesial, aku yakin kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.'
Yoongi hanya terpaku melihatku.
'Aku tahu kau akan marah padaku.' Kataku saat itu.
Yoongi mengusap wajahnya sendiri. 'Tidak.. Aku tidak akan. Hanya saja..'
'Pasti ada cara lain untuk menyelamatkan segalanya.' Ujarnya.
Aku meringis merasakan sakit yang ada di benakku ketika melihat tatapannya. 'Tidak ada.'
Ia tertawa, tapi tak ada rasa senang di dalamnya. 'Ini lucu, Ghania.' Katanya. 'Saat kau ucapkan itu, aku merasa sakit disini, kenapa?' Lanjutnya.
Aku ingat satu air mata mengalir dari matanya. Ia bangkit dari duduknya dan memelukku erat.
'Kenapa kau seperti ini?'
Tanpa aku sadari air mataku juga mengalir. Rasa sakit di benakku juga seakan menikam dan menimbulkan nyeri yang berlebihan sehingga air mataku mengalir. 'Kau merasakan yang sama, kan?' Katanya.
Kita saling jatuh cinta, tapi saling menyakiti juga harus saling pisah. Apakah ini rasanya dikhianati oleh takdir sendiri?
'Ini demi kita.' Kataku. 'Demi dirimu, diriku, kita berdua. Aku akan berjuang maka kau harusnya juga seperti itu.' Aku melanjutkan.
Tak ada percakapan satupun karena kami berdua diselimuti rasa kecewa yang mendalam. Aku tak bisa berkata apapun padanya, ia juga bungkam padaku.
Hanya itu yang teringat dalam ingatanku sekarang.
Tak pernah terbayang akan jadi seperti ini pada akhirnya..
🎡
Mengingat Hyoah sudah pergi ke alam mimpinya, aku berusaha memejamkan mata dengan tak memikirkan apapun. Walaupun hasilnya nihil dan wajahnya terus muncul di pelupuk mataku, aku memaksakan diriku untuk pergi tidur juga.
Andai aku punya tombol reset kehidupan, aku lebih memilih untuk tidak ikut beasiswa ke Korea dan tidak bertemu dengannya sama sekali.
Bila memang ini ujungnya, kau kan tetap ada di dalam jiwa.
-Tetap Dalam Jiwa, Isyana Sarasvati-🎡🎡🎡
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
Fanfiction[completed] Ghania adalah seorang gadis asal Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Berbagai alasan memaksanya untuk tinggal bersama seseorang, yang hingga saat ini ia anggap sebagai dunianya. 항상 널 찾은 거야. - I'...