50. Where Are You

1.2K 139 6
                                    

Aku sudah mencoba mencari informasi dimana tempat tinggal pria itu. Tapi nihil, bahkan pihak kampus bilang kalau memang benar Yoongi pindah dari apartemen lamanya, tapi sampai sekarang ia tak kunjung memberi konfirmasi alamat barunya dengan alasan privasi.

Aku bahkan sudah bertanya ke Taehyung tentang teman kecilnya tersebut. Hal yang sama terjadi, ia tak tahu di mana Yoongi berada saat ini.

Dan sekarang rasanya aku ingin menangis.

Mengingat Bibi Jae yang berkata soal produser musik pun, aku tak tahu di perusahaan musik seperti apa ia bekerja. Korea Selatan terkenal akan musiknya, dan agensi musik menjamur dimana-mana. Tidak mungkin aku mendatanginya satu persatu hanya untuk mencari nama Min Yoongi.

Siang ini aku sendirian, berada di sebuah kafe di Myeongdong. Tak mengenali siapapun yang ada di aekitarku, hanya duduk di samping kaca melihat orang berlalu lalang. Aku memutar isi es kopiku dengan sedotan yang ada bersamaan dengan lagu-lagu yang diputar di kafe ini.

Apa ada lagi halangan yang membuatku sulit bertemu dengan Yoongi? Masih ada? Kalau iya aku mungkin akan menangis sungguhan di kafe ini seperti orang gila.

Aku tahu aku tak boleh menyerah. Kemana lagi aku harus mencarinya?

"Ghania?"

🎡

Astaga, siapa yang aku temukan disini.

"Mia kau… Berbeda…"

Mia. Teman lamaku. Ia kelihatan lebih cantik dari biasanya. Walaupun begitu, penampilannya sangat sederhana dan seperti Mia yang sebelumnya.

"Kau apalagi! Aku sekarang berada di bawah naungan agensi."

"Kau trainee?!" Aku terkejut. Tidak heran penampilannya begitu berubah. Mia hanya mengangguk senang.

"Iya. Aku akan debut bulan depan." Ujarnya.

Syukurlah, temanku yang satu ini akan debut sebagai idol Korea sesuai dengan impian lamanya. Aku mengangguk mengerti, lalu meminum kopi yang sedadi tadi ada di meja.

"Kau kenapa kesini?" Tanyanya.

"Aku mau tanya." Ucapku. "Tapi kau jangan terkejut, ya." Lanjutku.

"Memang apa?"

"Kau tahu dimana alamat Yoongi berada? Aku sangat butuh." Ucapku.

Mia membulatkan matanya, otomatis terkejut. "Untuk apa kau mencarinya? Masih ada hutang nilai atau apa?" Ujarnya.

Anak ini masih bodoh seperti biasanya. "Tidak. Aku harus bertemu dengannya." Kataku.

"Iya, kenapa kau harus bertemu?" Tanyanya lagi.

Aku menghela nafas, "Akuㅡ"

"Jangan-jangan kau.."

Aku menatap Mia tajam. "Apa?" Kataku.

"Kau pacaran dengannya, ya?"

Aku tidak tahu harus tertawa atau menangis, tapi ia benar-benar tidak tahu bahkan setelah bertahun-tahun terlewati.

"Sudah kuduga! Jadi kau memang ada hubungan dengannya!" Seru Mia.

Aku terkekeh sesaat, "Ya, dan sekarang itu tidak penting. Yang lebih penting, kau punya alamatnya atau tidak?"

"Sebentar, aku harus tahu apa yang terjadi padamu dan dia." Katanya.

Gadis ini merepotkan. Aku membetulkan rambutku yang sempat berantakan karena frustasi menanggapi teman yang satu ini.

"Kau pacaran, lalu?"

"Kami putus."

"Heol, lalu?"

"Aku akan menikah dengan orang lain."

Mia menampar pipiku pelan. "Kau serius?!" Ujarnya. "Lalu apa lagi?" Tanyanya lebih lanjut.

Aku menghela nafas berat, "Ayahku meminta Yoongi untuk bertemu dengannya, kalau tidak aku akan dinikahkan dengan orang lain. Waktuku 7 hari dan dua hariku sudah terpakai, tolong bantu aku," Jelasku cepat.

Mia bungkam mendengar suaraku yang sedikit bergetar sambil memegang tangannya.

Ia berdeham, "Baiklah, iya aku mengerti. Terakhir kali aku dengar kabarnya ia sudah jarang mengajar di kampus," Ujarnya.

Aku mengangkat kepalaku, "Lalu? Apa lagi yang kau tahu??"

"Ia masih jadi dosen, sih. Ia juga membuka satu tempat kursus piano, akan kukirim alamatnya lewat chat hingga kau bisa pergi dengan mudah, okay?"

Aku mengangguk mengembangkan senyuman, "Terima kasih banyak, Mia."

Tak apa bila harus berkorban, yang penting aku bertemu denganmu.

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang