Ghania's pov
Beberapa semester aku lewati tanpa tatap muka yang intensif dengan Yoongi. Kadang hanya bertemu saat di kelas, berbicara hanya saat aku mengajukan pertanyaan, bertukar pandangan saat semuanya terjadi secara tidak sengaja.
Terdengar desas-desus bahwa musim panas tahun ini seluruh angkatanku akan melakukan tour. Entah kemana dan untuk apa, aku juga tidak tahu. Tapi Mia sangat berisik soal Jakarta, ibu kota kelahiranku. Mungkin kami akan pergi kesana?
Kalau iya, mungkin aku tidak akan ikut. Karena keterbatasan biaya juga aku tak ingin bertatap wajah dengan Yoongi. Lain halnya bila tour ini bersifat wajib.
"Ghania, mereka bilang angkatan kita akan pergi ke Jakarta. Kita akan lakukan penelitian disana." Ujar Mia.
Oh, ternyata penelitian. Tapi kenapa harus ke Jakarta? Universitas ini senang sekali buang-buang uang untuk hal yang tidak penting.
"Yah intinya sih ini individual. Dan kita akan dapat dosen pembimbing masing-masing." Ujarnya.
Kalimat itu agak menganggu pikiranku saat istirahat makan siang di kantin saat ini. "Maksudmu?"
"Heol, kau belum tahu apapun?"
Aku menggeleng. "Hanado molla." (Aku tak tahu apapun)
"Seperti yang tadi aku bilang, kita akan adakan penelitian ke Jakarta. Meneliti tentang musik daerah disana, mengingat musik tradisional Indonesia sangat mencolok dan unik." Ucap Mia. Aku masih memperhatikannya.
"Lalu masing-masing dari kita dapat dosen pembimbing. Aku sendiri dapat pak Jaesung."
"Darimana kau tahu dapat pak Jaesung?"
Mia menghela nafas. "Cek website kampus kita sana. Aku tak sempat melihat siapa dosen pembimbingmu."
Aduh mampus gue.
Aku buru-buru membuka ponselku dan membuka website kampus. Melihat informasi soal tour, dan mencari namaku di daftar dosen pembimbing tour.
Ghania Ayu Pertiwi…….
Ghania…
Ghania…
"Mampus."
"Ha? Apa?"
Kalau aku bisa menangis aku ingin menangis saja sekarang. Kenapa hidupku begini? Kenapa aku harus bernafas? Kenapa dosen pembimbingku itu Min Yoongi?
Seketika aku menyesal sudah menjadi mahasiswa di universitas ini.
"Kau kenapa? Siapa dosen pembimbingmu?"
"Y…"
"Y..?"
"Yoongi… Min Yoongi…"
Mia membulatkan matanya. "Sungguh?! Yah. Daebak!!" (Keren!!)
APANYA YANG KEREN?!
"Ahhh aku akan mati, sungguh." ucapku lemas, menempelkan kepala di meja kantin tersebut.
Mia mengerutkan dahinya, "Kenapa?! hey, Kalau aku jadi kau mungkin aku akan pesta nanti malam."
Pesta? Pesta pemakaman bagiku, Mia. Aku akan mati tertelan rasa maluku jika aku harus bertemu dia lagi selama tour di Jakarta nanti.
Ia terkekeh, "Syukuri saja, mahasiswi lain pasti iri padamu." Ujarnya.
Silahkan saja iri, kalau mau tukar juga silahkan!
"Memangnya tidak bisa tukar dosen, ya?" Ucapku. "Tukar dengan pak Jaesung, please, kau ingin dosen pembimbingmu Yoongi kan?!"
Mia menghela nafasnya, "Heol, kalau bisa juga sekarang ini ayo saling tukar dosen. Tapi susunan itu sudah ditentukan oleh rektor dan ditanda tangani. Tidak bisa diubah lagi."
Astaga… Aku bisa mati.
"Lagipula enak kan? Kau bisa pulang ke rumahmu. Aku iri."
Aku tersenyum putus asa. Tampaknya Mia sangat tenang dengan segelas iced coffee kesukaannya siang ini.
Aku menarik nafas, "Rumahmu di Gwacheon, pesan tiket di terminal bus juga bisa sampai ke rumah orang tua." Kataku. Dia hanya terkekeh.
"Boleh aku tidak ikut?" Tanyaku.
"Seluruh mahasiswa jurusan Seni Musik diharuskan. Untuk nilai ujian juga."
Untuk nilai ujian. Mengingatnya sudah membuatku mual, sekarang aku harus dihadapi oleh kenyataan yang lebih masam lagi. Ini sudah semester ke 6!! Tolong lah… Jangan perburuk keadaan…
Aku menyeruput minumanku alih-alih untuk membuat suasana hati lebih baik.
"Kapan kita harus berangkat?" Tanyaku.
"Dua minggu lagi."
Aku bangkit dari dudukku dan membuat Mia terkejut.
"Mau kemana?" Kata Mia.
Aku menoleh padanya sedikit, "Pulang. Aku mau cuci motor sebentar."
"Seingatku kau selalu pulang jalan kaki? Kenapa tiba-tiba bawa motor?! Sejak kapan?!"
Aduh gadis ini kenapa berisik sekali? "Sejak tadi, dadah!"
Kakiku beranjak pergi meninggalkan Mia yang makan di kantin siang itu dan meraih kunci motor milik Taehyung. Berjalan cepat ke arah parkiran yang ada di basement kampus ini.
Mengingat tour penelitian itu, aku harap aku tidak menimbulkan masalah. Aku akan bersamanya sebagai dosen dan mahasiswa. Tidak lebih dari itu.
Dunia itu begitu kecil. Sesungguhnya aku tak heran lagi bila aku selalu berakhir denganmu, karena mungkin dari masa kehidupan belum terjadi, kau sudah ditakdirkan jadi salah satu pemeran penting dalam drama hidupku.
🎡🎡🎡In case you're having a bad day 💞
Vote n comment ya sayangku. Tak doain pada ketemu biasnya masing-masing nanti deh :) HEHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
Fanfiction[completed] Ghania adalah seorang gadis asal Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Berbagai alasan memaksanya untuk tinggal bersama seseorang, yang hingga saat ini ia anggap sebagai dunianya. 항상 널 찾은 거야. - I'...