Kalau aku katakan aku untuk kamu atau kamu untuk aku, maka itu benar adanya. Kau mau menerimaku apa adanya, sama sepertiku. Kau mau bersamaku dalam suka dan duka, sama halnya denganku. Kau berkenan untuk hidup bersamaku hingga ajal menjemput, aku juga begitu. Bukankah seperti itu bunyi janji suci kita?
Hidup dengan berpikir apakah dirimu benar-benar nyata membuatku harus memutar otak. Banyak hal yang kita lalui hingga saat ini, terasa seperti Tuhan sengaja mempertemukan aku yang memiliki kehidupan monoton dengan dirimu yang memiliki banyak corak warna. Sehingga kita dapat berbagi warna dan membuatnya menjadi sama cerahnya.
Ketika aku melihat cincin di jari manis tangan kiriku, tanpa sadar aku menambah satu ikatan benang merah lagi di sana. Kau juga sama begitu, bukan? Karena itu hatiku berdebar saat melihatmu di hadapanku dan kita berdua berdiri di depan altar. Seperti ada yang terikat, namun aku tak menolak ikatan itu.
Benang merah ini sudah ada bahkan sejak dunia ini belum terwujud. Mereka terikat satu sama lain, takkan ada satu hal pun yang bisa memutuskannya. Bahkan jika kita terpisah sejauh apapun, entah aku di bumi atau kau di galaksi lain, pasti akan ada setidaknya satu cara untuk kita bertemu dan bersama.
Unik, bukan? Mengingat bagaimana ajaibnya semua takdir yang kita alami. Aku yang awalnya lebih memilih untuk menikah dengan pria pribumi, sekarang malah bertemu dengan dirimu. Aneh rasanya bila terpaksa mengingat bagaimana cara kita pertama kali bertemu saat itu. Sebuah pembicaraan yang canggung di pagi buta, aku menyukainya.
Singkatnya, hidupku berjalan normal sekarang. Aku bisa mengenalnya lebih baik daripada sebelumnya. Ayahnya juga menyambutku sebagai anggota baru keluarga Min dengan hangat dan ramah. Menerima apa adanya dengan segala perbedaan yang aku punya, merupakan sebuah hal yang harus disyukuri setiap saat.
Kakakku, Mas Irvan, sudah menikah dengan perempuan asal Bandung, tak jauh setelah aku menikah dengan Yoongi. Litha, namanya. Kak Litha merupakan gadis kelahiran Kyoto, Jepang, namun lebih banyak menghabiskan waktu hidupnya di Indonesia, hingga akhirnya bertemu Mas Irvan di tempat kerjanya sebagai guru bahasa Jepang di salah satu SMA di Bandung.
Begitu juga dengan Hyoah. Ia begitu antusias dan senang ketika mengetahui bahwa aku akan segera menikah dengan Yoongi saat itu. Ia juga kesal padaku karena merasa dibalap, mengingat Jimin melamarnya terlebih dahulu sebelum Yoongi melakukannya padaku. Kakak kelasku, aku akan menunggu undangan resepsimu!
Lain halnya dengan teman-teman kuliahku. Mia kini berubah jadi idol yang terkenal dan sering melakukan tour dunia. Ia juga mengenal Yoongi sebagai produser karena Yoongi sempat menjadi produser lagu debut group idolnya Mia. Sekali lagi, dunia selalu saja kecil.
Kalau soal Kim Taehyung, aku dengar ia sudah menikah dan memiliki satu bocah laki-laki. Sempat aku kesal karena aku tak diundang dalam acara pernikahannya, tapi aku rendam amarahku dengan satu senyuman bahagia -karena ia juga bahagia. Aku hanya bisa memberinya do'a dan harapan agar mereka bisa hidup nyaman dan bahagia sepanjang waktu. Selama ini aku hanya menghubunginya via media sosial, lain kali aku akan menemuinya di Seoul.
Dan tentang Lian..
Aku yakin ia merasa terpukul. Tapi ia menerimanya dengan lapang dada. Sempat aku meminta maaf padanya, ia bilang tak apa. Aku pasti melukai hatinya, ia bilang ini hukum karma. Karma tak pernah sekejam ini. Dulu ia meninggalkanku karena pacarnya, sekarang aku meninggalkannya karena suamiku. Menurutku, ini sangat tidak adil. Walaupun kenyataan bahwa aku akan lebih melukainya jika aku menikah dengan Lian itu akan lebih nyata dari ini.
Kak Lian, maaf ya.
Jika aku merangkainya kembali, semuanya sudah menerima jalan mereka masing-masing. Mereka sudah mengukur jarak benang merah mereka sendiri. Aku mengerti karena saat ini akupun begitu, ikut mengukur benang merah hidupku dan mengikuti kemana akhirnya benang ini.
Dan jika memang benar kau ditakdirkan untukku, kau adalah benang merahku yang sebenarnya, tolong dengarkan aku, Yoongi.
Aku bukan orang yang sempurna. Aku tidak cantik, tidak kaya, memiliki bakat pas-pasan, dan tak ada satupun yang spesial dariku. Terima kasih telah memilihku untuk jadi teman hidupmu. Kita takkan pernah tahu apakah di jari kelingking kita terdapat benang merah yang saling terhubung atau tidak, tapi selama aku masih bernafas dan bisa berdo'a, aku harap itu dirimu yang selalu terhubung denganku.
🎡🎡🎡
Really end disini yah,
Terima kasih (lagi) sudah mantengin ff ini dari awal sampe akhir, aku bukan penulis handal tapi setidaknya aku telah berusaha(?)
Lots of love,
Thank you very much💞
Have a nice day!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
Fanfiction[completed] Ghania adalah seorang gadis asal Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Berbagai alasan memaksanya untuk tinggal bersama seseorang, yang hingga saat ini ia anggap sebagai dunianya. 항상 널 찾은 거야. - I'...