35. A Day With Him

1.4K 153 6
                                    

Untuk penelitian kali ini  aku memilih untuk meneliti pertunjukkan musik tradisional khas Betawi, suku asli dari Jakarta. Aku memilih itu karena akan lebih mudah aku telusuri materinya.

Sekarang, aku berada di teather pertunjukkan musik Gambang Kromong. Kau tahu dengan siapa?

Dengan Yoongi.

Payahnya hari ini para mahasiswa Seni Musik akan menghabiskan hari bersama para dosen pembimbing masing-masing. Aku dan Yoongi sendiri akan memakan waktu hingga dua jam kedepan, setelah itu ia akan menilai mahasiswa lainnya.

Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?

Satu-satunya hal yang menurutku menguntungkan adalah aku mengetahui seluk beluk kesenian musik Gambang Kromong ini karena aku pernah mempelajarinya saat SMA. Selama penelitian dua hari kedepan, dosen pembimbing akan bertanya pada mahasiswa bimbingannya sejauh mana pengetahuan mahasiswanya terhadap objek yang diteliti. Setelah itu mereka akan meminta kami untuk membuat laporan penelitian yang kami lakukan sedetail mungkin. Sebelum ini para mahasiswa sudah diberi waktu selama seminggu untuk mencari tahu dan menambah pengetahuan mereka tentang musik daerah Indonesia, jadi kupikir masuk akal juga mereka akan mengintrogasi para mahasiswanya.

Ini sih tugas selevel anak SMA. Tidak bisa disebut penelitian. Mungkin menurut mahasiswa lain sangat sulit karena mereka bukan asli dari Indonesia. Beruntung bagiku karena universitas ini mengadakan penelitian di Jakarta kali ini.

Tidak beruntung bagiku karena dosen pembimbingku untuk dua hari kedepan adalah Yoongi…

"Ayo masuk."

"I-iya."

Jujur aku tidak bisa berakting biasa saja karena di sini kami hanya berdua. Sisanya mengamati kesenian musik daerah khas Indonesia lainnya.

Biasanya berdua bercanda, kan. Sekarang benar-benar kaku dan canggung. Ya Tuhan, selamatkan aku dari situasi seperti ini. Amin.

Kami berdua masuk dalam teather kesenian itu. Terdapat banyak turis asing yang ingin menikmati kesenian tersebut. Seketika aku berpikir miris, 'wah kenapa malah lebih banyak turis asing yang menikmati daripada warga lokal?'

Aku buang jauh pemikiran itu dan duduk di kursi penonton, begitu juga dengan ia yang duduk di sampingku. Begitu tirai terbuka, kami menikmati penampilan Gambang Kromong.

Canggung. Ya! Benar! Sangat canggung hingga aku tidak bisa menikmati penampilan ini dengan serius. Tapi setelah aku lirik Yoongi, ia begitu memperhatikan penampilan musik ini. Sangat tenang.

Beginikah profesionalitas seorang dosen? Aku kagum.

Setelah 30 menit berlangsung, teather musikal yang digunakan sebagai pertunjukkan musik Gambang Kromong ini break selama 10 menit.

"Baiklah, Ghania-ssi, aku akan ajukan beberapa pertanyaan."

Mendengar suaranya membuatku merinding. Perutku bahkan terasa geli dan agak sakit sehingga membuatku ingin tersenyum seperti orang gila. Astaga, sudah sekian waktu aku tak mendengar suaranya kini tubuhku mengeluarkan reaksi aneh setelah mendengarnya?!

"Jelaskan padaku bagaimana Gambang Kromong itu ada."

Aku tidak sanggup hati untuk menatapnya. Tapi semakin aku memberi sugesti pada pikiranku, semakin aku pura-pura untuk bersikap biasa saja dan menatap matanya di sana. Perlahan aku menjelaskan apa yang masih menyangkut dalam ingatanku soal Gambang Kromong ini

"Gambang Kromong tercipta ketika orang-orang Tionghoa peranakan sudah semakin banyak di kota Jakarta yang dulunya disebut Batavia." Ucapku menjadi pembuka.

"Di waktu senggang mereka memainkan lagu-lagu Tionghoa dari kampung halaman moyang mereka di Cina dengan instrumen gesek Tionghoa su-kong, the-hian, dan kong-a-hian, bangsing atau akrab disebut suling, kecrèk, dan ningnong, dipadukan dengan gambang."

Melihatnya menganggukan kepala sambil memainkan pulpennya, rasa percaya diriku untuk menjawab pertanyaannya bertambah, "Ada yang bisa kau tambahkan? Aku yakin kau belajar banyak soal musik ini." Ujarnya santai.

Tentu saja. Kau tahu aku persis, tuan.

Aku menarik nafas, "Orkestra Gambang sekitar tahun 1880-an mulai ditambah dengan kromong, kendang, kempul, gong, dan kecrek. Dari situ terciptalah Gambang Kromong. Sebutan Gambang Kromong sendiri di ambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong."

Yoongi menganggukkan kepalanya, menilai sesuatu disana. Ia melempar pandangannya padaku dan membuatku terkejut.

!!! Berhenti melihatku atau aku akan kabur. Tapi tidak, aku tak bisa kabur di tenga-tengah penilaianku.

"Bilahan Gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah sepuluh pencon. Perangkat musik ini merupakan sebuah produk hasil akulturasi dari budaya Tionghoa dengan pribumi." Tambahku dengan penuh rasa percaya diri.

Yoongi kembali mengangguk mengerti dengan penjelasanku. "Bagus. Tak heran jika kau murid beasiswa." Ujarnya.

Aku tersenyum canggung karena tak bisa menahan degupan jantung yang aku rasakan. Mungkin wajahku merah saat ini! Dan mungkin Yoongi menyadarinya!

"Kau minum obatmu?" Tanya Yoongi dengan suara lembut.

Tunggu. Ini bukan pertanyaan bagian dari penelitian!

Aku menoleh kaku, dan mengatakan padanya bahwa aku minum obat yang ia berikan saat di Incheon.

"Suaramu masih terdengar sengau." Lanjutnya.

"S-sudah…" Jawabku canggung.

"Apa kau istirahat dengan cukup?" Tanyanya lagi.

"Iya.. Kau sendiri?"

"Begitulah."

Terdengar menyedihkan. Aku menarik nafas dan memperhatikan kakiku yang berayun di kursi penonton itu.

"Yoongi-ya."

"Hm?"

"Mianhae." (Maafkan aku.)

Maafkan aku karena aku masih menyimpan namamu dalam benak dan pikiranku, namun aku harus melepas ragamu dari benak dan pikiranku juga.
🎡🎡🎡

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang