7. Terus Menanti

2.7K 259 21
                                    

Aku paling benci jika disuruh menunggu.

Haruskah aku menunggunya? Ataukah aku yang bilang padanya kalau aku suka dengannya?

Bukannya aku tidak sabaran.. Tapi menjalani kehidupan yang terombang-ambing seperti ini nyatanya membuatku merasa sangat tidak nyaman. Kukira awalnya akan baik-baik saja, ternyata malah jadi seperti ini.

Rasanya tidak jarang juga aku melakukan skinship dengannya walau ringan. Tidak jarang pula aku pergi ke suatu tempat dengannya seakan kami berkencan. Dan ini sudah berlangsung beberapa bulan terakhir. Ah.. Ghan.. Kembali pada dirimu yang lama. Kenapa kau bisa begini hanya karena satu pria seperti Yoongi?

Terus menunggu merupakan satu-satunya jalan bagiku.

"...nia. Ghania!"

Suara itu membangunkanku dari lamunan. Itu suara Mia, yang tempo hari membantu saat aku sakit. Aku melihat ke arahnya dan tersenyum sebagai bentuk sapaan. Dia duduk di hadapanku dan aku mengalihkan pandangan ke arah hiruk pikuk kota Seoul.

"Sudah kerjakan tugas Pak Jaesung?"

"Hm? Oh iya, belum."

"Ayo kerjakan. Besok kan weekend. Aku tidak mau ada tugas menumpuk di akhir pekan. Memangnya kau tidak ingin kencan dengan siapa gitu?"

Kencan dengan siapa pula. Walaupun kau berkata aku pergi kencan dengan Yoongi, paling jauh tempat kencan kami akan menjadi supermarket depan apartemen. Dia terlalu sibuk untuk membawa seseorang pergi ke tempat wisata, apalagi orang sepertiku.

"Mia sih sudah punya pacar. Aku 'kan.. Single.."

"Kukira kau punya pacar. Maaf ya. Tapi ayolah kerjakan bersama, kau bisa gunakan waktu akhir pekan untuk istirahat!!"

Apa yang Mia katakan ada benarnya juga. Aku tatap pupil mata coklat itu sesaat, melihatnya memohon padaku agar menuruti apa yang dikatakan Mia. Aku akhirnya tersenyum dan menyetujui kemauan Mia.

Aku berjalan dengan Mia menuju ke perpustakaan untuk mencari sumber tugas. Memang agak banyak, tapi setidaknya meringankan beban di akhir pekan.

Saat berjalan di lorong, aku melihat Yoongi berjalan ke arah yang berlawanan. Ia melihatku sekilas dan memberikan senyuman. Saat berpapasan, ia menyentuh kepalaku dan mengusapnya sesaat lalu lewat begitu saja. Untung aku berjalan di belakang Mia sehingga gadis itu tak melihat apa yang dilakukan Yoongi.

Tuh, kan. Begini saja sudah membuatku berdebar-debar.

Dan aku pikir, sebenarnya berbahaya jika aku terus tinggal bersamanya. Aku takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Tapi berbekal kepercayaan, aku akan hidup terus dan ia takkan melakukan hal seperti itu.

Ah... Sial.

🎡

Mas Yoongi
Pulang kapan?
Aku tunggu di parkiran.

Aku masih bersama Mia di perpustakaan.  Jam dinding di perpustakaan menunjukkan pukul 8 malam. Bahkan aku melewatkan makan malam dan Yoongi menungguku di parkiran.

"Mia, sudah larut."

"Larut? ASTAGA SUDAH PUKULㅡ"

"Ssst!"

Penjaga perpustakaan menegur kami. Mia sudah menangkupkan mulutnya dan aku hanya tertawa kecil.

"Ayo pulang!"

Sementara aku berjalan cepat dengan Mia, kami berpisah dengan di lobby kampus. Ia pergi ke arah gerbang dan aku ke arah parkiran.

Aku jadi kepikiran.. Begitu naif menghadapi semua ini. Baru saja terbesit dalam pikiranku bahwa menyukai seseorang itu bukan berarti kau harus memiliki hubungan spesial dengannya. Cukup hanya dengan mengagumi dan menyukainya dalam diam juga sudah cukup.

Ah.. Ya.. Maafkan aku. Aku rasa ini karena Yoongi adalah orang pertama yang membuat pikiranku gila, jatuhnya jadi norak. Padahal sudah berusaha se dewasa mungkin. Tapi tak apa, akan aku jadikan pelajaran saja.

Dan aku akan tetap menunggunya... Mungkin???

Ya, aku tahu terjatuh itu sakit. Tapi bukankah itulah indahnya perjuangan untuk mencapai sesuatu? Di saat kau terjatuh harusnya di situ kau mendapatkan penerangan sehingga membuatmu lebih berusaha untuk menggapainya lagi. Yoongi sangat jauh untuk dicapai, jadi aku sudah menyiapkan diriku untuk terjatuh. Walau aku juga berpikir untuk menyerah dengannya...

Seperti yang dijanjikan, ia menunggu di parkiran. Padahal ia tak membawa kendaraan pribadi hari ini, tapi ia tetap menunggu untuk pulang jalan kaki. Aku sendiri juga lebih menyukai jalan kaki daripada harus naik kendaraan karena menyusahkan. Tapi aku tak menyangka ia menungguku selama itu..

"Kau begitu menghabiskan banyak waktu di perpustakaan."

Ia memberikan senyuman padaku seperti biasanya dan berdiri di hadapanku.

"Tugas siapa?"

"Pak Jaesung."

"Oh, dia. Yasudah."

Aku berjalan dengannya dan keluar dari lingkungan kampus. Udara disini semakin dingin karena bulan November sudah mau berakhir. Sehingga bernafaspun kami bisa melihat uapnya.

Sepanjang jalan aku terus berpikir, menguras otak untuk mencari kesalahan yang ada. Aku tak bisa begini terus, mencintai seseorang dan terlalu naif terhadapnya. Maafkan aku, tapi ini sudah lama sekali sejak terakhir kali merasa jatuh cinta pada seseorang.

Lagipula Yoongi tak mungkin memiliki perasaan semacam itu kepadaku. Ghania, kau tak seharusnya bodoh dalam hal ini. Aku sudah dewasa, harusnya sudah mengerti kemana harusnya aku berjalan. Tapi mengapa Yoongi selalu saja ada dalam benak dan pikiranku? Kenapa seakan-akan kedatangannya merupakan sebuah bencana besar bagi benakku?

Dengan perasaan aneh, aku merasa jemarinya mulai merekat pada jari tanganku. Ia memegang tanganku yang sedingin es malam itu. Aku bingung, sungguh bingung. Apa maunya orang ini?

Ketika aku menatapnya, ia sedang menatapku. Mungkin sudah sekian lama ia memandangiku dan aku tak menyadarinya. Aku tak berani bertanya mengapa ia memegang tanganku saat berjalan pulang ke rumahnya. Aku rasa kami berdua juga saling mengerti mengapa kami melakukannya.

Tapi kenapa aku jadi penasaran juga ya..

"Oppa."

"Hm?"

"Ini..."

"Kau tak menyukainya? Kupikir kau kedinginan, jadi aku memegang tanganmu."

"Bukan begitu...."

"Kau ingin aku melepasnya?"

"Tidak.."

Yoongi tersenyum. "Baiklah."

Ia malah mengeratkan pegangannya itu. Ah.. Diriku. Mengapa aku seperti ini. Istilahnya, aku ini norak dengan yang namanya jatuh cinta. Bagaimana tidak norak, coba?

Aku bahkan sudah sering meminta saran pada Hyoah, mengingat ia lebih berpengalaman dalam hal seperti ini.. Tapi yang ia sarankan padaku hanyalah 'sabar dan tetap menunggu. Apapun yang terjadi aku harus menunggu si pria untuk mengatakannya duluan.' Yah.. Menunggu sih, iya. Ia juga memperlakukanku seakan aku ini.. Spesial. Memang menjijikan rasanya saat aku menjadi geer begitu. Kan dia yang memperlakukanku seolah dia juga punya perasaan yang sama kepadaku!

Aku menghela nafas dan memotong jarak antaraku dengan Yoongi. Dan meletakkan kepalaku di bahunya sambil berjalan pulang. Kadang ada saat dimana aku hanya ingin berada sedekat ini dengannya.

Bagaimana cara agar aku bisa memulainya?
Apa yang harus ku katakan padamu?
'Aku mencintaimu, dan kau mengambil nafasku' ?
Lalu bagaimana harusnya aku memulainya?
Aku memulainya seperti ini :
Cintai aku, peluk aku, ajari aku, dorong aku untuk melakukan sesuatu yang baik.
Rasanya nyaman berada dalam pelukanmu.
Untuk merasakan hangatnya dirimu.
Rasanya indah memiliki seseorang sepertimu
Untuk aku pikirkan sepanjang hari.
Aku suka berjalan seperti ini, bersamamu
Memegang tanganmu di setiap langkahku.

Bukankah, kehidupan sebagai 'kita' kini takkan pernah terjadi sampai kapanpun?

🎡🎡🎡

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang