19. Masih Tengkar

1.8K 195 18
                                    

Aku tidak marah, tidak juga sedih. Aku hanya tidak suka keadaan seperti ini, dimana kami benar-benar hanya bisa saling diam untuk sementara.

Aku memberikannya waktu? Tidak juga. Terkadang aku ingin menyendiri setelah sekian waktu bersamanya. Kesalah pahaman ini belum bisa diselesaikan, mungkin karena kami masih merasa egois satu sama lain.

Padahal hanya masalah sepele, kedua orang dewasa bisa berubah menjadi anak tk.

Dan sore ini, lagi-lagi aku sendirian di tepi sungai Han. Melihat beberapa pengunjung menyewa sepeda dan mengayuh pedal mereka, meresapi angin dingin yang berhembus disana.

"Yaelah cok, sendirian aja."

Aku menghela nafas dan memutar bola mataku. Kenapa aku harus selalu bertemu Jimin di Sungai Han seperti ini? Apa tidak ada tempat lain? Kenapa dia selalu berkeliaran di daerah Sungai Han?

"Ngapain lo?"

"Ngegalau."

"Yeeee. Mana cowok lo?"

Pasti Hyoah cerita ke Jimin. Biarkan saja lah.

"Au dah." ucapku.

Jimin mulai duduk di sampingku dan memberiku susu strawberry. Beruntung ia mengetahui susu favoritku. Tapi.. Tau dari mana?

"Tau darimana lo kalo gue suka susu strawberry?"

"Hyoah. Siapa lagi."

Oh iya, tidak terkejut lagi.

"Udah baekan ama Kak Hyoah?"

"Udah dong. Hahaha."

"Ih. Gimana caranya?"

"Gue kirimin paket ke dia."

"Paket? Kado gitu?"

Jimin mengangguk. "Iya." jawabnya.

"Kado apa?"

"Payung, jaket, notebook sama stationery kesukaannya dia. Kirain dia cerita ke lo."

Wow, seketika aku jadi iri pada Hyoah. Ia beruntung sekali memiliki seseorang seperti Jimin. Sekarang aku mengerti kenapa kakak kelasku itu begitu menyukainya.

Sebelumnya juga Hyoah tidak cerita karena akhir-akhir ini dia sibuk dengan kuliahnya. Aku juga sibuk dengan duniaku. Dan terakhir kali aku menelefonnya, pada saat aku memberitahunya kalau aku menjalin hubungan dengan Yoongi. Ia tak menceritakan apapun soal dia dan Jimin.

"Kagak cerita. Sibuk juga dianya."

"Hmm gitu…"

"Iyaps. Btw…"

"Apaan."

"Gue iri ya sama lo dan Kak Hyoah."

Kelihatannya Jimin terkejut. "Iri ngapa??"

"Ya gitu. Kalau misalkan ada cekcok, seenggaknya ada lo duluan yang mau minta maaf."

Kami bergeming. Pria itu memicingkan matanya dan membuatku kesal melihatnya. Maksudnya apa sih sampai begitu? Aku jadi malas melihat wajahnya.

"Muka lo gitu amat kak."

"Lo mencurigakan…"

"Apanya?"

"Lo berantem sama sepupunya Hyoah??"

Aku diam dan hanya melemparkan pandanganku ke arah sungai yang begitu luas disana.

"Iya berarti."

"Hm."

"Gapapa kali, Ghan. Berantem itu justru bikin awet."

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang