Sudah ada hitungan hari aku dirawat di rumah sakit. Di ruang rawat yang terlihat sangat hampa ini, aku sendirian. Ibu pulang ke rumah untuk mengambil keperluan sedangkan Mas Irvan sibuk kuliah.
Aku kembali melihat ponselku. Ternyata jumlah panggilan tak terjawab dan pesan singkat masih bertambah. Sekarang sudah mencapai ratusan, dan aku tidak membukanya satupun.
Yoongi.
Apa dia baik-baik saja?
Harusnya aku yang mengkhawatirkan diriku sendiri.
Aku sangat ingin bertemu dengannya, tapi jika dipikir rasanya tubuhku akan menolak. Melihat ke arah jendela luar dengan langit senja yang menawan, aku jadi menerawang pikiranku sekali lagi tentang Yoongi.
Mungkin memang kita hanya sekedar dipertemukan, bukan untuk disatukan. Aku ingin tahu mengapa perasaan ini datang begitu saja seakan tak ada alasan apapun. Aku mencintainya bukan karena fisik atau materi. Walau awalnya aku melihat fisiknya, semakin kesini aku berpikir bahwa aku mencintainya karena ia adalah Min Yoongi, orang yang aku cari selama ini.
Kenapa aku bisa mencari orang seperti dia....
Brak!
Suara itu membuatku terkejut. Terpaksa harus mengalihkan perhatian ke pintu, melihat seseorang yang berdiri disana setelah membanting pintu ruang rawatku dan mengatur nafas disana.
Hey.. Bukankah itu...
"Yoongi oppa?"
Pria yang kusebutkan namanya itu mengangkat kepalanya. Sembari mengatur nafas, ia menutup pintu ruang rawatku dan berjalan perlahan ke arah ranjangku. Aku berusaha untuk bangun, tapi ia mengarahkanku untuk diam di tempat dan tidak melakukan apapun.
Untuk apa dia disini? Cari mati?!
"Ponselmu.. Kau letakkan di atas pohon apa di hutan belantara? Kenapa tak menjawab telefon dan pesanku sama sekali?!"
Aku terkejut. "Y-ya..."
Ia berhasil mengatur nafas. Lalu berjalan mendekatiku, duduk di pinggiran ranjangku. Spontan aku bangkit dari tidur dan menatap wajahnya sedekat ini.
"Kau sendiri kenapa malah kesini? Menggali kuburan sendiri? Kenapa bisa tahu aku ada disini??"
"Bantuan Hyoah dan kakakmu."
Hyoah dan Mas Irvan? Ada apa dengan mereka berdua? Astaga, kalau ayah dan ibu tahu 'kan bisa panjang urusannya!
"Kalau orang tua ku tahuㅡ"
"Tidak, tidak akan."
Kalimat terakhirnya membuatku bungkam. Sial, aku merindukanmu. Hanya saja sulit rasanya untuk percaya bahwa sekarang yang ada di hadapanku adalah dirimu.
Jemarinya menelusuri rambutku dan mengelus pipiku dengan ibu jarinya. Ia memperhatikan setiap sudut wajahku agak lama, aku tahu karena bola matanya terus menatap ke arah wajahku. Pandangannya seakan bicara padaku dan berkata, sial aku sangat merindukanmu seperti orang gila.
"Kenapa kau malah sakit?"
Aku tersenyum kecil melihatnya dan tak menjawab apapun.
Merasakan nafasnya semakin menyapu permukaan wajah, membuatku memejamkan mata. Ia mendaratkan bibirnya dan membuat kembali merasakan rasa manis yang pernah aku rasakan sebelumnya. Sesaat kemudian ia melepasnya, lalu menempelkan dahinya pada dahiku.
"Maafkan aku."
"Untuk apa?"
"Aku selalu melukaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
Fanfiction[completed] Ghania adalah seorang gadis asal Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Berbagai alasan memaksanya untuk tinggal bersama seseorang, yang hingga saat ini ia anggap sebagai dunianya. 항상 널 찾은 거야. - I'...