[completed]
Ghania adalah seorang gadis asal Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Korea Selatan. Berbagai alasan memaksanya untuk tinggal bersama seseorang, yang hingga saat ini ia anggap sebagai dunianya.
항상 널 찾은 거야. - I'...
Aku menoleh ke arah Mia yang sudah rapih dengan buku di tangannya, "Untuk apa?"
"Penelitian, hari ke dua??"
Aku mengalihkan pandanganku ke arah laptop, "Aku menyelesaikannya kemarin." Ujarku santai.
Mia membulatkan matanya, "Heol! Ini tidak adil! Seharusnya mereka tidak memilih Indonesia sebagai tempat penelitian, karena kau akan mencuri start untuk mengerjakan laporan!" Celotehnya ribut.
Aku tertawa kecil dan meledek Mia, "Bukan salahku jika aku satu-satunya mahasiswa dari Jakarta!" Ujarku.
Mia mendengus kesal. Tapi akhirnya ia melemparkan senyuman padaku. Hey, aku tahu senyumanmu itu ada artinya!
"Kalau begitu, kerjakan laporanku ya~" ucapnya.
Ni anak kalo ngomong seenak perutnya aja ya.
"Tidak mau. Kerjakan sendiri!" Kataku ketus.
"Hahahaha aku bercanda. Oh iya…" Mia menghampiriku. Ia duduk di kasur di mana aku sedang sibuk dengan laptopku.
"Besok kan free day, beritahu aku tempat mana saja yang bisa aku kunjungi untuk beli oleh-oleh, ya." Ujar Mia.
Aku baru ingat kalau besok adalah free day. Kami diberikan satu hari itu untuk membeli oleh-oleh atau berwisata kemanapun sebelum pulang ke Korea.
Kemana ya.. Banyak sih sebenarnya tempat seperti itu. Tapi sayangnya aku tidak pernah beli oleh-oleh dari tempat kelahiranku sendiri.
"Lihat besok saja. Sana jalan! Aku ingin mengerjakan laporan!!" Ujarku mengusir Mia.
"Iya iya. Hehe, jaga dirimu. Istirahat yang cukup agar flu mu sembuh!!!" Katanya sambil bangkit dari duduknya. Aku mengembangkan senyum simpul pada Mia dan melihatnya hingga menghilang dari pandanganku.
Ah sial. Sendirian.
Seiring kepergian Mia, aku mengecek ponselku. Tadinya mau mengajak Hyoah main keluar, tapi kelihatannya ia sibuk dengan tugas kuliahnya.
Kak Lian Ghaniaa Hari ini free??
Dibilang free juga enggak, sih.. Ghania Nugas, tapi ada waktu. Knp??
Kak Lian Main kuy. Nugasnya banyak ga? Lo dimana? Gue jemput ya
Anjir Ghania ya.. Gk banyak juga sih Kak Lian mau kemana?
Kak Lian Kemana aja haha Kan udh lama juga gak keluar sama lo
Ghania Wkwkw emg kpn gue keluar sama lo kak
Kak Lian Emg gk pernah?
Ghania Nggak
Kak Lian Wkwkw pernah dong klo skrg jadi jalan haha
Smooth. Ghania Sa ae lo wkkwkw Yodah jemput w sini *send location* Kerjain laporan gue dlm bahasa Korea ya kak wkwk
Kak Lian Gila lo ya Otw Mandi buru lo wkwk
Ghania Cih Iya bct. Bye.
Aku pikir tak ada salahnya sesekali aku hang out dengan Lian. Sudah beberapa tahun terakhir aku pergi dengannya. Terakhir kali itu pas perayaan malam tahun baru dua tahun lalu.
Tidak apa kan membawa memori lama dan mengukir yang baru?
🎡
"Lo kok di hotel si?"
Lian membuka pembicaraan saat aku duduk di jok penumpang mobilnya. Ia mulai mengendarai mobilnya itu ke jalan raya, membawa kami entah kemana.
"Universitas gue emang pada nginep disitu." Ucapku dengan santai.
Lian mengangguk-angguk, "Banyak duit ya." Katanya.
Yah, lumayan. Jika tidak maka mereka takkan meminjamkan aku apartemen khusus dan uang bulanan hampir 10 juta rupiah.
"Keren sih." Pujinya. Aku mengangguk setuju.
"Btw, Kak. Lo mau bawa gue kemana?" Tanyaku penasaran. Lian hanya mendelik dan tertawa kecil, "Lo yang traktir gue kan?" ucapku bercanda.
Aku mengerutkan dahi, "Tumbenan amat. Biasanya lo ogah bayarin gue." Ujarku penuh penasaran.
Lian terkekeh, "Sekarang nggak, Ghan. Haha." Ucapnya.
Apasih? "Kenapa?" Tanyaku.
"Karena pengen aja. Daripada beli yang gak guna buat gue mending beliin seseorang tapi berguna."
Aku berpikir sesaat, "Kan bisa beliin yang berguna buat lo sendiri?" Tanyaku lagi.
"Ih, banyak omong nih bocah. Gapapa, Ghan. Gue pengen beliin lo apa aja yang lo mau. Tapi, yang wajar aja ya."
ni anak aneh bener.
Aku heran dan terkejut terhadap perubahan sikapnya Lian. Yang awalnya sering mengolok-olok diriku, sering tidak mau rugi, sekarang seakan berbanding terbalik. Seakan bukan Lian yang aku kenal dulu. Ia menjadi lebih baik, tapi.. Aneh.
Aku terkekeh, "Kampret ah, lo kira gue matre. Gak usah keluar banyak, dibeliin permen kaki juga gue berterima kasih banyak, Kak!" Kataku.
Kini banyak hal yang mengudara dalam pikiranku. Perubahan sikap Lian yang drastis membuatku berubah menjadi orang yang pemikir. Dia adalah pemuda yang tak bisa aku tebak bagaimana jalan pikirannya, jadi sedikit rumit untuk menebak apa isi hatinya.
You changed like nothing happened before this.
🎡🎡🎡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.