Esok hari setelah kejadian kemarin Vano lebih banyak diam, termasuk disepanjang perjalanan menuju acara peresmian cabang kantor perusahaan sang ayah.
Sewaktu waktu karin memandang Vano agak tajam, seakan menegaskan bahwa dirinya masih ingat dengan apa yang Vano lakukan.
"Gak turun?"
Karin keluar setelah pintunya dibuka oleh Vano, tak lupa juga untuk mengandeng lengan Vano layaknya pasangan harmonis yang sangat berbagia.
Mereka terus berjalan menuju gedung yang masih baru selesai dibangun 1 bulan lalu. Namun sesaat langkah Vano terhenti ketika melihat seorang gadis beramput panjang yang berada di dekat pintu.
Gadis itupun mendekat dan mengulurkan tangannya. Namun vano tidak bergerak sedikitpun, seakan enggan untuk menyentuh tangan gadis itu.
"Hai" sapanya pada Karin dan Vano sambil menurunkan tangan saat sapaannya di tolak Vano.
Karin menjawab dengan sebuah senyuman di balik berbagai tanda tanya yang menumpuk di hati.
"Aku gak nyangka akhirnya kamu menikah" ucap gadis itu hembali.
"Mm"
Walau hanya jawaban singkat yang keluar dari bobir Vano, gadis itu tetap ramah.
"Maaf kemarin aku nggak bisa hadir karena ada di luar kota"
"Oke" jawaban vano kembali singkat.
"Kamu nggak ngenalin aku pada istrimu?"
Vano semakin nampak kikuk, dan berbeda. "Dia sinta, istri pemilik perusahaan yang kini juga bekerja sama dengan ayah"
Mendengar nama yang agak familiar itu, Karin mulai menerka dan mengingat hal yang diceritakan oleh Reno, sambil memperhatikan wanita yang terlihat anggun itu.
"Aku Karin" sambil ikut tersenyum ramah.
Dari jauh terlihat seorang laki-laki berusia 45an berjalan kearah mereka dengan segelas minuman.
"Hai vano.. bagaimana kabarmu nak?"
Vano tersenyum dan menunduk dengan hormat.
"Mari kita kesana dulu istriku" ucap bapak itu sambil meraih tangan Sinta.
Istriku? Jangan bilang itu suami kak sinta. Pikir karin dengan asumsinya sendiri.
"Itu tadi suaminya" ucapan Vani semakin membuat Karin semakin yakin.
Sesekali dia mendesah pelan menyadari vano kerap curi curi pandang kearah Sinta.
Sinta memang terlihat Cakap dalam mencari kesempatan untuk mengenal beberapa orang penting yang ada di ruangan, sinta memang sangat pintar dalam menyesuaikan diri.
Seorang pelayan tidak sengaja menjatuhkan minuman yang mengenai jam tangan yang dipakai sehingga memaksa Vano berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan jam tangannya dengan Air.
Dia juga membenarkan dasi yang kurang rapi. Tatapannya berhenti melihat seseorang yang dia kenal dari kaca. Ya! sinta tengah berdiri tepat di belakangnya.
"Vano, aku merindukanmu" Sinta langsung memeluknya.
Namun Vano berusaha untuk menyadarkan dirinya dan melepas pelukan gadis itu. "Hentikan Sinta"
"Kamu nggak kangen sama aku? Kita udah lama nggak ketemu"
Vano hanya diam dan berusaha untuk keluar dari sana. Tapi sinda selalu menahannya.
"Gadis itu, kamu tidak mencintainya"
"Aku menyukainya"
"Bohong, kamu hanya menyukaiku" kalimat itu terdengar dengan nada yang terdengar sangat percaya diri.
Sinta terus menatap Vano dengan serius "hatimu.. hanya milikku"
Kemudian dia langsung mencium bibir Vano dengan mesra sambil melingkarkan tangannya di leher laki-laki yang pernah menjalin asmara cukup lama dengannya.
Brak! Sebuah tas jauh ke lantai. menghentikan mereka, dan menatap ke arah Karin yang barusaja menjatukan tasnya.
Karin terlihat kaget "apa yang kalian lakukan disini?"
"Ka karin.. ini.." bibir Vano terasa cukup sulit untuk berbicara
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...