1 hari sebelumnya.
Karin memencet bell berulangkali hingga seseorang yang dia kenal keluar dan membukakan pintu pagar untuknya.
Wajah laki laki itu nampak pucat "kamu udah makan?" Tanya karin
Reno menggeleng sambil tersenyum
"Dari pagi?"
Laki laki itu kembali mengangguk pelan.
"Kenapa nggak makan?" Tanya karin lagi seperti emak emak cerewet
"Kamu mau masuk nggak sih? Dari tadi nanya terus disini.. masuk dulu, duduk baru ngomong" ucap reno sambil terkekeh
Karin tertawa sendiri mendengar omongan reno. Ya memang bagaimana bisa karin menyodorkan banyak pertanyaan sementara mereka masih berdiri di pagar pintu rumah.
Setelah masuk rumah karin menyuruh adik suaminya itu untuk istirahat sementara dirinya membereskan beberapa barang yang berantakan di ruang tengah.
Karin kembali ke kamar Reno sambil membawa mangkok yang berisi bubur hangat.
"Makan dulu, udah beli obat kan?" Ucap karin setelah melihat reno yang masih belum tidur.
"Kamu yang buat?" Tanya reno
Karin menggeleng sembari tertawa
Reno mengernyitkan dahinya "terus? Nyolong dimana?"
"Pesen gofood, dan aku bisa masak" imbuhnya (zaman dah modern laper gak bisa masak ada Gofood hehe)
Reno mengangguk sambil memakan bubur beberapa suap.
"Udah beli obat belum?"
Reno lagi lagi menggeleng
"Kalo gitu aku keluar dulu beli" sambil berdiri.
Namun reno menghentikannya dan meraih tangan karin "obatnya udah disini"
"Mana?"
Reno tersenyum "Di hadapanku"
"Jangan bercanda, aku beli du...." belum sempat meneruskan kalimat, laki laki itu dengan cepat meraih bibir karin dan mengecupnya.
Karin kaget, memang sekilas, tapi tidak pernah dia bayangkan bahwa Reno akan mengulangi hal yang pernah dia lakukan dulu.
"Cukup ada kamu disini, itu udah cukup" ucap Reno dengan posisi wajah yang masih dekat "dan.. aku.. benar benar menyukaimu"
Karin hanya tetap diam tanpa ekspresi,
Reno kembqli memegang dagu Karin dan dengan pelan dia kembali menyatukan bibirnya dengan perlahan dan lembut.Perlakuan yang tidak pernah Karin terima sebelumnya, Reno memang lebih pintar bagaimana cara merayu, menggoda, bahkan mencium. Dia pintar mengenai wanita mampu membuat wanita tidak mampu berkutik saat di dekatnya.
Hati karin berontak, tapi aneh tubuhnya masih diam tak menghindar dia memang terjebak akan rayuan. Perlahan bibirnya ikut membalas ciuman itu tanpa dia sadari.
Semakin lama semakin jadi Reno mulai berani mencium leher karin, mengecupnya dan memberikan tanda yang mungkin tidak akan hilang selama beberapa hari. Perlahan Reno melepas satu persatu kancing baju karin. Namun bayangan Vano tersenyum melintas di pikiran Karin.
Refleks Karin menepis tangan Reno membuat laki laki itu tak bisa meneruskan aksinya, dengan cepat karin kembali memasang kancing kemeja dan pindah menjauh.
"Maaf.." dengan nafas masih berderu "aku harus beli obat" dengan cepat gadis itu berlalu dari pandangannya.
Reno kecewa dengan kegagalan, Tapi dia ingin gadis itu menemaninya malam ini. Dia memasukkan obat tidur di botol minuman Karin, dia tak akan melakukan apapun dia hanya ingin gadis itu di rumahnya malam ini.
-----Esok hari...
Tangan vano mencengkram erat kerah baju adiknya.
"Kak lepasin.. ini kantor.." ucap Reno dengan senyuman licik
Memang beberapa orang yang melewati ruangan itu nampak bertanya tanya dan berbisik.
Vano enggan melepasnya, hingga sang asistrn datang dan mencoba menenangkannya.
"Tuan jika orang lain melihat, mereka akan berfikir yang tidak tidak"
Melihat sekeliling dengan terpaksa Vano melepas cengkramannya tanpa memalingkan tatapan dari Reno. "Masih ada yang harus kita bicarakan nanti.." sambil berlalu pergi keluar.
-----
Karin tengah sibuk dengan hp di kursi, dan mendengar suara pintu utama terbuka.
"Udah pulang? Tumben cepet?" Karin penasaran karena ini masih jam 1 siang harusnya Vano masih ada di kantor
"Darimana.. semalam?" Rupanya vano tidak ingin berbasa basi.
Wajah karin terlihat bingung "ah aku ke rumah mama, karena dah malem sekalian nginep"
Lebih kecewa lagi mengetahui Karin berbohong "Benarkah, aku bisa tanya langsung ke mamamu?"
"Apa maksudmu, buat apa sampek nanya ke mama"
Vano semakin tidak percaya dia langsung mengeluarkan hp untuk menanyakan langsung pada ibu karin.
Karin yang melihat itu langsung mengambil hp vano "Jangan coba-coba nelfon mama" sambil menggertak
Tatapan Vano terarah pada bekas merah di leher Karin. "Kenapa? Takut mama tau kalo anaknya tidur ditempat orang lain?"
Mata mereka bertatapan "udahlah gak usah diperpanjang, aku gak mau ribut gara gara hal kayak gini"
Karin berniat menghindari vano yang menaruh curiga. Kemarahan Vano sepertinya sudah melewati natas dan langsung menarik tubuh karin dan medorongnya hingga terbentur kedinding.
"Dimana kamu semalam?" Vano terus mencengkeram erat bahu karin "lalu bekas apa itu?" Sambil menunjuk leher karin
Karin meringis sakit "ini bukan urusanmu.. sejak kapan aku harus minta izin buat nginep dirumah orang?"
"Jadi kamu tidur sama dia? Seharusnya sejak awal aku tau wanita penggoda sepertimu"
Hati karin sangat sakit mendengar ucapan dari laki laki di hadapannya itu. "Oke bener aku tidur sama adikmu.. dia lebih lembut dan merhatiin aku gak kayak kamu.. dan kalo kamu nggak suka kita akhiri aja"
"Dasar pelacur" ucap Vano dengan keras sambil mengangkat tangannya siap menampar Karin.
"Iya aku emang pelacur dimulai saat kamu nidurin aku, ngambil yang berharga bagiku dan gak ada salahnya kalo aku juga ngelakuin itu sama Reno" Karin yang terlanjut sakit akan ucapan Vano semakin ngelantur, yang malah membuat dirinya semakin bersalah.
Tapi Semarah apapun vano, sekesal apapun dia hatinya tidak akan mungkin tega menampar seorang wanita.
Dia kembali menurunkan tangannya "aku nggak bisa terus bersamamu.. kita akhiri saja semua kebohongan dan kepalsuan ini" sembari pergi meninggalkan rumah.
Perlahan air mata jatuh di pipi karin aku nggak bener bener cinta sama dia lalu air mata apa ini? Kenapa gue kayak gini? Pernikahan ini diawali tanpa perasaan lalu kenapa gue harus menderita seperti ini? Sesakit ini Kenapa??
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...