terhina

48.5K 813 0
                                    

Waktu untuk berlibur tersisa 2 hari sesuai tiket pesawat yang di pesan ayah Vano, Namun rasanya waktu berjalan lama, terutama sikap Karin yang selalu marah dan sangat dingin membuat Vano semakin bingung.

"Setidaknya kamu harus makan"

Vano menyodorkan makanan pada istrinya. Karin menepis membuat makanan itu terjatuh ke lantai berhamburan.

Vano akhirnya tidak bisa menahan diri dan meempar segelas air yang dia pegang "Kumohon beghentilah bersikap seperti anak kecil"

Ucapan vano langsung dibalas dengan tamparan.

"Tamparan ini tidak jauh lebih sakit dari tamparanmu kewajahku malam itu"

Vano terdiam, dia tidak bisa mengingat dengan jelas apa saja yang dia lakukan malam itu, dia hanya tau kalau dia menidurinya namun dia tak ingat persis apa saja yang sudah dia lakukan secara utuh.

"Aku? Menamparmu?"

"Lebih tepatnya menampar Sinta, oh kamu pasti nggak inget kan? Aku juga ingin sepertimu melupakan apa yang sudah terjadi"

Saat karin akan pergi, Vano langsung memeluknya dari belakang. "Aku akan bertanggung jawab" ucapnya sambil memeluk erat gadis itu.

Airmata Karin kembali mengalir "bagaiamana caramu melakukannya? Menjadi suamiku sungguhan?"

"Jika memang itu bisa membuatmu memaafkanku aku akan melakukannya"

Karin tertawa paksa "aku nggak mau punya suami yang saat menciumku membayangkan gadis lain"

Semua ucapan Karin terasa benar dan Vano selalu tidak bisa membela diri. Terlebih ketika penganggu kembali datang, kali ini seorang diri.

"Hai.. aku akan kembali hari ini" Sinta menyapa.

Vano hanya mengangguk perlahan, dia sudah menghiraukan panggilan telfon dari Sinta sejak kejadian yang menimpa karin malam itu. Sinta memang pintar bergaul namun sepertinya tidak pintar membaca situasi, seharusnya dia tidak mendekati harimau yang sedang marah.

"Lalu? Kenapa kalau kamu mau kembali?" Karin membuka jawaban

"Maksudnya?" Sinta tidak mengira Karin akan merespon.

Karin menatap Sinta dengan mata tajam dan dingin "lalu kenapa kamu memberitahukan kami bahwa kamu akan kambali hari ini?"

Sinta masih terlihat santai "hanya memberitahu saja. Aku membawa ini untuk Vano" sebuah botol kecil terlihat seperti cream dan menyodorkannya ke arah Vano.

Vano tidak berani mengambil pemberian Sinta hingga Sinta beralih menyodorkannya ke arah Karin. Karin membaca tulisan yang ada pada botol penghilang bekas luka

"Oleskan padanya 3 kali sehari, kamu mengerti kan?"

Ekspresi Karin penuh dengan tanda tanya dan curiga "maksudmu memberikan ini?"

Sinta tersenyum lebar "ah kalian belum pernah tidur bersama? Kalau begitu biarkan Vano memasangnya sendiri" sambil pergi dengan ekspresi penuh kemenangan.

Vano memejamkan mata, dia tau ini akan membuat Karin semakin marah. " kamu memiliki bekas luka di tubuhmu? Bagian dalam? Hebat sekali dia bisa seteliti itu.  tidak kusangka hubungan kalian sedalam itu" sambil membentur tubuh Vano dan pergi menjauh.

vano melempar pemberian sinta ke pantai dengan keras, berulangkali dia mengacak rambutnya, sebuah pesan masuk membuat hp Vano bergetar. sebuah pesan Whatshap dari sang ibu yang mengucapkan selamat bersenang-senang kepada vano dan Karin.

the imagination of naughty boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang