sadar

7.4K 181 18
                                    

Jam keberangkatan pesawat sudah tertulis dalam tiket pesawat yang ada di tangan Vano. Tapi dia masih mematung di kursi padahal beberapa orang sudah cek in agar tidak tertinggal.

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, membuat Vano dihantui rasa penasaran.

Dalam sekejap, beberapa bayangan mengellrikan terbesit, Vano langsug berlari keluar dari bandara, Memanggil taksi sambil menghubungi Alex.

Vano tiba di sebuah rumah sederhana, yang memiliki kolam ikan besar di area samping, dan bunga2 mekar di bagian depan.

Tidak ada bell rumah, Vano membunyikan pagar dengan sedikit keras. Laki-laki itu keluar hanya dengan menggunakan kaos singglet putih memperlihatkan badan berotot. Dengan sebuah senyuman khas, Vano dipersilahkan masuk begitu pagar terbuka.

"you are still here"

Vano mengangguk "I have something to ask" ada yang ingin kutanyakan.

"What is that" apa itu.

"You seriously like Karin"

"why do you ask" balik bertanya dengan ekspresi kebingungan.

Vano semakin tidak sabar menunggu jawaban. "I am just asking. do you really love her, or do you marry her for another reason" aku hanya bertanya. apa kamu benar benar mencintainya, atau kamu menikahinya karena alasan lain.

"you know I like it. but who is married?" kamu tau aku menyukainya. Tapi siapa yang menikah?

Mereka sama-sama kebingungan "you".

Alex menggeleng, entah apakah mereka bisa memahami alur pembicaraan satu sama lain, seakan-akan vano membicarakan hal A dan alex malah menangkap hal lain.

"then karin is still single?"

"no, she is married"

vano menghela nafas perlahan. Semakin lama pembicaraan mereka hanya berputar-putar penuh dengan ketidak jelasan. "so, who is her husband"

Alex diam sejenak. "I don't know, he works far enough away" aku tidak tau, dia bekerja di tempat yang cukup jauh.

Vano mengangguk, setidaknya perkiraan dia selama ini salah, ternyata bukan alex.

"then why do you ask"

Ketika alex bertanya balik, vano langsung berpura2 melihat jam dan berpura-pura terburu2 ada janji penting. Sangat mustahil dia mengaku bahwa dia adalah mantan suami Karin yang sebelumnya. Vano tidak tau apakah karin menceritakan tentang dirinya kepada orang lain, anda karin bercerita, kemungkinan terbesar dia akan menceritakan tentang kejelekan Vano. Dan dia bisa saja berakhir sebagai mayat di rumah itu, karena hanya ada mereka berdua.

Hari sudah mulai sore, kali ini Vano Tidak lagi punya tujuan sebagai tempat tinggal. Tas dan koper tertinggal di bandara, dia hanya membawa uang dan tempat kartu yang berisi pasport.

Hp Vano berdering, dia langsung mengangkat telfon dari sang paman.

"Aku masih disini, belum kembali, masih ada urusan disini" menjelaskan situasi.

Sang paman rupanya meminta Vano untuk mengunjungi keponakannya yang untungnya tidak terlalu jauh dari lokasi Vano, dia tidak perlu lagi memesan hotel dan hanya perlu menumpang sementara di tempat Leo.

Disebuah apartemen mewah, vano langsung mengetuk pintu kamar sesuai nomor yang diberikan pamannya. Leo yang baru saja terlihat baru selesai mandi membukakan pintu.

"Ayahmu menyuruhku untuk melihatmu" nyelonong masuk tanpa izin.

"Kakak belum pulang? Ayah kemaren bilang kakak mau pulang"

the imagination of naughty boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang