Di rumah Karin tetap enggan berbicara, Vano terus mengikuti dari belakang.
"Karin jangan marah"
Karin melirik vano vano "Siapa yang marah?"
Vano langsung mendekat "ini nggak seperti yang kamu liat"
Karin menatap vano dengan lekat "kamu diem aja vano.. aku liat sendiri"
"Liat aku gimana? Aku baru aja mau ngomong ke dia tapi kamu hentiin" terangnya.
"Ngomong apa?"
"Ngomong kalo aku udah punya kamu"
Karin tidak akan langsung percaya dengan ucapan seorang laki-laki. Wajahnya merengngut membuat beberapa lipatan di kening.
"Gak ada bukti" sahutnya sambil kembali melangkah pergi.
Dengan cepat vano meraih gadis itu, tidak berhasil mendapat tangan dia malah mendapat pinggang karin yang langsung menyentuh kulitnya karena masih menggunakan baju pendek.
"Ah maaf" Vano langsung menjauh
"Kenapa minta maaf?"
"Karena nyentuh pinggangmu"
Karin menarik nafas dalam "iya tau.. kenapa minta maaf?"
Apapun jawaban vano jadi serba salah. Rasa bingung menyelimutinya bagaimana harus menghadapi gadis dihadapannya saat itu.
"Aku minta maaf karena takut kamu marah"
"Kenapa aku harus marah?"
Mulut Vani benar benar terkunci rapat, berbagai pertanyaan terus terlempar.
"Kamu nganggep aku apa?" Tanya Karin lagi
Vano tetap diam sementara Karin terus menunggu jawaban pasti.
"Orang yang aku sayang"
"Tapi kamu sadar? Kamu nggak pernah nyentuh aku sedikitpun vano" dengan nada yang cukup tinggi.
Vano hanya menunduk sambil diam, memang semenjak awal vano mengakui perasaannya, sejak kematian adiknya hingga detik ini vano tidak pernah berani melakukan kontak fisik dengan karin.
Vano mencoba untuk lebih berani "Kamu tau terakhir kali aku menyentuhmu saat mabuk.. aq menyakitimu.. aq mengasarimu, memaksamu, membuatmu menangis. Dan kamu juga berkata bahwa aku mengambil sesuatu yang sangat berharga bagimu.. kamu fikir mudah menahannya dari dulu? Seorang gadis cantik tidur di sampingku, gadis yang kusayangi berada satu ranjang denganku.. aku ini seorang lelaki, naluriku ingin sekali memelukmu, menciummu.. tapi aku sangat takut mengulangi kesalahan ke dua kalinya menyakitimu"
Karin diam menjadi pendengar yang baik. Dia berusaha untuk mencerna setiap kata yang terucap, dia tidak menyanggah dan hanya membiarkan laki laki itu menjelaskan hingga kalimatnya selesai.
"Itu dulu saat aku bahkan belum menyadari jika aku mencintaimu" jawab karin "dan saat itu jelas aku merasa sakit karena aku tau, kamu melakukannya bukan karena aku tapi karena mengira aku adalah sinta bukan Karin"
Vano menunduk, dia sadar betapa gila dirinya pada Sinta dahulu. "Aku memang brengsek"
Setelah itu Karin duduk di kursi diikuti oleh Vano.
"Tidak perlu berkata seperti itu, anggap saja saat itu kita belum dewasa, dan aku bahkan.. dengan saudaramu"
ketika membicarakan Reno aura kesedihan kembali mengguncang, karin tau hal hal yang semestinya tidak boleh terjadi dahulu. Menjalin hubungan dengan Reno adik dari suaminya sendiri sejak awal sudah seharusnya dia hindari. Karin selalu menyalahkan diri atas kematian Reno, dia merasa karena dirinyalah semua petaka ini datang, seharusnya sejak awal dia menjauhi Reno.
Sebelum benar benar menangis Vano langsung memeluk gadis itu. Ini juga sulit baginya seperti surat terakhir yang dia terima.
Untuk kakakku
Pasti menyebalkan memiliki adik sepertiku.. aq bahkan benci dengan diriku, aq tau kakak selalu mengalah untukku.
Maafkan aku, aku kembali menginginkan sesuatu yang sudah menjadi milikmu..
Aq ingin berhenti, tapi emosiku, rasa keinginanku membuatku seperti ini..
Jangan membenciku. Aq sungguh menyayangimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...