2 gadis

30.4K 702 2
                                    

Karin terbangun jam 6 pagi, di luar rumah nampak banyak reporter sudah siap mewawancarainya atau lebih tepatnya mencari penghasilan mereka dengan menemukan informasi atau scandal mengenai dirinya.

Kali ini Karin menolak keluar, dia masih belum tau apa yang bisa dia katakan pada mereka. Perlahan dia bangun, sementara suaminya tidak ada di samping dia langsung keluar untuk memastikan langsung dimana Vano.

Dia merasa tenang setelah melihat laki laki itu tengah berduduk santai sambil membaca koran.

"Bagaimana caramu mendapatkan koran?"

"Butuh perjuangan, aku berlari keluar lalu berlari lagi masuk ke dalam untuk menghindari para zombie yang siap memangsaku dengan berbagai pertanyaan" terangnya.

Karin mendekat dan memegang kening Vano yang sedikit luka "perasaan reno nonjok kamu deh, tapi koq bisa luka?"

"Iyah nonjoknya pakek cincin..."

Karin langsung mengambil handsaplas dari lemari kemudian memasangnya dengan pelan.

Vano terus menatap gadis cantik di hadapannya dengan sebuah senyuman.

"Ngeliatnya gitu amat" ucap karin

"Apa yang terjadi malam sebelumnya?"

Karin langsung pergi berpura pura sibuk melipat pakaian. Tidak mau menyerah vano terus mengikutinya, "apa yang terjadi? Kamu tau aku mabuk" ucap vano.

Karin mendesah pelan, "aku nggak inget"

"Mustahil, kamu kan nggak mabuk"

Karin terus berpura pura tak mendengar ucapan vano, dia terus melipat pakaian.

"Jawab dulu" vano langsung menyingkirkan pakaian pakaian itu dan duduk di hadapan karin

Bukannya menjawab karin langsung memeluk Vano dengan erat "jangan menanyakannya, itu sangat memalukan" pungkasnya.

Vano tertawa mendengar ucapan karin

"Jangan ketawa"

"Wah ukurannya pasti sangat kecil" celoteh Vano.

Karin mengerutkan dahi "maksudnya?"

"Biasanya setiap memeluk wanita aku merasakannya.. apa aku harus menekannya?" Sambil memeluk karin lebih erat.

"Apa?" Karin baru sadar jika Vano  sedang membicarakan ukuran dada, dengan cepat karin mendorongnya menjauh "dasar mesum" sambil menutup dada dengan kedua tangan.

Vano langsung tertawa terbahak bahak hingga matanya beralih melihat Cctv di pojok ruangan, dia kembali teringat dengan ucapan Reno

"Karin" panggilnya kemnbali

Gadis utu menoleh mengangguk kearahnya

"Maksud reno menyuruhku mengecek CCTV apa kamu mengetahuinya?"

Pertanyaan itu membuat jantung karin berdetak lebih cepat dari biasanya. "Aku tau" ucapnya pelan

Dia mulai memainkan kuku, Vano tau itu artinya karin sedang merasa tidak percaya diri

"Apa itu?"

"Akan lebih baik jika kamu tak melihatnya"

"Apa itu? Lebih baik aku tau darimu"

Karin menunduk "itu reno mau memperlihatkan saat.. saat dia.. dia.. dia menciumku" setelah mengucapkan kata kata itu karin sudah siap untuk menerima konsekuensinya.

"Di rumah ini?"

Karin mengangguk lemas.

"Lalu di rumah Reno malam itu, kalian nggak tidur bareng kan?"

Pertanyaan itu juga membuat karin semakin takut dan gemetar.

"Jika kamu nggak ingin membahasnya, nggak paapa" ucap vano sambil tersenyum

Karin langsung kembali memeluk vano "aku hampir tidur dengannya" dia memberanikan dirinya untuk jujur "aku nggak tau apa yang merasukiku.. aku membiarkannya menciumiku, tapi sungguh tidak ada yang lebih dari itu" pelukannya semakin erat seakan dia takut vano akan pergi.

Vano ikut memeluk karin "nggak paapa, saat itu kita sama sama egois dan belum menyadari perasaan masing masing" sambil mengelus elus rambut karin.

"sekarangpun kamu masih belum memberikan jawaban yang jelas padaku"

Dari kemaren vano memberi jawaban ambigu, tentang siapa yang dia pilih, karin atau sinta.

"Kamu tak bisa memiliki 2 gadis sekaligus" ucap karin

Vano nampak berfikir "tidak bisakah?" Sambil mendesah, vano semgaja berpura pura membuat karin menjadi sedih.

"Wajahmu kenapa langsung kusam begitu? Tentu saja aku memilihmu" ungkapnya sambil tersenyum.


the imagination of naughty boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang