TIBA DI RUMAH
Leo bersimpuh di lantai tepat di depan karin.
"Jangan beritahukan ayah, mama dan juga kakek dan nenek"
"Apa? Mereka harus tau agar bisa mendidikmu dengan baik" beranjak keluar kamar.
Leo memegang kaki karin sambil menangis "aku mohon, ayah akan membunuhku, dia akan menyiksaku jika tau tentang hal ini".
"Itu lebih baik, agar kamu jera"
"Lebih baik aku mati"
Karin menghentikan langkah dan urung untuk membuka pintu kamar "apa kamu bilang"
"Lebih baik aku mati saja, jika ayah tau hal ini, ayah akan menyiksaku dan adikku (anak haram atau anak dari istri kedua paman Vano) yang pemalas akan memiliki semuanya. Daripada itu terjadi lebih baik aku mati"
Karin kembali teringat dengan Reno, kematian adalah sebuah kalimat yang mengerikan bagi Karin. Dia sangat tau jika apa yang terjadi pada leo malam ini tersebar, mungkin duanianya akan hancur, semua orang akan mencemooh dan membuli. Hanya sebuah janji bahwa Leo akan berubah yang didapatkan oleh Karin, selain itu tidak ada yang bisa dia perbuat.
"Aku menghabiskan waktuku 90% untuk belajar, aku mendapat peringkat paralel di sekolah.. aku hampir tidak punya waktu untuk diriku sendiri.. aku mohon aku hanya ingin kakak berpura-pura tidak tau, aku akan berubah aku akan berhenti"
Karin menunduk dan memeluk Leo perlahan "berjanjilah, kamu akan berubah.."
Leo mengangguk, karin berharap keputusan itu tidak salah, karena baginya nyawa lebih berharga atas apapun.
----
ESOK hari
Awan hitam menutupi langit, hawa dingin dan angin kencang bertiup sayup, daun seakan melambai menyampaikan sebuah pesan.
Karin sibuk memotong tahu, mengupas bawang membantu pembantu di rumah keluarga Vano memasak sekaligus belajar.
"Non hpnya berdering terus dikamar dari tadi waktu saya lewat" ucap bi Siti
"Ah paling juga gak terlalu penting bi"
Bi siti segera mengambil alih pisau dan bawang yang sedang dikupan Karin "aduuuh tangan non yang lembut jadi bau bawang, angkat dulu atuh telfonnya, siapa tau itu dari den Vano penting"
Karin berfikir sejenak, dan kekamar untuk mengambil hp. Ada banyak chat masuk hingga dia bingung harus mulai darimana. Sebuah telfon kembali masuk dari Tania, karin semakin yakin bahwa ada hal penting yang harus di sampaikan tania karena sahabatnya itu hampir tidak pernah menelfonnya.
Mengangkat telfon "Halo"
"Cek chat WAtshap dariku segera"
"Oke, ada apa sih"
"Cek aja Karin"
Telfon terputus, karin segera membuka chat wa dari Tania. Sebuah foto masuk menunggu loading karena sinyal di rumah keluarga Vano sangat buruk.
Karin memperbesar foto itu dalam posisi landscape. Hawa dingin mulai menusuk, tangan karin gemetar bukan karena angin atau cuaca, tapi kini dia harus siap akan ada badai masalah yang akan melanda.
Karin segera membuka kontak dan mencari sebuah nama yang harus dia hubungi, memencel lambang panggilan berwarna hijau.
"Halo" suara laki-laki itu terdengar jelas
"Kita harus bicara"
"Ada apa?"
"Sekarang, kamu dimana"
Sejenak laki-laki itu diam "aku sedang di hotel MN, baru aja pesen kamar buat adikku yang akan datang besok"
"Aku kesana" kembali menutup telfon, memesan taksi, memakai masker dan juga topi. Dibelakang terdapat mobil berwarna silver seakan mengikuti Karin tapi mobil itu berhenti di sebuah swalayan menghilangkan rasa curiga di benaknya.
Tiba di hotel dia segera mencari nomor kamar yang disebutkan Ed.
Tok tok mengetuk pintu kamar tanpa henti.
Pintu terbuka "ada apa tiba-tiba..."
Karin menyelonong masuk tanpa izin, sebelum orang lain melihat keberadaannya.
"Kamu belum tau?"
"Apa?"
Karin membuka galeri dan menampilkan foto mereka berdua. "Bukan aku.. sungguh bukan aku"
Arah pengambilan gambar sangat tidak wajar seakan memang sengaja di pasang di depan LCD tempat pemutaran lagu. "Ini semua karna kamu"
"Berarti aku dijebak sejak awal" ed terduduk lemas di kasur.
"Kalau memang kamu dijebak kenapa hanya foto ini yang tersebar bagaimana dengan kelakuan gilamu terhadap Leo"
Ed menengadah "udah jelas ini lebih menguntungkan, satu kali pancing 2 ikan di dapat.. di bandingkan hanya aq yang terseret akan lebih baik jika kita berdua bukan?"
"Lalu siapa yang melakukannya?"
Ed menggeleng pelan, mereka harus segera mencari solusi untuk menyelamatkan diri dari scandal. Beberapa wartawan pasti sudah memenuhi rumah Karin dan Ed beruntung mereka sedang diluar.
Karin mengambil sebuah remote TV dan membuka siaran TV yang sering menayangkan acara gosip, tepat sekali jam pas pada acara yang sedang membahas scandal tentang mereka.
Panggilan telfon dari Vano masuk, jantung Karin berdegup kencang, rasa takut, dan gelisah memenuhi pikirannya.
"Halo"
Bersambung..
Jangan lupa vote dan koment ya kak.. itu sangat bermanfaat untukku.. Juga membuatku semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita..
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...