Semua orang keluar hanya tersisa mereka berdua. Reno menurunkan pistol yang dia pegang untuk mengancam, dan duduk di sofa yang ada dalam ruangan.
"Maafkan aku" karin mengawali pembicaraan dengan kata maaf
"Untuk?"
"Semua ini karena aku, aku yang tidak tegas, aku yang memberi harapan"
Reno menunduk "ini karena ketidak mampuanku, meyakinkanmu dan kegagalanku juga tidak datang lebih awal dan malah menyusahkanmu seperti saat ini"
Karin mendekati adik suaminya perlahan dan ikut duduk di samping Reno. "Maafkan aku"
"Kamu pasti membenciku"
Karin menggeleng, reno hanya menatap Karin dengan tatapan sendu.
"Tapi aku membencimu" suara lantang yang tiba tiba keluar kembali membuat karin kaget. "Kamu harus menjadi milikku"
Karin mundur menjauh, pistol di tangan Reno kembali ter arah pada Karin. Air mata di mata Reno mengalir perlahan "aku selalu seperti ini, karena ketidak mampuanku, aku hampir selalu menyakiti.. seperti saat ini"
"Karin..." Reno mendekat menutup mata karin tengan tangan kirinya saat itu juga...
DORR terdengar bunyi letusan
Darah berceceran di lantai, karin terus memeluk tubuh yang terjatuh lemas itu. Sementara vano langsung menelfon ambulans, suasana mencekam.
"Bertahanlah.. pertolongan akan datang" ucap karin sambil terus mendekap tubuh reno.
Laki laki itu hanya menatap lemah kearah karin sambil memaksa senyuman.
"Laci" ucap reno sembari menutup luka tembak diperutnya dengan tangan kiri.
Semakin lama nafasnya semakin bergemuruh. tangis karin pecah tak kala laki laki itu menutup matanya sembari tetap menggenggam tangannya.
Tak pernah terbayangkan di benak Vano sebelumnya, jika adik satu satunya itu akan merenggut nyawanya sendiri tepat di depan matanya.
"Tolong bangun" teriak karin
Menurut karin reno adalah salah satu orang yang berarti dalam hidupnya setelah vano. Bagaimanapun laki laki itu pernah menemaninya saat gelisan dan sedih.
Ambulance datang dengan cepat membawa reno ke rumah sakit terdekat berjarak 3 km.
Namun nafasnya tak ter tolong juga, ditengah perjalanan dia menghembuskan nafas terakhir di mobil ambulance.
Karin sangat terpukul begitu juga vano yang langsung terduduk lemas di depan kamar mayat.
Ayah ibu dan seluruh keluarganya dirundung kesedihan.
-------
1 tahun kemudian
Hari ini hari untuk pemotretan baju, untuk model utamanya seperti biasa istri sang manajer sendiri (Karin).
Berbagai sesi pemotrestan sudah di lakukan. Sekiranya butuh 8 jam untuk menyelesaikan semua sesi.
Vano datang di akhir pengambilan gambar, melihat istrinya berpakaian terbuka di hadapan semua orang sebenarnya Vano agak keberatan dan kesal, dia memang berusaha untuk profesional karena itulah dia memutuskan untuk tidak pernah menonton pemotretan sejak awal.
"Hei.. ngeliatnya tajem bener. Jaga tatapanmu.. istriku itu" sambil menyenggol sang fotografer yang tengah memegang kamera.
Salah satu penata gaya ataupun penata rambut sibuk membenarkan tatanan rambut dan dengan sengaja sedikit menanggalkan pakaian Karin.
Ingin sekali Vano menendang banci itu (penata gaya). Sembari menunggu vano memilih untuk berjalan jalan di area tempat pemotretan, dan berdiri di lantai dua menatap ke arah jalanan ramai dan sesak dengan mobil dan motor yang berlalu lalang.
"Hai.. liatin apa" tanya salah seorang gadis yang sudah mendarat dengan cepat di sampingnya.
Vano tidak mengenalnya, dan ini baru pertamakali mereka bertemu "Liatin jalan"
"Gak liatin pemotretan?" Tanyanya lagi dengan nada sok akrab
"Udah tadi" vano berusaha menjaga jarak, dia menjawab pertanyaan gadis itu tanpa menoleh.
Gadis itu mengangguk "oh iya kenalin aku Sarah" sembari menyodorkan tangan.
Vano menyambutnya agar terlihat lebih sopan, tidaklah baik jika dia menolak apalagi gadis itu pastilah salah satu model yang baru saja di kontrak oleh perusahaannya.
"Vano" sambil menjabat tangan Sarah
Namun gadis itu semakin berani, melihat pakaian yang dikenakan vano bermerk, sarah langsung dapat mengenali bahwa laki laki di hadapannya adalah orang yang sangat kaya dan juga tampan. Karena itu seperti biasa sarah akan melancarkan serangan untuk menggoda bahkan merayu laki laki kaya seperti julukannya sebagai gadis matre.
Tangannya langsung mendarat di bahu Vano. Vano langsung ingin menyingkirkan tangan itu dengan cepat.
"Maaf aku ini..."
"Lepasin tanganmu darinya" ucap Karin kepada Sarah sambil memotong ucapan Vano.
Sarah tersenyum "kenapa emangnya?"
Karin langsung menatap tajam kearah sarah. "Dia.. milik gue"
Vano hanya diam, sementara wajah istrinya terlihat marah.
"Atas dasar apa Karin? Dan harusnya kamu bicara lebih sopan sama senior mu"
Karin maju "jadi lo pikir sopan ngegoda suami orang?" Gertaknya.
"Su suami? Siapa" tanya sarah yang belum tau bahwa Vano adalah suami Karin.
Karin mendengus "laki laki ini suami gue.. gue tau mungkin setahun ini lo sibuk di luar negeri.. lain kali baca berita di koran di TV, diinternet juga biar gak ketinggalan info"
Karin dikenal ramah oleh semua orang, siapa sangka bahwa dia juga bisa ganas dab ketus dengan pandangan mata yang mematikan.
Kali ini Sarah benar benar malu. Dia langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Kini tinggal Vano yang harus menghadapi istrinya.
Karin terus menatap Vani cukup tajam yang mampu membuat Vano tak berkutik.
"Emm tadi itu" vano ingin menjelaskan, hanya saja entah kenapa mulutnya sulit untuk mengeluarkan kalimat.
"Seneng? digodain cewek seksi?"
Hawa panas mulai memenuhi area mereka berdua.
"Seksi apanya?" Ucap vano keringat mulai membasahi pelipisnya.
Sebenarnya dia tidak bersalah hanya saja ada pepatah "ketika seorang gadis sedang cemburu saat itulah perang dunia ke III dimulai"
"Belahan dadanya besar pantatnya semok lengkap kan? Makanya kamu keganjenan" sambil membelalakkan mata
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...