Beban yang harus Karin tanggung sebagai wanita yang di kenal banyak orang dia harus selalu tampil sempurna dengan senyuman bahagia, dibalik semua tekanan yang dia terima, dia harus selalu terlihat tegar dan ramah.
Dia mulai menghadiri berbagai acara sendirian tidak seperti dulu yang sering diantar oleh Vano.
Dasar pelacur dasar pelacur
Hinaan itu selalu terngiang di telinganya, mengganggu di setiap aktivitas.
---
Vano yang baru saja siap untuk keluar di kagetkan oleh kedatangan tamu tak diundang, wajah yang paling dia benci, sampai sampai saat dirinya melihat ke kaca dan melihat wajahnya sendiri menjadi benci.
Banyak pertanyaan yang memenuhi benak Vani salah satu yang ingin dia tahu bagaimana saudata kembarnya bisa masuk ke rumah sementara pintu mereka menggunakan sandi yang hanya dia dan karin yang tau.
"Bagaimana kamu bisa masuk?"
"Aku lihat Karin memasukkan sandinya saat membukakan pintu untukku"
Vano mengernyitkan dahi "untuk apa kamu masuk kerumah ini bersama karin?"
Reno tersenyum sembari memainkan kunci mobil "entahlah.. mungkin karena aku berminat?"
Jawaban itu membuat tanda tanya di pikiran Vano "minat?"
"Kak aku menginginkannya"
"Maksudmu?"
"Berikan karin untukku, kakak bisa memiliki perusahaan, aku tidak masalah aku hanya menginginkan karin"
Perasaan kesal semakin jadi "karin bukan barang yang bisa seenaknya kamu minta, perusahaan dan juga karin keduanya milikku" vano mempertegas kalimat itu.
Reno tertawa lepas "kak selagi aku meminta dengan baik, tidakkah lebih baik kakak menurutinya..?" Dengan nada mulai mengancam
"Bagaimana ini? Dia milikku.. dan aku tidak ada niat untuk menyerahkannya padamu"
Bibir Reno bergetar, tangannya mengepal, ekspresi ramah yang selalu dia perlihatkan berubah sekejap menjadi tatapan muram penuh dendam "Karin menyukaiku" teriak reno.
Vano balik menatap sinis "tapi kenyataannya di milikku, kamu hanya berimajinasi saja.. mungkin karena dosis obat yang selalu kau minum untuk mengendalikan emosimu?"
Jawaban yang diberikan Vano hanya terus memancing kemarahan yang sedari tadi Reno tahan, tangannya langsung meraih sebuah pisau yang berada di meja.
"Vano....." dengan suara lantang "mati kamu" tangan Reno siap menusuk sang kakak.Vano segera berbalik menahan pisau tajam itu dengan tangan kosong.
"Reno... apa yang kamu lakukan" ucap Vano dengan tangan mulai berdarah karena menahan pisau tajam yang mengarap tepat di area dada.
Reno tersenyum layaknya orang gila "kamu fikir kamu siapa? Aku tidak pernah gagal mendapatkan apapun yang ku mau.. dan kamu berani menolaknya?" Dia semakin menekan pisau itu kearah dada vano.
Darah di tangan Vano semakin berceceran dan semakin membuat pisau itu menjadi licin.
"Sadarlah..." teriak Vano "aku kakakmu"
"Kakak? Aku bahkan tidak menginginkan seorang kakak.. sejak dulu aku tidak pernah mengharapkanmu ada di dunia ini.. kamu hanya selalu menganggu jalanku.. lebih baik kamu mati"
Itulah sifat asli Reno reynard widarma itu juga menjadi alasan utama mengapa Vano harus memperjuangkan perusahaan, tak lain karena takut adiknya akan menyalah gunakan kekuasaan. Sejak awal Vano tidak memiliki ketertarikan pada perusahaan. Cita citanya menjadi seorang pilot pupus saat menginjakkan kaki di SMA saat dia melihat Reno tersandung kasus pembunuhan, Reno yang juga satu SMA dengan Vano membunuh kakak kelasnya karena membulinya. Saat itulah sang memberikan banyak uang sebagai suap untuk menutup mulut kedua orang tua anak yang sudah di bunuh oleh adiknya.
Mulai saat itu juga mereka pindah ke jakarta, sejak kecil vano memang merasakan ada yang aneh dari sikap adiknya, mulai dari membunuh anjing kesayangan, menyiksa kucing dengan tidak memberi makan hingga berhari hari, bahkan mengurung pacarnya dalam gudang selama berhari-hari karena tidak menuruti perkataab tanpa memberinya makan hingga pingsan.
Dia selalu lolos dari hukuman berkat kekayaan keluarga membungkam semua orang yang terlibat, dengan uang, demi reputasi, dan image.
Semenjak itu ayah Vano memberikan dokter psikolog yang selalu menemani Reno 3 kali dalam seminggu, dia juga mengkonsumsi obat yang membuatnya tenang, sudah lama sejak Reno tak lagi membuat masalah, dia bisa bergaul dengan orang lain dan selalu terlihat ramah dan lucu melebihi sang kakak.
Tapi kali ini berbeda, amarah Reno kembali tak terkendali, mulai brutal. Nafsu untuk memiliki karin dan emosi karena ucapan Vano membuat hatinya keras dan lupa siapa dirinya.
Darah terus mengalir dari tangan Vano yang semakin terkoyak, tangannya mulai merasa lemah dan sakit tidak tertahan.
"Reno... aku kakakmu" tegas vano kembali, dia tak pernah mengira kalau adiknya akan semarah dan segila itu.
"Aku tidak membutuhkan seorang kakak" dia semakin menekan pisau itu..
.....
Kira kira apa yang terjadi selanjutnya? Coba tebak..
Maaf ya kalau kata katanya banyak yg typo atau gak pas.. di bagian ini emang banyak adegan seremnya..
Jangan lupa vote dan komentnya ya biar author lebih semangat nulisnya.. terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...