Mobil melaju dengan cukup cepat. Kei sangat pandai menyetir di bandingkan yang lain. Butuh waktu 1 jam 30 menit untuk tiba di sebuah desa damai dengan hamparan sawah dan perkebunan luas.
Jalanan yang cukup sempit dengan tekstur yang tidak rata tidak membuat Kei menyerah dan menurunkan kecepatan. Emma yang biasanya tidur di perjalanan kali ini matanya tetap terbuka akibat goncangan mobil melewati tanah kering yang tidak rata.
Mereka berhenti di tempat pemberhentian bis. Di sebuah halte tua dengan kursi yang sedikit berkarat. Tidak ada satupun orang disana, karin melihat sekeliling yang nampak sepi.
"what if we go around" bagaimana jika kita berkeliling? . Saran Kei
Mereka setuju, lauren terus meminta maaf merasa bersalah. Sekitar 15 menit seorang laki-laki menggunakan kaos putih dan kemeja biru tengah duduk disebuah batu besar menatap arus sungai kecil.
Suara langkah kaki karin dan temannya membuat Vano menyadari akan kedatangan mereka. Dia berdiri langsung menatap Karin, dengan ekspresi lesu.
"Kamu bodoh?" Kalimat awalan yang keluar dari KarinSenyuman tipis tersirat di bibir Vano "akhirnya aku menemukanmu"
"Aku yang menemukanmu, dan kamu yang tersesat"
Vano mengangguk "setidaknya"
"Bagaimana bisa kamu mempercayai omongan orang yang tidak kamu kenal begitu saja?"
"Kamu bilang teman-temanmu orang yang baik, dibandingkan aku"
Kei mendekat memegang pundak Karin "we should go back before it gets dark" sebaiknya kita kembali sebelum hari semakin gelap.
Tanpa seucap kata, Karin berbalik kembali ke dalam mobil, hanya lauren dan emma yang mengajak Vano untuk ikut bersama mereka. Suasana cukup canggung ketika Vano duduk di kursi belakang bersama Lauren.
Karin yang hanya diam membuat semua temannya tidak berani untuk menegur.
"Why did you divorce him" kenapa kamu menceraikannya?
"Keep silent" emma menyuruh Lauren untuk tetap diam.
Menempuh perjalanan dengan total 3 jam pulang pergi di jalan yang rumit cukup membuat Kei lelah, rumah yang paling dekat diantara mereka hanyalah rumah Karin.
Karin memperbolehkan mereka istirahat di rumah. Mobil laura di parkir tepat disamping mobil navy milik Karin.
Vano merasa sangat asing, dengan tempat, orang bahkan suasana di tempat itu. Tanpa ada yang mengajak dia ikut masuk, setidaknya ada banyak hal yang harus dia utarakan.
Laura memberikan air minum yang dia ambil dari kulkas tanpa izin. Vano menggeleng pelan.
"Should" dengan tatapan menyeramkan, vano langsung mengambil air kemasan itu dan langsung minum.
Seluruh ruangan tertata rapi, mulai dari tumpukan buku, hingga boneka. Semua warna sepadan berpadu dengan serasi. Pajangan lukisan unik terlihat elegant menghiasi dinding putih.
Kei dan laura memberi sebuah aba-aba ke pada emma.
"we will rest in the room" kami akan beristirahat di kamar. Berpura-pura lelah untuk memberikan ruang agar Vano dan Karin bisa berbicara.
Karin duduk di sofa coklat sambil memegang bantal sofa. "Kenapa kamu mencari alamatku, bukankah kamu seharusnya pulang?"
"Aku menyadarinya"
"Tentang?"
Vano masih berdiri, "leo menceritakannya padaku"
Karin terperanjat, "apa yang kamu lakukan pada anak itu?" Hal yang paling ditakuti Karin, dengan tempramen Vano mungkin Leo akan dipukul.
"Tidakkah lebih baik kamu menanyakan bagaimana perasaanku?"
"Untuk"
Vano menunduk lemas "aku tidak percaya ini bagaimana dia (leo) bisa melakukan hal bodoh seperti itu"
"Bagaimana ke adaannya?"
"Apa maksudmu? Dia sudah dewasa.. jangankan memukul dia sudah mendorongku lebih dulu hingga terjatuh dan berlari ke kamar mengunci pintu"
Karin bisa bernafas lega, setidaknya semua yang terjadi pada dirinya tidak berakhir sia-sia.
"Maafkan aku" suara itu terdengar tulus.
Karin sedikit mengangguk. "Aku sudah memaafkanmu"
"Aku tau ini sudah sangat terlambat, dan aku tau aku bahkan aku tidak berhak bertanya apalagi..."
Belum selesai berbicara Karin memotong kalimat "kalau begitu jangan bertanya" seakan tau apa yang akan di katakan Vano.
Brak! Pintu kamar terbuka, saat menguping tanpa sengaja tangan emma menekan bagian gagang pintu. Beban mereka bertiga yang sama sama bertumpu pada pintu membuat pintu terbuka tiba-tiba hingga mereka terjatuh serempak.
Kei mendorong lauren untuk bicara "sorry, calm down we also don't understand your language" maaf, tenang kami juga tidak mengerti dengan bahasa kalian.
Alih-alih menatap ke 3 teman laura, tatapan Vano focus menghadap pajangan foto di kamar Karin. Iya! Itu adalah foto pernikahan mereka berdua. Kei ikut berbalik kebelakang kearah tatapan Vano terhenti.
"that's it, wedding photo" baru menyadari keberadaan foto.
"Kamu memajangnya"
Karin mendesah pelan "aku terlihat cantik disana, sayang jika di buang" alasan yang sedikit konyol.
Vano bahkan membuang semua foto pernikahan tanpa menyisakannya. Dia terlalu buta akan emosi dan menganggap dirinya sebagai korban selama ini.
"Kamu belum menikah?"
"Aku masih muda, aku tidak akan mengulangi kesalahan" tanpa menatap Vano.
"Lalu kenapa kamu berbohong bahwa kamu sudah menikah?"
"Aku tidak pernah mengatakannya, sebaiknya kamu segera pulang" berniat pergi namun dihadang oleh Vano.
Lauren, emma dan kei duduk sambil dengan sebuah cemilan seakan sedang menonton film romance di bioskop.
"Tidak adakah kesempatan lagi untukku?"
Karin memberanikan diri menatap langsung ke arah Vano dan membelai pipi Vano yang terasa sangat dingin.
"Aku tau semua orang berhak mendapatkan kesempatan ke dua, termasuk dirimu" diam sejenak "tapi itu tidak berlaku untuk kesalahan yang sama"
Menegaskan bahwa vano berulang kali melalukan kesalahan sama yang disebabkan rasa ketidak percayaan dan cinta yang kuat kepada Karin.Jangan lupa vote dan komentnya..
Tetimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
the imagination of naughty boy
RomanceKarin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya datang dan merusak semua tatanan yang ada. Vano menikahi karin agar perusahaan orang tuanya tidak jatuh...