sad

11K 179 16
                                    

Darah berceceran disepanjang koridor rumah sakit. Tangan karin gemetar dengan dipenuhi darah. Dia hanya bisa melihat bagaimana dokter berusaha keras menyelamatkan Vano.

Ketika layar monitor menunjukkan suara panjang dengan garis lurus tanpa henti, saat itulah sang dokter melihat jam.

"The time of death... tuesday at 10:45 a.m"

Tubuh karin terhempas jatuh ke lantai. Tidak ada lagi tenaga, tubuhnya terasa remuk hanya beberapa panggilan suara Leo yang terdengar sayup hingga dia tidak sadarkan diri.

______

Cuaca sangat mendung, langit gelap dipenuhi awan hitam dan angin kencang.

Seorang laki-laki paruh baya dengan istrinya berlari memasuki gedung luas yang ramai dengan pasien. Leo berdiri tepat di pintu masuk dengan wajah sembab.

Iya, mereka adalah ibu dan ayah vano. Di sebuah kamar pasien VIP diatas kasur dengan tubuh yang tertutup oleh kain putih, ibu vano perlahan berjalan.

"Vano" panggilnya perlahan "ini mama, mama datang" langsung memeluk tubuh vano.

Sang ayah membuka kain penutup dan melihat wajah anaknya yang sangat pucat dengan sedikit luka di area bibir. Dokter berwajah asia datang beserta stafnya memberi hormat. Diketahui bahwa pemilik rumah sakit merupakan teman dekat ayah Vano saat masih kuliah, mereka juga masih saling berhubungan via telfon walaupun sudah lama tidak bisa bertemu karena beberapa alasan.

"Apa yang terjadi pada anakku"

"Maafkan kami, dia datang dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan kondisi sangat kritis. Luka tusukan benda tajam telah merusak hati dan membuatnya kehilangan banyak darah"

Ayah vano mendekat menarik keras kerah baju sang dokter "walaupun begitu... " dengan nada tinggi "itu tugasmu menyelamatkannya sebagai dokter yang dibayar.. aku tidak masalah berapapun jumlahnya, selamatkan anakku"

Sang dokter hanya menunduk tanpa menjawab.

"Brak!!" Pintu terbuka dengan kencang.

Karin datang dengan tangan masih menancap selang infus, tanpa menyapa ayah dan ibu Vano karin terpaku melihat vano yang sudah terbujur kaku di dekat ibunya yang menangis kuat.

Karin tersadar ketika bahunya di cengkeram erat oleh ayah Vano "apa yang terjadi? Kenapa anakku seperti itu?"

"Ini salahku, semua salahku" hanya itu yang terucap, dalam kondisi seperti ini karin tak bisa berbuat banyak, hatinya terlalu sakit untuk memikirkan apa yang terjadi.

Selanjutnya ayah karin menghubungi polisi dan beberapa temannya yang memiliki jabatan penting, walaupun kekuasaan harta dan apapun yang dia miliki tidak akan sanggup memgembalikan Vano satu-satunya anak yang tersisa.

Setelah otopsi dilakukan sesuai keinginan keluarga Vano di semayamkan di tempat kelahirannya.

Berbeda dengan karin, matanya sangat kering, dia tak lagi mampu menangis. Tenggorokannya terasa di cekik, dadanya terasa sesak itu yang dia rasakan hinga berhari-hari. Keberadaan alex yang berusaha menghibur tak ada artinya.

Di sebuah kantor polisi Karin dan leo menjadi saksi akan kejadian malam itu.  Sementata 9 orang tersangka telah di tangkap.

"Kami hanya berniat sedikit mengganggunya" membela diri

"Sedikit?" Karin mengangkat suara "dia mati..." semakin berteriak "kalian menusuknya... di depanku"

Polisi berusaha menenangkan karin agar bisa tetap tenang.

"Mengapa kalian ingin mengganggunya" tanya polis

Mereka saling melempar tatapan hingga Danid membuka suara "laki laki itu memukulku"

Polisi terus mengetik apapun yang di ucapkan mereka. "Mengapa dia memukulmu"

David menggeleng berpura-pura tidak tau. "Lalu siapa yang menusuknya?"

David langsunh menunjuk salah satu temannya "bukan aku.. tapi anak ini"

Polisi menatap laki laki yang masih muda "kamu masih SMA? hanya karena pemukulan kamu buat jadi pembunuhan? Siapa namamu?"

Laki laki itu dia sambil meremas tangannya sendiri "Derk"

Polisi terus mengetik "kamu akan dikenakan pidana yang cukup berat"

Derk memejamkan mata, anggota lain seakan berusaha menyelamatkan diri masing-masing. "Ini semua karena dafit" ketika tidak bisa menahan diri.

"Lanjutkan" polisi terus mengorek informasi.

"saat aku teman teman pergi sebentar hanya tersisa aku dan David laki laki itu (vano lewat) karena tidak sengaja menabrak David, vano menjatuhkan sebuah cincin yang langsung diambil David. Dia berkata akan menjualnya dan membuat Vano marah"

Sesekali Derk menatap Davit yang mulai marah. "Dan saat itu juga si david mengingat bahwa cincin itu mirip dengan yang di pakai Caroline lalu David mengeluarkan kalimat yang membuat Vano semakin marah"

"Kata kata apa itu?" Tanya polisi lagi.

Karin hanya mendengarkan sambil menahan diri. "David berkata (caroline? Kamu ada hubungannya dengannya?) Ketika dia melihat ekspresi vano david semakin yakin (sungguh? Kamu suaminya? Sayang sekali aku sempat mencumbuinya saat dia mabuk, apa kamu tau betapa lembutnya bibirnya? Aku benar-bemar tidak bisa menahan diri dan ingin segera mendapatkannya) saat itu juga vano memukuli David berkali-kali aku bahkan tidak tau harus berbuat apa itu membuat david marah dan merencanakan semua ini.

Air mata kembali mengalir, terlalu menyakitkan mendengarkan terlalu lama. Karena pada akhirnya semua ini terjadi karenanya. Karin pergi menyerahkan semua putusan pengadilan kepada ayah Vano yang tentu lebih berkuasa penuh dan lebih mampu.

the imagination of naughty boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang