darah

34.2K 673 1
                                    

Mendengar kabar Reno ke rumahnya membuat karin khawatir. Perasaannya menjadi tak nyaman ditambah dengan telfon dari asisten tempat kerja vano yang menyuruhnya untuk segera pulang.

Dengan cepat dia berlari ke arah rumahnya setelah turun dari taksi, disana mobil Reno masih terparkir rapi, suasana dari luar nampak sepi dia langsung membuka pintu dan tepat sekali Vano berdiri tepat di hadapannya dengan tangan berlumuran darah.

Sontak Karin kaget "reno?" Dia memanggil nama itu sambil berlari membentur dan melewati Vano yang tengah berdiri tanpa menanyakan keadaannya.

Melihat darah di tangan Vano membuat karin berfikir bahwa Vano telah melakukan sesuatu pada adiknya.

Disana Reno tergolek lemas di lantai dengan wajah babakbelur, sementara disampingnya terdapat sebilah pisau penuh darah.

Karin memeriksa tubuh reno tak ada satupun yang terluka bahkan tak ada darahpun di bajunya.

Barulah terlintas difikirannya "Vano" ucapnya pelan.

Di halaman rumah suaminya itu sudah tidak ada, dia memerhatikan tetesan darah dan mengikuti noda itu hingga sampai di jalan raya dia melihat Vano dari jauh.

Sepatu high hels nya membuatnya kesulitasn untuk mengejar laki laki itu, dia melepasnya dan kembali berlari tanpa alas kaki.

"Van..." karin menarik lengan vano membuat laki laki itu terhenti. "Tanganmu..." sambil mencoba memegang tangan Vano

Laki laki itu menepisnya "aku baik baik aja"

"Gue tadi nggak tau..."

"Gue ngerti" jawab vano dengan cepat

Karin benar benar merasa bersalah "ayo kita kerumah sakit"

Lagi lagi Vano melepas tangan karin dari lengannya "gue baik baik aja"

Darah masih saja terus menetes, wajah vano juga terlihat semakin pucat "apanya yang baik baik aja.. darahnya nggak mau berhenti"

"Darahnya nggak mau berhenti sejak awal kamu liat aku.. kenapa baru sekarang khawatirnya?"

Karin tak bisa menjawab pertanyaan itu "karena aku ngira.."

"Aku ngelukain Reno?" Tebak Vano menghentikan ucapa karin. "Aku fikir kamu mengenalku dengan baik, rupanya kita tak sedekat itu.." sambil tersenyum.

Senyuman tak biasa, senyuman yang tersimpan sebuah kekecewaan di baliknya. Karin benci dengan senyuman yang seperti itu

"Kita bahas itu nanti, yang penting tanganmu diobati dulu" terlihat ekspresi cemas di wajah karin

Alih alih mendengarkan ucapan karin, Reno malah duduk melepas sepatunya dan meletakkannya tepat di depan kaki karin.

"Kakimu sangat lembut, aspal kasar ini bisa dengan mudah melukainya. Karena itu kamu harus selalu menjaganya dan melindunginya, aku akan kerumah sakit.. dan aku akan lebih bersyukur jika kamu membiarkanku kesana sendirian.. kamu pulanglah." Vano kembali tersenyum

Hanya air mata mengalir yang menjawab ucapan laki laki di hadapannya, dia hanya bisa menatap laki laki itu pergi dengan taksi tanpa bisa menemaninya.

Dia duduk sambil menangis dan memeluk sepatu dengan noda darah di beberapa sisinya. Dia tau Vano pasti kecewa,pasti marah. Jika dia ada di posisi Vano dia pasti juga akan membenci dirinya.

the imagination of naughty boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang